... di antara mereka ...

Mereka tidak perlu engkau ajari dengan ilmu yang engkau miliki, tetapi dampingilah mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Walking together

Takdir menuntun kita ke jalan berliku dan membawa kita ke tempat yang asing. Yang perlu kau lakukan adalah mengenalinya. Zaman kompetisi sudah berlalu, kini eranya kolaborasi

Poker Face

Jangan pernah memberikan kepuasan kepada orang lain dengan membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka telah berhasil melukai anda!

Long life Education

Nemo dat quod non habet - Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak miliki. So ... belajarlah sampai akhir!

Two in One

Dialog dan komunikasi yang baik akan membawa kita pada sebuah tujuan yang dicitakan.

Family is the core of life

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Pergilah sejauh mungkin, namun pulanglah untuk keluarga!

The most wonderful and greatest gift

Anak-anakmu adalah anugerah terindah dan terbesar dalam hidupmu, tetapi mereka bukanlah milikmu!

The nice of brotherhood

Saudaramu adalah orang selalu siap melindungimu, meskipun baru saja engkau ingin memakannya. Satu alasan: karena engkaulah saudaranya.

Happiness is Simple

Bahagia itu sederhana: Pergilah bersamanya, nikmati alam dan pulanglah dalam sukacita!

Sendiri itu perlu

Sesekali ambil waktumu untuk diri sendiri: lihatlah ke kedalaman dan engkau tahu betapa banyak keburukanmu!

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Realitas Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Berikut secara singkat akan disebutkan beberapa jenis pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh manusia yang katanya memiliki akal budi dan hati nurani.

1.   Pencemaran dan perusakan tanah (tanah diracuni oleh pestisida, minyak bekas, dan semua jenis limbah pabrik yang dibuang sembarangan, tanah menjadi kritis dan tidak subur karena erosi yang disebabkan oleh penggundulan hutan).

2.   Pembabatan dan perusakan hutan (banyak pepohonan dan tanaman digusur demi perluasan lahan pertanian, kota, pabrik, tempat rekreasi (lapangan golf), dan jalan secara tidak bertanggung jawab, banyak hutan ditebang untuk perusahaan kertas, kayu lapis, bangunan, dsb)

3.   Pemusnahan fauna (banyak jenis hewan dan satwa mulai berkurang karena nafsu manusia untuk berburu, banyak jenis binatang terancam punah, karena diburu untuk diambil bulunya, kulitnya, tanduknya, gadingnya, keindahan bentuk dan bunyinya (hobi)).

4.   Pencemaran air dan laut (air minum dicemari bahan kimia yang beracun dan deterjen dari rumah tangga, bengkel, pabrik, pestisida pertanian, air laut dikotori oleh minyak dan bahan kimiawi yang dibawa oleh sungai dari kota-kota raksasa, daerah industry dan kapal-kapal.

5.   Pencemaran udara (udara dicemari oleh asap beracun dari mobil dan corong pabrik, udara menjadi berbau busuk karena timbunan sampah dan pembuangan kotoran serta air limbah pabrik).

Sumber: https://www.marj3.com
Sebab Utama Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

1.   Manusia adalah penyebab utama pencemaran dan perusakan lingkungan. Manusia yang serakah, yang memburu keuntungannya sendiri. Manusia yang memboroskan sumber alam, karena merasa diri sebagai tuan atas lingkungan sekitarnya.Manusia yang tidak mau bertanggung jawab untuk makhluk lain dan generasi yang akan datang.

2.   Kepadatan penduduk dan kemiskinan dapat mendorong orang mengeksploitasi sumber alam untuk mempertahankan hidup mereka. Di mana ada kepadatan penduduk, apalagi kalau penduduknya miskin, maka dapat terjadi pencemaran lingkungan dan pemanfaatan sumber alam sekitar yang sering tidak bertanggung jawab.

3.   Pandangan yang keliru tentang pembangunan, kesejahteraan, dan hidup modern. Pembangunan identik dengan gedunggedung pencakar langit, jalan-jalan lebar, beton-beton yang masif, pabrik-pabrik, dsb. Keutuhan ekologi dan hidup yang tenteram dan ramah lingkungan tidak masuk dalam kategori kesejahteraan dan modernitas. Nilai keunikan lingkungan, kesejarahan, arsitektur tua, dan arkeologi dikorbankan begitu saja demi alasan ekonomis dan pembangunan. Desa, kota, dan daerah semakin kehilangan identitas. Semua menjadi modern, tetapi tanpa wajah.

Akibat dari Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

1.   Pencemaran Tanah. Dewasa ini tampaknya proses selama jutaan tahun untuk membentuk tanah yang subur menjadi tidak ada artinya sama sekali bagi manusia di banyak tempat. Berpuluh-puluh hektar tanah subur berubah kembali menjadi batu-batuan yang mati oleh ulah manusia hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Tanah itu bukan benda mati. Tanah mempunyai kehidupan dan memberi kehidupan kepada semua makhluk di bumi ini (flora, fauna, dan manusia). Kesuburan tanah dapat merosot jika tanah itu tidak dikelola dengan baik. Tanah yang tidak dikelola dengan baik akan merana dan mati. jika tanah telah menjadi kritis dan mati, maka segala tumbuhan akan meranggas, ternak dan manusia akan kekurangan gizi dan merana. Banyak negera di bumi ini telah menjadi padang maut karena tanahnya secara pelanpelan mulai merana bahkan mati. Mungkin dalam keadaan macam itu baru kita sadari apa arti dan makna tanah bagi kita. Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Jika kesuburan tanah mulai merosot atau sudah terlalu jenuh dengan zat-zat kimia dari pupuk buatan, maka semua kehidupan di atas tanah akan terpengaruh, termasuk kehidupan manusia sebagai konsumen terakhir.

 

2. Akibat dari Ditebangnya Jalur Hijau (Flora). Para ahli tumbuh-tumbuhan dunia mengatakan bahwa jalur hijau (flora) bukanlah benda mati yang kasar seperti yang sering kita bayangkan. Jalur hijau memiliki semacam “saraf” dan “perasaan”. Ia dapat bereaksi “mendengarkan” musik, misalnya. Ada jenis musik yang membuat dia tumbuh subur dan yang lainnya tidak. Perawatan jalur hijau yang penuh kasih sayang membuat dia “senang” dan berkembang. Perlakuan kita tehadap jalur hijau yang kasar dapat membuat dia meradang dan merana. Karena penebangan hutan yang tak bertanggung jawab, sekarang kita menyaksikan:

a.  Di banyak daerah di mana hutannya ditebang, maka banyak mata air mulai mengering dan debit air menurun.

b.  Di daerah yang hutannya sudah lama lenyap, maka tanahnya mulai kering dan gersang, sebab gampang terjadi erosi. Tanah-tanah subur mudah tergusur oleh air hujan.

c. Di daerah yang hutannya sudah lenyap, maka lenyap pula berbagai jenis satwa, sebab mereka kehilangan “rumah” dan tempat tinggal.

d. Di daerah-daerah yang gundul (hutannya lenyap), maka suhu udaranya menjadi lebih tinggi dan curah hujan cenderung berkurang. 

Akibat Perburuan dan Pembunuhan Binatang dan Margasatwa

Manusia adalah pembunuh hewan berdarah dingin. Jika manusia membunuh hewan untuk dimakan, hal itu dapat dimengerti. Namun, hewan sering dibunuh hanya untuk hobi dan untuk konsumsi manusia berselera tinggi.. Banyak daerah yang dahulu ramai dengan siul burung sekarang menjadi sepi, karena menjadi sasaran senapan angin dan senapan sungguhan. Banyak margasatwa yang terancam punah. Beberapa waktu lalu dikabarkan bahwa “Harimau Bali” yang tubuhya paling mungil dari tujuh ras harimau loreng telah musnah. Ia sudah menjadi bagian dari masa lalu yang hanya tinggal dalam ingatan para ahli. Kita sendiri tak pernah akan melihatnya lagi. Beberapa jenis fauna telah punah dari muka bumi ini dan tidak pernah akan kembali lagi. Tuhan pun mungkin tidak akan menciptakannya lagi untuk kedua kalinya.

Akibat Pencemaran Air dan Udara

Kita harus menyadari bahwa pencemaran dan perusakan lingkungan akan merupakan bumerang bagi kita. Kita sudah mulai mengalami akibat dari perusakan alam lingkungan kita. Bencana banjir, tanah longsor, musim yang tidak menentu, kemarau panjang, berbagai penyakit aneh mulai mewabah. Itulah tanda bahwa alam lingkungan kita mulai berontak.

Pencerahan dari Kirab Suci (Kej: 1:1-7.21-24)

Kita pernah mendengar atau membaca tentang dosa pertama yang diceritakan dalam Kitab Suci (Kej 3). Cerita itu bukanlah suatu laporan tentang suatu kejadian di masa lampau, tetapi lebih merupakan suatu cerita simbolik, suatu cerita kiasan yang ingin menunjukkan kepada kita bahwa manusia lebih suka mengikuti jalan pikiran dan seleranya sendiri.

