TUBUH ALAMIAH YANG DITABUR, DIBANGKITKAN TUBUH ROHANIAH

Apa itu kematian?

Sejenak mari kita membaca kutipan ayat Alkitab dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus: Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. (lih. 1Kor 15:40-44)

Bertanya tentang apa arti kematian, sebuah jawaban yang sering dilontarkan yakni bahwa kematian adalah suatu keadaan dimana seseorang lupa bernafas. Seperti sebuah lelucon, namun sungguh benar. Karena memang orang yang sudah meninggal dunia tidak lagi bernafas. Jawaban lain yang setinggkat lebih maju adalah suatu keadaan berpisahnya jiwa dan raga. Dan sebagai orang Kristen kita mengatakan bahwa kematian adalah suatu keadaan dimana nafas Allah telah diambil keluar dari tubuh yang fana ini. Nafas yang dulu dihembuskan Allah ke dalam hidung Adam, telah diambil kembali, sehingga tanah akan kembali seperti tanah.

Secara alamiah-manusiawi manusia yang hidup sulit menerima kematian orang terdekat, kekasih atau anggota keluarganya. Hal itu menimbulkan sebuah pertanyaan kecil: Mengapa? Banyak kenangan, suka duka dan perjuangan yang telah dilalui bersama. Apalagi bila yang meninggal adalah orang yang paling dikasihi atau disayangi. Jangankan meninggal, pergi jauh saja atau pindah domisili di suatu kampung dekat, isak tangis sudah dipastikan mengiringi kepergian orang yang kita kasihi itu.

Karena beratnya menerima kenyataan itu, maka ada orangtua meninggal dunia, bila ada anaknya yang masih kecil, biasanya dikatakan, “ibu (bapamu) hanya tidur yang panjang nak, kita akan bertemu nanti”. Walaupun jawaban itu sebanarnya tidak benar dan itu dilakukan hanya karena anak itu belum mengerti arti sebuah kematian, tetapi memang sungguh benar bahwa ibu (bapa) yang meninggal itu tidaklah meninggal, hanya beristirahat (dalam kubur) untuk dibangkitkan kelak, dan kita pun akan bertemu kelak dalam bumi dan langit yang baru. Bandingkan juga dengan bacaan yang baru saja dibacakan di atas.

Mati dan hidup dalam Kristus

Dulu, setidak-tidaknya pada zaman rasul Paulus, orang-orang sudah bertanya-tanya mengenai apa arti kematian. Apa yang terjadi setelah kematian manusia? Secara gampang rasul Paulus menjawab: “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri (ayat 35-37).

Oleh karena itu, kita, orang Kristen, tidak perlu menangis, bersedih atau bahkan sampai membunuh diri. Karena kita sungguh mengerti bahwa segala sesuatu yang hidup pasti akan melewati pintu kematian: Contigentia omnia rerum. Karena tidak ada yang kekal di dunia. Tetapi lebih dari itu, sabda Tuhan sudah memberi jaminan bagi kita orang percaya. Di tempat lain dalam kitab suci dikatakan, “Bila kita sudah mati bersama Kritus, kita juga akan bangkit bersama Kristus”.

Mati bersama Kristus artinya kita meninggal dalam kepercayaan akan Kristus, kita sudah menerima pembaptisan dalam Kristus Yesus, selama kita menjalankan hidup kita mengikuti ajaran dan perintah Tuhan Yesus dan lebih dari itu kita mengikuti teladan yang telah diberikan oleh Yesus: merendahkan diri dan berkorban bagi sesame. Bila sudah demikian, kita dapat kuat berharap bahwa kita akan bangkit bersama Kristus, artinya kita masuk sebagai anggota kerajaan Allah, dimana Kristus bertahta.

Untuk kita yang masih hidup, keluarga yang ditinggal, tidak perlu bersedih dan berputus harap, karena orangtua yang meninggal hanyalah mendahului kita, nanti kita akan bertemu dan bersama lagi dalam dunia yang baru menjadi sebuah keluarga. Dan lebih dari itu mari kita menyiapkan diri untuk menghadapi saudara maut itu, supaya kita sungguh pantas bangkit bersama Kristus. Karena kematian itu adalah pintu untuk kehidupan baru!

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini