... di antara mereka ...

Mereka tidak perlu engkau ajari dengan ilmu yang engkau miliki, tetapi dampingilah mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Walking together

Takdir menuntun kita ke jalan berliku dan membawa kita ke tempat yang asing. Yang perlu kau lakukan adalah mengenalinya. Zaman kompetisi sudah berlalu, kini eranya kolaborasi

Poker Face

Jangan pernah memberikan kepuasan kepada orang lain dengan membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka telah berhasil melukai anda!

Long life Education

Nemo dat quod non habet - Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak miliki. So ... belajarlah sampai akhir!

Two in One

Dialog dan komunikasi yang baik akan membawa kita pada sebuah tujuan yang dicitakan.

Family is the core of life

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Pergilah sejauh mungkin, namun pulanglah untuk keluarga!

The most wonderful and greatest gift

Anak-anakmu adalah anugerah terindah dan terbesar dalam hidupmu, tetapi mereka bukanlah milikmu!

The nice of brotherhood

Saudaramu adalah orang selalu siap melindungimu, meskipun baru saja engkau ingin memakannya. Satu alasan: karena engkaulah saudaranya.

Happiness is Simple

Bahagia itu sederhana: Pergilah bersamanya, nikmati alam dan pulanglah dalam sukacita!

Sendiri itu perlu

Sesekali ambil waktumu untuk diri sendiri: lihatlah ke kedalaman dan engkau tahu betapa banyak keburukanmu!

PERANAN ROH KUDUS DALAM GEREJA

Sumber: https://www.facebook.com/Liturgi.dan.Ekaristi.Gereja.Katolik/

Baru saja kemarin seluruh umat Kristen di seluruh dunia merayakan Hari Raya Pentakosta, hari dimana Roh Kudus turun atas para rasul dalam bentuk lida-lidah api. Biasanya di hari Pentakosta dilakukan juga pemberian sakramen krisma yang juga disebut sebagai sakramen penguatan. Pertanyaannya apa yang dikuatkan? Iman akan Allah Tritunggal yang dulu kita imani (melalui pengakuan orangtua kita) ketika kita menerima pembaptisan waktu bayi atau anak-anak.

Kisah turunnya Roh Kudus atas para rasul diceriterakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul bab 2. Pada hari Pentakosta, setelah Yesus naik ke surga, para murid yang berkumpul di Yerusalem mengalami pengalaman yang luar biasa. Roh Kudus turun atas mereka dalam bentuk lidah api, dan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus. Mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda, sehingga setiap orang yang hadir dari berbagai bangsa mendengar mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri.

Peristiwa Pentakosta dianggap sebagai titik awal pembentukan Gereja. Sejak saat itu Kudus memberikan kekuatan dan pengarahan kepada para murid untuk menjadi saksi-saksi Kristus di seluruh dunia. Setelah menerima Roh Kudus, para murid menjadi berani dan bersemangat keluar dan memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada orang banyak, dan hasilnya tidak terkira orang yang menjadi percaya dan dibaptis.

Pandangan Gereja Katolik

Pada malam sebelum Yesus bersengsara, Dia berjanji akan memohon kepada Bapa supaya Ia mengutus Roh Kudus untuk meneruskan karya Kristus di dunia. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yoh 14:16-17)

Tugas penyaksian itu langsung sesudah Roh Kudus turun atas para murid pada hari pentakosta ditunaikan oleh para murid, khususnya oleh Petrus. Terhadap mahkamah agung Petrus menekankan kewajiban dan hak penyaksian itu dengan berkata: Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia. (Kis 5:32)

Juga di sidang di Yerusalem para rasul dan para panatua beserta seluruh jemaat di Antiokhia: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini …. (Kis 15:28 dst)

Gereja Katolik meyakini bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa Roh Kudus. Dia menjiwai Gereja, mengaruniai Gereja dengan berbagai jabatan dan karisma, Dia mengerjakan kesatuan Gereja dan mengantar Gereja ke dalam segala kebenaran. Untuk itu rasul Paulus berulangkali memakai gambaran tubuh manusia. Kaum beriman merupakan anggota badan itu, Roh Kuduslah jiwanya atau nafasnya, dan Kristuslah kepalanya. (bdk. 1Kor 12:3-13)

Tetapi seperti berkat kekuasaan Roh Kudus Kristus, Sabda Allah yang kekal mengambil kodrat manusia dari perawan Maria, begitu Roh Kudus memilih orang yang bekerjasama dengan Dia, dan Dia melalui mereka, mengerjakan keselamatan dan kesucian dunia.