Secara kiasan Kitab Suci menceritakan bagaimana Tuhan memberikan kepada manusia pertama (Adam dan Hawa) suatu taman, suatu kebun, yang indah dan subur. Tuhan memberikan semuanya, namun Tuhan berpesan supaya pohon yang tumbuh di tengah kebun itu tidak diganggu gugat. Sebenarnya ini suatu “perintah” yang tidak berat. Namun, Adam dan Hawa telah menentang perintah Tuhan itu. Ia memilih pikiran dan kemauannya sendiri. Ia mengganggu pohon itu, ia memetik buahnya, untuk suatu kesenangan sesaat. Kita tahu akibat dari ulah manusia itu, kebun yang indah itu lenyap. Lalu manusia harus menuai berbagai derita dan bencana secara turun temurun.

Manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Artinya, manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di dunia ini. Sebagai wakil Allah, manusia diberi tugas untuk menguasai ciptaan lainnya. Menaklukkan dan menguasai alam tidak berarti menggunakannya sampai habis dan merusaknya, tetapi mengatur dan menyiasati alam demi kebahagiaan manusia itu sendiri dan semua makhluk ciptaan Allah. Manusia mempunyai tugas untuk memelihara alam ciptaan (lingkungan hidup), sehingga alam ini dapat dinikmati oleh umat manusia sepanjang masa.

Alam semesta ini bukan hanya untuk manusia atau untuk sekelompok manusia yang saat ini memiliki sarana dan kemampuan untuk memanfaatkannya saja, tetapi alam semesta ini untuk semua generasi manusia kini dan masa datang. Maka seluruh tindakan manusia atas alam harus menunjukkan tanggung jawab bagi masa depan, bagi generasi yang akan datang.

Manusia perlu menyadari bahwa keberadaan alam semesta ini saling kait-mengait. Manusia adalah makhluk yang hidup bersama dengan makhluk ciptaan lain dan hidup dalam lingkungan ciptaan yang indah mengagumkan. Manusia bukan satu-satunya ciptaan yang punya hak atas alam semesta ini. Maka, manusia harus membangun kesetiakawanan dengan makhluk yang lain. Adanya alam semesta ini adalah untuk bersama, sehingga keharmonisan antara satu dan yang lain harus dipelihara. Manusia tidak dapat menguras kekayaan alam tanpa memperhitungkan akibat bagi keberadaan, kelestarian, dan keindahan ciptaan yang lain. 

Apa yang dilakukan oleh Gereja Katolik?

Ajaran Sosial Gereja mengajak kita umat kristiani dan juga umat manusia pada umumnya untuk bersama-sama menjaga lingkungan alam sebagai harta milik bersama dari Allah. Tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, warisan bersama umat manusia, tidak saja mencakup kebutuhan-kebutuhan saat sekarang tetapi juga kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Artinya bahwa generasi pada masa yang akan datang berhak untuk hidup sejahtera dari alam ini. Maka jangan sampai generasi sekarang menghancurkannya sehingga generasi mendatang hanya menuai bencana alam akibat keserahakan generasi sekarang ini.

Dalam Pesan Pastoral KWI 2012, tentang “Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan” para uskup Indonesia menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat Katolik Indonesia: Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia.

Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul “Bangkit dan Bergeraklah” yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya.

KWI mengajak seluruh umat untuk meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan.

Beberapa pesan untuk ditindaklanjuti bersama

1.   Kepada para pengambil kebijakan publik: kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.

2.   Kepada para pebisnis : pemanfaatan sumber daya alam hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial yaitu tetap terpenuhinya hak hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang akan datang. Di samping itu, usahausaha produksi di kalangan masyarakat kecil dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih didukung.

3.   Kepada umat kristiani: umat kristiani hendaknya mengembangkan habitus baru, khususnya hidup selaras dengan alam berdasarkan kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan. Untuk itu, perlu dicari usaha bersama misalnya pengolahan sampah, penghematan listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi, advokasi persuasive di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan alam serta lingkungan. Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil peranan yang besar dalam Gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan pentingnya kearifan lokal.

4.   Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012, antara lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggungjawab dan panggilan kita untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin dikuatkan dan komitmen ekopastoral kita untuk peduli pada lingkungan kian diteguhkan. Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi kesaksian kasih nyata dan “pintu kepada iman” yang “mengantar kita pada hidup dalam persekutuan dengan Allah” (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua pihak yang berkehendak baik.

Mari sebagai anggota gereja menjadi agen-agen yang berpikir dan bertindak sebagai pelestari lingkungan hidup dan menjaga keutuhan ciptaan.

Salam Pandu Cendekia

KEHARMONISAN LINGKUNGAN HIDUP

Pendahuluan

Bila kita amati dan kita refleksikan dengan saksama, ternyata bahwa alam lingkungan kita ini sesungguhnya amat indah dan harmonis. Jika kita memperhatikan dengan teliti, maka di dalam alam lingkungan kita terdapat rantai kerja sama antara semua unsur yang saling menunjang dan menghidupi satu sama lain. Ada rantai kerja sama antara tanah, matahari, udara, flora, fauna, dan manusia. Rantai kerja sama dimulai dari tumbuh-tumbuhan yang menggunakan zat-zat dari tanah dan tenaga sinar matahari untuk membentuk jaringan sel. Kemudian, tumbuh-tumbuhan dimakan oleh binatang herbivora atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Binatang herbivora selanjutnya dimakan oleh binatang karnivora atau pemakan daging. Terakhir, manusia ikut serta dalam rantai kerja sama itu dengan memanfaatkan binatang karnivora.

Sejak tumbuh-tumbuhan dan binatang muncul di bumi ini, rantai kerja sama itu belum berubah. Di dalam hutan, misalnya, rantai kerja sama itu berbentuk sebagai berikut: ada buah jatuh dari pohon dan menjadi makanan tupai. Tupai itu makanan rubah. Kemudian, manusia memburu rubah itu untuk dimanfaatkan (dimakan) dagingnya. Sementara itu, kotoran rubah yang jatuh di tanah dalam hutan menjadi makanan bakteri yang menciptakan humus. Humus ini menyuburkan tanah sehingga tanaman dan pohon-pohon dapat menghasilkan buah yang dapat dimanfaatkan oleh binatang ataupun manusia.

Tanah

Sejarah alam, jutaan tahun yang lalu, bola bumi kita ini berbentuk yang terdiri atas bongkah-bongkah batu dan padas. Batu-batuan itu hancur sedikit demi sedikit dalam kurun waktu jutaan tahun. Kadang-kadang terjadi proses percepatan penghancuran bongkah-bongkah batu, misalnya melalui letusan gunung berapi, gempa, benturan-benturan hebat waktu terjadi prahara di bumi ini.

Proses penghancuran batu-batuan itu masih dapat dipercepat lagi oleh daya berat, daya panas, cahaya, udara, air, dan es. Batu yang hancur mengandung zat mineral seperti Nitrogen, Fosfor dan Potasium yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan mulai hidup. Tumbuh-tunbuhan pertama yang mulai merayap di batu-batuan yang telah hancur menjadi tanah itu adalah lumut-lumutan, kemudian tumbuh-tumbuhan paku-pakuan. Kemudian disusul tumbuh-tumbuhan lain yang mulai menancapkan dirinya di kulit bumi yang mulai merekah. Akar-akarnya mulai dengan rakus mencekam, mencabik kulit bumi untuk mengisap dan menyedot zat-zat kehidupan dari bumi. Dengan demikian, proses penghancuran batu-batuan menjadi tanah makin dipercepat.

Prosesnya amat panjang dan pelik untuk membentuk segumpal tanah (humus) yang sekarang tinggal kita sendok di halaman rumah kita. Tanah segumpal itu telah mengalami “sejarah hidup” selama jutaan tahun untuk menjadi tanah, seperti sekarang dapat kita injak di mana pun juga.

Manfaat Tanah

Tanah adalah sumber kehidupan Dalam banyak kepercayaan dan falsafah tanah dianggap sebagai ibu yang mengandung, dan melahirkan berbagai unsur alam lain seperti: emas, perak, tembaga, batu bara, minyak tanah, flora, dan fauna. Segumpal tanah mengandung zat-zat mineral, gas, dan bakteri-bakteri yang memungkinkan berbagai bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang. Banyak tanaman dapat tumbuh dengan subur dan memberi hasil, walaupun kita hanya melontarkan benihnya begitu saja di atas tanah.

Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Pada waktu pemakaman jenazah seseorang yang meninggal dianjurkan agar para pengiring jenazah melemparkan sejumput tanah atau menabur sejemput bunga ke dalam lobang kubur, tempat jenazah itu dibaringkan. Kita seolah-olah dipaksa melihat ke perut bumi yang menganga untuk menyadari bahwa dari sana kita berasal dan ke sana pula kita akan kembali. Kalau kita renungkan sungguh-sungguh, sebenarnya pesan itu tidak hanya bergema pada saat kita megantarkan jenazah sesama kita yang meninggal, tetapi juga sepanjang masa kehidupan kita. Kita sesungguhnya berasal dari tanah. Apa yang kita makan sehari-hari itu sebenarnya berasal dari tanah. Nasi dan sayur berasal dari tanah. Daging akhir-akhirnya juga berasal dari tanah. Badan kita dikenyangkan, diberi gizi, ditumbuhkan, dan dibentuk oleh semua yang berasal dari tanah. Diri kita sungguh dibentuk dari tanah. Secantik-cantiknya seorang gadis, segagah-gagahnya seorang perjaka, ia sungguh dibentuk dan dipercantik oleh Sang Ibu Tanah. Bukan sekedar simbol saja. Sampai sekarang pun Tuhan tetap membentuk diri kita dari tanah. Tanah adalah tempat tinggal. Tanah bukan saja menjadi sumber kehidupan, tetapi juga menjadi tempat tinggal bagi manusia. Memiliki sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang membuat kita merasa aman dan bahagia. Seseorang yang tidak memiliki tanah akan selalu merasa asing, selalu merasakan di negeri asing.