Beberapa kutipan dari Liturgi, menunjukkan bahwa Gereja Katolik yakin, tanpa Roh Kudus Gereja tidak bisa bertindak, terlebih yang mempunyai jabatan khusus di dalam Gereja. Di dalam Doa Syukur Agung IV sehubungan dengan perayaan Ekaristi dikatakan:

Roh Kudus yang berasal dari-Mu, ya Bapa,
diutus oleh Kristus sebagai hadiah pertama kepada kami
yang percaya kepada-Nya,
agar kami hidup bukan lagi untuk diri kami sendiri,
melainkan untuk dia yang telah wafat bagi kami dan bangkit kembali.
Maka karya Kristus di dunia ini diteruskan oleh Roh Kudus,
yang menyelesaikan segala kesucian.
Dari sebab itu, kami mohon, ya Tuhan,
semoga Roh Kudus itu pula berkenan menyucikan
persembahan kami ini,
agar menjadi Tubuh dan Darah
Tuhan kami Yesus Kristus ….

Selama mendoakan doa ini, yang disebut epiklese, imam mengulurkan tangannya atas persembahan, tanda penyucian dan kekuatan Roh Kudus. Di dalam doa yang serupa imam di dalam Gereja ortodoks melambaikan/ mengibaskan kain penutup piala di atas persembahan, juga sebagai tanda kedatangan Roh Kudus.

Di dalam salah satu liturgi ekaristi protestan, doa yang serupa berbunyi seperti berikut:

Ya Tuhan, Allah kami, pencipta manusia,
Engkaulah kudus dan kemuliaan-Mu tanpa batas,
atas ekaristi kami utuslah Roh yang menghidupkan,
yang telah berbicara melalui Musa dan para nabi,
yang menaungi perawan Maria dengan rahmat,
yang telah turun atas turun atas Yesus di sungai Yordan
dan atas para rasul pada hari pentakosta.
Semoga pencurahan Roh itu yang menyala-nyala,
mengubah perjamuan syukur ini sedemikian rupa,
bahwa roti ini dan anggur ini menjadi bagi kami
Tubuh dan Darah Kristus. (Liturgi Lima 1982)

Umat menanggapi dengan menyanyikan “Veni Creator Spiritus …” (Datanglah Roh Pencipta). Demikian juga bila seorang imam ditahbiskan, di puncak doa pentahbisan dikatakan oleh uskup:

Maka kami mohon, ya Bapa yang mahakuasa,
berikanlah martabat imamat kepada hamba-Mu ini.
Baharuilah Roh kesucian di dalam hatinya,
supaya jabatan yang sekarang diterimanya dari pada-Mu,
tetap dipegangnya.

Demikian juga pada malam Paska, bila air bapis diberkati menurut kebiasaan dari Gereja kuno, pada puncak doa pemberkatan, lilin paska dicelupkan ke dalam air seraya berkata:

Kami mohon, ya Tuhan,
Semoga dengan perantaraan Putera-Mu
Kekuatan Roh Kudus turun ke dalam bejana ini.
Semoga semua orang
yang dalam air baptis dikuburkan bersama Kristus yang wafat,
dierkenankan pula hidup bersama Kristus yang bangkit ….

Lilin paska yang bernyala merupakan lambang Kristus dan Roh Kudus. Di Gereja Ortodoks semua hadirin mencelupkan lilin mereka ke dalam air, lambang lidah api Roh Kudus menyucikan air baptis Di dalam liturgi Gereja Katolik, makin penting dan meriah upacara makin meriah juga permohonan kedatangan Roh Kudus. Dengan ini nampak bahwa Gereja katolik yakin bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa “pengganti Kristus” yaitu Roh Kudus.

Tetapi justru karena ada janji Kristus akan memberikan Roh Allah, maka Gereja Katolik juga yakin, bahwa tanda keselamatan (sakramen, pemberkatan dll) sungguh menghasilkan yang dilambangkan dengan tanda itu, dan bahwa jabatan-jabatan Gereja sungguh berkuasa melaksanakan yang diperintahkan kepada mereka oleh Kristus: “Baptislah …; urapilah orang sakit …; lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku; jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni…; barangsiapa mendengarkan kamu, dia mengengarkan Aku….”