Sesudah Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Ia menyerahkan kepada mereka sebidang tanah yang dinamakan Taman Eden (Firdaus) untuk menjadi tempat tinggal bagi mereka. Allah pernah menjanjikan pula sebidang tanah, sebuah Tanah Air, bagi Ibrahim dan seluruh keturunannya. Dengan menjanjikan dan memberikan sebidang tanah, sebuah Tanah Air di bumi ini, Allah ingin mendidik dan mengarahkan pandangan kita kepada Tanah Air abadi, yakni Diri-Nya sendiri. Tanah adalah simbol persatuan.

Kebanyakan keluarga atau suku memiliki sebidang tanah atau lebih. Tanah itu mungkin diwariskan oleh ayah ibu atau leluhur kita yang mereka peroleh sebagai warisan, jual beli, perkawinan, atau direbut melalui perang dan pertumpahan darah. Dalam tanah itu pula, para leluhur kita dikuburkan, sehingga antara kita dan tanah sudah tumbuh semacam ikatan “batin” yang mendalam. Tanah bukan saja membangun ikatan batin dengan kita, tetapi tanah juga membangun ikatan batin dengan sesama kita dalam keluarga atau dalam suku. Tanah menjadi simbol persatuan keluarga atau suku. Oleh sebab itu, kita sering mempertahankannya mati-matian tanah warisan leluhur apa pun taruhannya. Tanah warisan leluhur itu sering kita beri nama yang merupakan nama kebanggaan bagi kita bersama

Selain tanah, hutan maha penting bagi kehidupan manusia untuk memberinya makanan berupa buah-buahan, daun-daunan, batang-batang tanaman sampai ke akar-akar tanaman. Selain makanan, hutan memberi manusia berbagai jenis obat-obatan nabati dan sari minuman. Di samping itu, ada beberapa kegunaan hutan yang mungkin sering luput dari perhatian kita, antara lain sebagai berikut:

1.  Membantu manusia untuk bernafas. Selain memberi makanan dan minuman, hutan kita butuhkan untuk bernafas. Di permukaan setiap daun terdapat berjuta-juta mulut daun yang selalu mengeluarkan zat asam (O2) yang sangat kita butuhkan untuk bernafas dan hidup. Kekurangan zat asam (O2) akan membuat kita dan seluruh satwa di bumi ini mati. Dalam udara di sekitar kita juga terdapat zat yang disebut zat asam arang (CO2). Jika zat asam arang (CO2) terlalu banyak, maka kita pun akan mati. Mulut-mulut daun di hutan itulah yang mengisapnya, sehingga kita luput dari maut.

2.  Hutan mengatur suhu udara. Di daerah atau kawasan yang gundul, sinar matahari akan menyengat dan memanaskan permukaan bumi sehingga suhu udara panas seperti di padang gurun. Tetapi dengan adanya hutan di suatu daerah yang dekat, suhu udara tidak akan terlalu tinggi.

3.   Hutan mendatangkan hujan. Uap air yang naik ke udara akan menjadi awan. Semakin banyak uap air yang naik ke udara, maka akan semakin banyak awan di udara sehingga menjadi jenuh dan berat. Jika awan tersebut naik semakin tinggi, maka awan tersebut akan semakin dingin pula. Karena semakin jenuh, maka awan itu akan semakin berat dan dingin. Akhirnya, uap air itu akan menjadi butir-butir hujan yang turun ke bumi. Hutan atau jalur hijau itulah yang menghasilkan uap air, mengatur suhu udara, menentukan jumlah dan sebaran hujan. Oleh karena itu, daerah yang berhutan akan mempunyai curah hujan lebih besar daripada daerah yang tidak berhutan atau gundul.

4.  Hutan menjadi tempat tinggal margasatwa. Hutan menjadi tempat tinggal (“rumah”) bagi margasatwa atau binatang. Di mana ada hutan (jalur hijau) di sana ada berbagai macam satwa. Margasatwa dan hutan kiranya tidak dapat dipisahkan. Karena itu, jika hutan (jalur hijau) mulai menghilang, maka menghilang pula bergabai macam satwa yang menjadi penghuni di dalam tersebut.

5.  Hutan menyimpan air. Air hujan yang jatuh akan cepat sekali terisap oleh tanah, terlebih di daerah yang ditumbuhi hutan (jalur hijau). Hutan akan mengundang hujan dan menahan air hujan untuk masuk ke perut bumi. Dengan demikian, hutan menjadi bak penampungan air yang raksasa dan kemudian membagikannya kepada manusia melalui sumbersumber mata air

6.   Hutan melindungi tanah. Hutan mempertebal humus. Akar-akar tanaman hutan akan menjadi pengikat tanah subur dan mencegah tanah subur terkikis oleh erosi. Penyebab utama erosi dan tanah longsor adalah penggundulan hutan. Gunung atau bukit tanpa hutan akan dikikis sedikit demi sedikit oleh air hujan dan angin.

Selain tanah dan hutan margasatwa sangat berguna bagi manusia. Manusia sejak zaman dulu sangat membutuhkan binatang, baik sebagai sarana transportasi, sarana kerja (menarik gerobak atau menggarap tanah), maupun untuk diambil dagingnya sebagai makanan. Sebagai bahan makanan, binatang memberi banyak gizi dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu, binatang tertentu dapat menjadi kawan, penjaga, dan pelindung yang sangat setia. Kita kenal hewan yang sudah termasyur karena kesetiannya, seperti kucing, anjing, kuda, merpati, ikan lumba-lumba, dan sebagainya. Banyak jenis binatang di planet kita ini, entah jenis binatang besar entah binatang kecil.

Semua binatang itu sangat indah dan menarik. Namun, terkadang kita mengabaikan keberadaan mereka, terutama binatang-binatang kecil seperti cecak, tokek, laba-laba, dsb. padahal mereka sangat melindungi kita. Mereka sering merayap di sudutsudut rumah waktu kita tidur lelap dan menangkap nyamuk atau jenis serangga lain yang dapat mendatangkan penyakit bagi kita. Kita tidak pernah tahu, entah sudah berapa ribu kali kita terluput dari nyamuk malaria, misalnya, karena pertolongan binatangbinatang yang kelihatan tak berarti.

Demikian juga antarsesama fauna. Dalam dunia binatang terdapat suatu kerja sama alamiah yang rapi sekali. Unsur kerja sama dalam kehidupan hewan jauh lebih mengesankan daripada unsur persaingan atau bunuh membunuh. Sebenarnya, antara binatang yang dijadikan makanan dan binatang yang memakannya ada semacam kerja sama yang cukup tertib. Hewan yang membunuh hewan lain untuk makanannya tidak melakukan tindakan itu karena nafsu agresi, melainkan karena keharusan alamiah di dalam tubuhnya, yaitu kelaparan. Sekelompok hewan antilope, misalnya, tidak akan takut untuk berada dekat dengan seekor singa yang baru saja memperoleh makanannya. Selama masih kenyang, singa itu tidak akan membunuh. Beberapa species hewan juga memiliki naluri untuk tidak meninggalkan rekannya yang terluka sampai rekan itu mati atau tidak dapat dipulihkan lagi. Seekor gajah yang menjumpai seekor hewan kecil yang lemah di jalan kadang-kadang akan mengangkatnya dengan lembut dan menaruhnya di pinggir jalan. Paling kelihatan dalam hal hidup sosial adalah kehidupan dari semut, burung parkit, dan kera. Dalam kerja sama terhindarlah permborosan energi untuk persaiangan atau untuk mencapai dominasi. Kesosialan mereka merupakan satu faktor utama yang memungkinkan perkembangan dalam sejarah alam dari makhlukmakhluk yang sederhana menjadi lebih sempurna.

Manfaat fauna bagi flora

Sebagai sesama makhluk hidup, terdapat pula kerja sama antara fauna dan flora. Ada beberapa jenis binatang yang dapat membantu penyebarluasan tanaman tertentu. Misalnya, kelelawar, musang, dan tupai yang mebuang kotorannya yang mengandung biji-bijian suatu tanaman yang dimakannya dapat membantu untuk pertumbuhan dan penyebaran tanaman tersebut di tempat ia membuang kotoran. Kotoran bianatang ini sekaligus dapat menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah. Sementara itu, binatang-binatang jenis serangga, misalnya lebah, kupu-kupu, kumbang, dsb., sangat membantu penyerbukan suatu tanaman. Sebab, ada jenis tanaman tertentu yang tidak dapat menyerbuk sendiri dan membutuhkan bantuan binatang-binatang tersebut.

Fauna sangat berguna bagi tanah. Kotoran binatang dapat menjadi pupuk yang menyuburkan tanah. Sementara itu, ada jenis binatang yang sering dianggap hina, tetapi bumi kita sangat membutuhkan mereka. Binatang yang sangat berjasa dalam menggemburkan tanah adalah cacing tanah, kumbang tanah, rayap, dan organisme lain yang hidup dalam tanah.