Semoga setiap umat beriman senantiasa membuka pintu hati agar Roh Kudus berkarya dan meneruskan karya penyelamatan Yesus Kristus. Tugas Kristus merupakan tugas Gereja; dan tugas Gereja menjadi tugas umat beriman ketika seseorang menerima pembaptisan dengan menjadi imam, nabi dan raja.

LIDAH: TINJAUAN SINGKAT DARI SUDUT PANDANG ANATOMI, SOSIAL BUDAYA DAN AJARAN KRISTIANI

Pendahuluan


Sesungguhnya saya sudah beberapa kali menulis tentang lidah, baik di media sosial maupun di blog ini. Tulisan ini sudah lama tinggal begitu saja dan tidak terselesaikan, namun karena hari ini saya berkesempatan merapikan file di komputer saya dan saya merasa sayang sekali jika tulisan ini tidak diselesaikan.

Setelah membaca ulang secara keseluruhan saya menjadi teringat apa yang menginspirasi saya membuat tulisan ini. Untuk itu, izinkan saya menceritakan secara singkat kepada pembaca yang budiman.

Di tempat saya bekerja ada kebiasaan bahwa sebelum memulai bekerja di pagi hari, seluruh pegawai berkumpul terlebih dahulu untuk berdoa dan mendengarkan bacaan kitab suci. Setelah berdoa dan briefing baru masing-masing menuju posnya untuk bekerja. Pada saat itu bacaan diambil dari Yakobus 3:1-12. Dalam perikope itu rasul Yakobus memberikan nasihat kepada jemaat tentang bagimana menjaga lidah. Demikianlah pada waktu senggang saya menuliskan tulisan yang sekarang sampai kepada pembaca yang budiman.

Lidah dari sudut pandang fisiologi

Lidah manusia adalah salah satu organ tubuh manusia yang tergolong kecil. Walaupun demikian lidah merupakan organ yang menarik dan kompleks, memiliki peran yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Ia merupakan salah satu alat indera yang penting dalam mendalami dan menyelami dunia melalui rasa. Sebagai organ utama dalam pengecapan, lidah memainkan peran yang krusial dalam menentukan rasa makanan dan minuman yang dinikmati manusia.

Dalam perspektif ilmu anatomi dan fisiologi, lidah memiliki struktur dan mekanisme yang kompleks yang memungkinkan kita untuk merasakan dan membedakan berbagai rasa dengan presisi. Lidah adalah otot yang kuat yang terdiri dari jaringan otot rangka. Permukaan atas lidah dilapisi oleh papila yang mengandung kuncup rasa, termasuk rasa manis, asin, pahit, dan asam. Papila-papila ini memungkinkan manusia merasakan dan membedakan rasa makanan yang beragam. Terdapat beberapa jenis papila yang ada, termasuk papila sirkumvalat, papila filiformis, papila foliata, dan papila jamur. Setiap jenis papila memiliki bentuk, ukuran, dan distribusi yang berbeda, yang memungkinkan lidah untuk merasakan rasa dengan cara yang unik.

Pada ujung papila, terdapat kuncup rasa yang sensitif terhadap zat kimia tertentu. Kuncup rasa terdiri dari sel-sel reseptor yang merespons rangsangan kimia dari makanan yang kita konsumsi. Ada empat jenis kuncup rasa utama: kuncup rasa manis, asin, pahit, dan asam. Masing-masing kuncup rasa merespons jenis rasa tertentu dan mengirimkan sinyal ke otak untuk diinterpretasikan sebagai rasa yang kita rasakan.

Selain jenis rasa utama, lidah juga dapat merasakan rasa tambahan seperti rasa umami, yang merupakan rasa kelezatan atau rasa daging yang kaya akan asam amino glutamat. Rasa umami sering ditemukan dalam makanan seperti daging, keju, dan kaldu. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa lidah manusia dapat merasakan rasa lemak, meskipun mekanisme dan kuncup rasa khususnya masih dalam penelitian lebih lanjut. Bahkan meskipun terlihat mirip, faktanya lidah setiap orang berbeda-beda. Lidah bersifat seperti sidik jari, karena dapat digunakan mengidentifikasi identitas seseorang (Budiari, 2023).

Selain sebagai alat indera pengecap, lidah juga berperan dalam memberikan informasi tentang tekstur makanan. Lidah dapat merasakan kekenyalan, kelembutan, atau kerenyahan makanan, yang memberikan dimensi tambahan dalam pengalaman makan kita. Selain itu, lidah juga berperan dalam mengatur produksi air liur, yang membantu dalam proses pencernaan makanan.

Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa pengecapan bukanlah proses yang sepenuhnya terpisah dari pengalaman makan secara keseluruhan. Rasa juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti aroma, suhu, dan tekstur makanan yang berinteraksi dengan lidah kita. Proses pengecapan kompleks ini melibatkan kerja sama antara lidah, hidung, dan otak untuk menghasilkan pengalaman rasa yang kaya dan kompleks.

Dari sudut pandang sosial budaya

Selain berfungsi sebagai alat pengecap makanan, lidah juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam aspek sosial budaya manusia. Dalam banyak budaya di seluruh dunia, lidah memiliki makna simbolis dan digunakan dalam berbagai konteks sosial.

Salah satu aspek sosial budaya yang terkait dengan lidah adalah bahasa dan komunikasi. Lidah merupakan alat utama yang digunakan dalam memproduksi suara untuk berbicara dan berkomunikasi. Setiap bahasa memiliki fonem-fonem unik yang dihasilkan oleh lidah, dan kemampuan untuk mengendalikan lidah dengan baik sangat penting dalam pengucapan yang jelas dan lancar. Lidah juga memainkan peran penting dalam menyampaikan identitas budaya melalui dialek dan aksen khas yang dapat membedakan kelompok etnis atau regional.

Selain itu, lidah juga berperan dalam praktik-praktik keagamaan dan budaya tertentu. Contohnya, dalam beberapa agama seperti Hinduisme, lidah digunakan sebagai simbol pengendalian diri dan kepatuhan terhadap aturan-aturan agama. Dalam beberapa ritual Hinduisme, lidah digunakan untuk menahan bicara sebagai bentuk penyucian diri atau pengorbanan (Darmayasa, 1997). Di sisi lain, dalam budaya tertentu, lidah digunakan sebagai alat untuk menghormati tamu dengan menyajikan makanan atau minuman dengan sopan.

Lidah juga berperan dalam upacara adat dan tarian tradisional. Dalam beberapa budaya, tarian dengan gerakan lidah yang ekspresif menjadi bagian penting dalam pertunjukan seni tradisional. Gerakan lidah yang terkoordinasi dan terampil dapat mengekspresikan emosi atau cerita tertentu, dan menjadi sarana untuk menjaga warisan budaya dan identitas suatu kelompok. Misalnya seperti dalam tulisan Hubari Gulo tentang Tradisi Lisan HohoSiöligö Dalam Upaya Menumbuhkan Semangat Patriotisme, mengatakan bahwa lidah sangat memegang peranan penting dalam penuturan syair hoho, khususnya Hoho Siöligö yang menggunakan teknik vokal yang khas dalam penyajiannya, yaitu “gözö” atau menggetarkan pangkal lidah di daerah tenggorokan (Gulo, 2022).

Lidah mempengaruhi preferensi makanan dan kebiasaan makan di berbagai budaya. Selera dan preferensi makanan dapat bervariasi antarbudaya, dan lidah berperan dalam menangkap rasa dan tekstur makanan. Keterbukaan terhadap rasa dan jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh pengalaman budaya, di mana lidah berperan sebagai filter penting untuk menerima atau menolak makanan baru.

Dalam konteks sosial budaya, lidah juga berperan dalam perayaan dan festival kuliner yang menjadi bagian dari warisan budaya. Festival makanan dan perayaan kuliner menggambarkan kekayaan budaya suatu daerah atau kelompok etnis. Lidah berfungsi sebagai alat untuk mengeksplorasi dan mengapresiasi ragam cita rasa dan keunikan makanan dari berbagai budaya di dunia. Dan hebatnya, itu hanya bisa dilakukan dengan lidah. Maka di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa lidah adalah alat untuk mendalami dan menyelami dunia.

Dari sudut pandang moral dan etika Kristiani

Dalam pandangan Kristiani lidah dianggap sebagai alat yang sagat penting dalam mempengaruhi dan mencerminkan karakter dan sikap seseorang. Ajaran-ajaran Yesus dan prinsip-prinsip moral yang ditemukan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru memberikan petunjuk tentang bagaimana seorang Kristiani seharusnya menggunakan lidah mereka dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Dari sudut pandang etika dan moral kristiani lidah itu dapat dilihat sebagai berikut:

1.  Alat Promosi Kebenaran dan Kejujuran. Dalam ajaran Kristiani sangat ditekankan pentingnya berbicara jujur dan berkata-kata dengan benar. Lidah harus digunakan untuk menyuarakan kebenaran dan tidak untuk menyebarkan kebohongan atau penipuan. Rasul Paulus mengingatkan Jemaat di Efesus 4:25, "Sebab itu, jauhkanlah dari padamu dusta, dan berbicaralah benar seorang kepada yang lain, sebab kita adalah anggota-anggota satu sama lain." Lidah harus digunakan sebagai alat untuk membangun kepercayaan dan keadilan dalam hubungan dengan sesama.

2.  Ukuran Kebijaksanaan. Seorang Kristiniani diharuskan untuk berpikir sebelum berbicara, mempertimbangkan efek dan konsekuensi dari kata-kata yang diucapkan melalui lidah. Kitab Amsal 15:2 menyatakan, "Lidah orang bijaksana menggunakan pengetahuan dengan baik, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan." Lidah yang bijaksana tidak hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga menggunakannya dengan cara yang membangun, penuh pengertian, dan belas kasihan.

3.  Media promosi tentang Kasih dan Pengampunan. Selain untuk promosi kebenaran dan kejujuran lidah juga harus digunakan untuk mewartakan kasih dan pengampunan kepada orang lain. Yesus mengajarkan umat-Nya untuk mencintai sesama seperti diri sendiri dan mengampuni orang yang melakukan perbuatan jahat kepada mereka. Dalam Efesus 4:29, Paulus menekankan, "Jangan ada perkataan yang kotor keluar dari mulutmu, tetapi perkataan yang baik untuk membangun, yang dapat memberi kasih karunia kepada mereka yang mendengarnya." Lidah harus digunakan untuk membangun dan mendorong orang lain untuk berbuat kasih dan pengampunan, dan bukan untuk melukai hati,menyakiti atau menghina orang lain.

4.  Simbol Pengendalian Diri. Dalam ajaran Kristiani pengendalian diri diinttikkan dengan mengendalikan lidah. Dalam surat Yakobus 3:1-12, Yakobus mengingatkan Jemaat tentang kekuatan dan pentingnya mengendalikan lidah. Lidah diibaratkan sebagai api kecil yang dapat menyebabkan kehancuran besar. Yakobus menekankan agar orang-orang menggunakan lidah mereka dengan hati-hati dan tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau memfitnah. Dia mengajak Jemaat Kristiani untuk menggunakan lidah mereka untuk memuji Tuhan dan membangun sesama. Lidah harus dikuasai oleh roh dan bukan oleh emosi negatif seperti kemarahan atau kebencian. Yakobus 1:19 mengingatkan kita, "Setiap orang harus cepat mendengar, lambat berbicara, lambat marah." Pengendalian diri dalam berbicara membantu mencegah kata-kata yang merugikan dan mempromosikan perdamaian dan keharmonisan dalam hubungan antarmanusia.

Penutup

Lidah memiliki peran yang kompleks dan beragam dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dari segi anatomi, lidah adalah organ yang penting dalam fungsi pencernaan dan komunikasi manusia. Secara sosial budaya, lidah mencerminkan identitas, bahasa, dan kebiasaan makan suatu kelompok etnis atau budaya. Dalam konteks moral dan etika Kristiani, lidah menjadi alat yang penting dalam mengungkapkan cinta kasih, menghormati sesama, dan menjaga integritas dalam berbicara. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk menggunakan lidah kita dengan bijaksana, menghindari kebohongan, fitnah, atau ucapan yang merugikan orang lain. Dalam segala hal, baik dari pandangan anatomi, sosial budaya, maupun moral dan etika Kristiani, lidah mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghormati satu sama lain dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Daftar Bacaan

Alkitab Bahasa Indonesia, Lembaga Biblika Indonesia

Budiarti, Indah Slamet. 2023) Indera Pengecap: Lidah. Jakarta: Bumi Aksara

Darmayasa. 1997. Ahimsa Dharma & Vegetarian. Surabaya: Paramita

Gulo, Hubari. 2022. Tradisi Lisan HohoSiöligö Dalam Upaya Menumbuhkan Semangat Patriotisme: Analisis Teks. Jurnal https://talentaconfseries.usu.ac.id/lwsa/article/view/1359/1100 Talenta Piblisher, Universitas Sumatera Utara.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Elsevier