Pesan Kitab Suci

Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan mengatakan dua pesan pokok, yakni: a) segala sesuatu berasal dari Allah, langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita harus mengatakan bahwa betapa ajaibnya unsur alam yang amat sederhana (entah apapun namanya). Allah telah “menuntunnya” untuk berkembang sampai tercipta alam dan lingkungan hidup yang sedemikian indah, harmonis, dan ajaib; dan b) semua yang tercipta (ciptaan Allah selalu aktual) adalah baik, seperti yang telah kita renungkan sampai saat ini. Mari kita menjaga keharmonisan interaksi antara flora dan fauna, fauna dan flora dan sebaliknya dan juga kita manusia, sehingga kita bisa hidup Bahagia di alam yang indah ini. Salam Pandu Cendekia!

MEMPERJUANGKAN PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI

Suatu kali Paus Fransiskus menyambut presiden Israel dan presiden Palestina di Vatikan untuk pertemuan doa yang belum pernah terjadi sebelumnya, “Doa untuk Perdamaian.” Patriark Konstantinopel, Bartholomeus I, bergabung dengan tiga pemimpin itu untuk berdoa bagi perdamaian di Tanah Suci dan di seluruh Timur Tengah.  Doa perdamaian di Vatikan yang diprakarsai oleh Paus Fransiskus merupakan gambaran bahwa kita semua sebagai manusia senantiasa mendambakan hidup yang damai. Namun kenyataannya masih terjadi peperangan atau pertikaian di berbagai tempat di dunia termasuk di negeri kita sendiri.

Untuk itu kita perlu menyadari hal-hal tersebut dan berusaha menjadi agen-agen perdamaian dalam hidup kita di tengah masyarakat, baik di negeri sendiri maupun di dunia internasional. Sehubungan dengan tema ini beberapa hal yang perlu diketahui dan dipahami:

1.  Fakta-fakta pertikaian dan perang dapat disaksikan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini terjadi beberapa peristiwa pertikaian dan peperangan baik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Pertikaian-pertikaian tersebut, antara lain: a). di Timur Tengah hingga kini masih terjadi peperangan yang tidak kunjung selesai antara Israel dan Palestina. Sudah ratusan ribu nyawa melayang; b). di Irak, masih terjadi perang saudara pasca tumbangnya presiden Saddam Husein pada bulan Maret 2003 hingga saat ini. Begitupun di Siria dan beberapa negara tetangga lainnya. c). di Eropa kini terjadi perang saudara di Ukraina yang telah menelan banyak korban jiwa. d). di Indonesia masih sering terjadi pertikaian antarsesama anak bangsa, oleh karena alasan politik ataupun alasan agama.

2.     Beberapa alasan besar yang menyebabkan terjadinya pertikaian dan perang, antara lain:

  •  Fanatisme agama dan suku: Fanatisme agama atau suku biasanya disebabkan oleh kepicikan dan perasaan bahwa dirinya terancam. Pertikaian dan perang karena fanatisme agama selalu berlangsung lama dan sangat kejam.
  • Sikap arogan/angkuh: Sikap arogan/angkuh adalah sifat dimana suku atau bangsa yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang.
  • Keserakahan: Banyak pertikaian dan perang berlatar belakang ekonomi karena ingin merebut ‘harta karun’ tertentu. Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang. Perang menciptakan peluang pedagangan senjata dan tekhnologi.
  • Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak: Kadangkadang perang terpaksa dilaksanakan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.

3.     Akibat Pertikaian dan Perang. Ada dua akibat besar yang ditimbulkan oleh pertikaian dan perang, yakni:

  • Kehancuran secara jasmani dan fisik: Perang dapat menyebabkan banyak orang mati, sekian banyak sarana dan prasarana hancur, sekian ekologi punah, dsb.
  • Kehancuran secara rohani: Dalam perang dapat terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. Perang menyisakan trauma dan luka perkosaan terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang dapat saja membawa akibat yang baik tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya, apalagi di zaman modern ini.

4.     Kerinduan Manusia pada Perdamaian

  •  Perdamaian sangat penting bagi kelangsungan dan perkembangan hidup manusia. Manusia ingin mencari suatu ketenangan hidup yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan dirinya dengan lebih manusiawi di dalam persaudaraan. Tidak mungkinkah manusia mewujudkan perdamaian yang pada dasarnya telah diletakkan Allah dalam hati setiap orang?
  • Mewujudkan perdamaian memerlukan kesadaran, pengakuan, dan penghormatan terhadap martabat dan hak asasi manusia. Perampasan terhadap hak asasi orang lain membawa bencana yang besar. Karena itu, menghormati martabat dan hak asasi orang lain merupakan dasar untuk mewujudkan suatu perdamaian sejati. Perdamaian tidak mungkin tercipta selama seseorang merendahkan orang lain dan saling menuding kesalahan kepada orang lain.

Ajaran Kitab Suci

Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh. 14: 27). Damai macam apakah yang ditinggalkan oleh Yesus bagi kita? Orang pada zaman Yesus mengharapkan damai secara politis, yakni diusirnya penjajah dari negeri mereka, sehingga tidak ada perang dan penindasan lagi. Yesus menegaskan: “Aku bukan pembawa damai seperti yang kalian pikirkan. Aku memang pembawa damai, sebab inilah salah satu ciri khas mesias sejati” (bdk. Luk 1: 79). Namun, damai itu bukan semacam ketenangan murahan, damai politis, seperti yang biasanya dibayangkan orang. Yesus mengajarkan perdamaian yang jauh lebih mendalam. 

Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin. Ini bukan damai lahiriah yang tergantung pada manusia lain, tetapi damai batiniah yang sepenuhnya berakar dalam kebenaran, yaitu di dalam diri Yesus. 

Damai itu bukan hanya tidak ada perang atau kekacauan. Lebih dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah. 

Damai tidak hanya ditempatkan dalam pengertian politik atau lahiriah saja. Yesus sendiri memperingatkan kita bahwa damaiNya tidak meniadakan derita yang dijumpai para murid-Nya di dalam dunia. Dengan kata lain, damai harus diuji dengan derita. Dunia ini penuh dengan derita, tetapi Yesus penuh dengan damai. Damai yang dimiliki oleh para murid-Nya sebenarnya berasal dalam Kristus. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku”(Yoh 16: 33). f) Damai Tuhan inilah yang seharusnya berada dan tinggal dalam tiap hati orang. Damai yang demikian kuatnya sehingga setiap kejahatan dibalas dengan kebaikan. “Kalau orang menampar pipi kirimu, berikanlah pula pipi kananmu” (lih. Mat 5: 39). Yesus menolak setiap kekerasan dalam perwartaan-Nya.

Ajaran Gereja

Perdamaian adalah sebuah nilai dan suatu kewajiban universal yang dilandaskan pada suatu tata susunan masyarakat yang rasional dan bermoral yang memiliki akar-akarnya di dalam Allah sendiri,  sumber pertama dari keberadaan, kebenaran hakiki serta kebaikan tertinggi. Perdamaian bukan selalu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjaga keseimbangan saja di antara kekuatankekuatan yang berlawanan. Sebaliknya, perdamaian dipijakan pada suatu pemahaman yang tepat tentang pribadi manusia dan menuntut ditegakkannya suatu tata susunan yang dilandaskan pada keadilan serta cinta kasih. Perdamaian adalah sebuah keadilan (bdk. Yes 32:17) yang dipahami dalam arti luas sebagai sikap hormat terhadap keseimbangan setiap matra pribadi manusia. Perdamaian itu terancam kalau manusia tidak diberikan segala sesuatu yang menjadi haknya sebagai pribadi manusia, tatkala martabatnya tidak dihormati dan manakala kehidupan sipil tidak diarahkan kepada kesejahteraan umum. Pembelaan dan penegakan hak asasi manusia pada hakikatnya ialah demi pembangunan sebuah msyarakat yang damai serta perkembangan terpadu individu-individu, suku serta bangsa-bangsa. Perdamaian adalah juga buah cinta kasih.

Perdamaian sejati dan abadi lebih merupakan persoalan cinta kasih daripada keadilan, karena fungsi keadilan hanyalah sekedar menghapuskan rintangan-rintangan menuju perdamaian. Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian adalah keadilan. Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Walaupun demikian, perdamaian tidak pernah sekali jadi, tetapi harus selalu dibangun. Perdamaian akan tercipta bila nafsu-nafsu sombong dan serakah setiap orang dikendalikan. Perdamaian tidak dapat tercapai di dunia ini apabila manusia dengan rakus mengutamakan kepentingan pribadinya. Perdamaian akan terwujud bila kesejahteraan setiap pribadi terjamin dan manusia dengan penuh kepercayaan melakukan tukar-menukar jiwa dan bakatnya. Tekad yang kuat untuk menghormati martabat setiap orang dan bangsa lain merupakan syarat untuk terciptanya perdamaian. Selain itu, sikap bersaudara mutlak diperlukan untuk membangun perdamaian. Dengan demikian, perdamaian adalah buah cinta kasih. Apabila orang selalu menumbuhkan cinta kasih, maka perdamaian akan bertumbuh subur. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan untuk perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Dalam hal ini mengandaikan adanya tatanan sosial yang adil dan yang

menjamin ketenangan serta keamanan hidup setiap orang. Setiap orang sadar atau tidak sadar mempunyai empat relasi dasar. Keempat relasi dasar itu ialah relasi dengan Tuhan atau ‘dunia atas’, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni di antara keempat relasi tersebut sangat menentukan situasi hidup manusia. Damai dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.(Kompendium. ASG 494). Semoga kita menjadi agen pembawa perdamaian di lingkungan keluarga kita, sekolah dan masyarakat sekitar.