PERANAN ROH KUDUS DALAM GEREJA

Sumber: https://www.facebook.com/Liturgi.dan.Ekaristi.Gereja.Katolik/

Baru saja kemarin seluruh umat Kristen di seluruh dunia merayakan Hari Raya Pentakosta, hari dimana Roh Kudus turun atas para rasul dalam bentuk lida-lidah api. Biasanya di hari Pentakosta dilakukan juga pemberian sakramen krisma yang juga disebut sebagai sakramen penguatan. Pertanyaannya apa yang dikuatkan? Iman akan Allah Tritunggal yang dulu kita imani (melalui pengakuan orangtua kita) ketika kita menerima pembaptisan waktu bayi atau anak-anak.

Kisah turunnya Roh Kudus atas para rasul diceriterakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul bab 2. Pada hari Pentakosta, setelah Yesus naik ke surga, para murid yang berkumpul di Yerusalem mengalami pengalaman yang luar biasa. Roh Kudus turun atas mereka dalam bentuk lidah api, dan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus. Mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda, sehingga setiap orang yang hadir dari berbagai bangsa mendengar mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri.

Peristiwa Pentakosta dianggap sebagai titik awal pembentukan Gereja. Sejak saat itu Kudus memberikan kekuatan dan pengarahan kepada para murid untuk menjadi saksi-saksi Kristus di seluruh dunia. Setelah menerima Roh Kudus, para murid menjadi berani dan bersemangat keluar dan memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada orang banyak, dan hasilnya tidak terkira orang yang menjadi percaya dan dibaptis.

Pandangan Gereja Katolik

Pada malam sebelum Yesus bersengsara, Dia berjanji akan memohon kepada Bapa supaya Ia mengutus Roh Kudus untuk meneruskan karya Kristus di dunia. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yoh 14:16-17)

Tugas penyaksian itu langsung sesudah Roh Kudus turun atas para murid pada hari pentakosta ditunaikan oleh para murid, khususnya oleh Petrus. Terhadap mahkamah agung Petrus menekankan kewajiban dan hak penyaksian itu dengan berkata: Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia. (Kis 5:32)

Juga di sidang di Yerusalem para rasul dan para panatua beserta seluruh jemaat di Antiokhia: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini …. (Kis 15:28 dst)

Gereja Katolik meyakini bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa Roh Kudus. Dia menjiwai Gereja, mengaruniai Gereja dengan berbagai jabatan dan karisma, Dia mengerjakan kesatuan Gereja dan mengantar Gereja ke dalam segala kebenaran. Untuk itu rasul Paulus berulangkali memakai gambaran tubuh manusia. Kaum beriman merupakan anggota badan itu, Roh Kuduslah jiwanya atau nafasnya, dan Kristuslah kepalanya. (bdk. 1Kor 12:3-13)

Tetapi seperti berkat kekuasaan Roh Kudus Kristus, Sabda Allah yang kekal mengambil kodrat manusia dari perawan Maria, begitu Roh Kudus memilih orang yang bekerjasama dengan Dia, dan Dia melalui mereka, mengerjakan keselamatan dan kesucian dunia.

Beberapa kutipan dari Liturgi, menunjukkan bahwa Gereja Katolik yakin, tanpa Roh Kudus Gereja tidak bisa bertindak, terlebih yang mempunyai jabatan khusus di dalam Gereja. Di dalam Doa Syukur Agung IV sehubungan dengan perayaan Ekaristi dikatakan:

Roh Kudus yang berasal dari-Mu, ya Bapa,
diutus oleh Kristus sebagai hadiah pertama kepada kami
yang percaya kepada-Nya,
agar kami hidup bukan lagi untuk diri kami sendiri,
melainkan untuk dia yang telah wafat bagi kami dan bangkit kembali.
Maka karya Kristus di dunia ini diteruskan oleh Roh Kudus,
yang menyelesaikan segala kesucian.
Dari sebab itu, kami mohon, ya Tuhan,
semoga Roh Kudus itu pula berkenan menyucikan
persembahan kami ini,
agar menjadi Tubuh dan Darah
Tuhan kami Yesus Kristus ….

Selama mendoakan doa ini, yang disebut epiklese, imam mengulurkan tangannya atas persembahan, tanda penyucian dan kekuatan Roh Kudus. Di dalam doa yang serupa imam di dalam Gereja ortodoks melambaikan/ mengibaskan kain penutup piala di atas persembahan, juga sebagai tanda kedatangan Roh Kudus.

Di dalam salah satu liturgi ekaristi protestan, doa yang serupa berbunyi seperti berikut:

Ya Tuhan, Allah kami, pencipta manusia,
Engkaulah kudus dan kemuliaan-Mu tanpa batas,
atas ekaristi kami utuslah Roh yang menghidupkan,
yang telah berbicara melalui Musa dan para nabi,
yang menaungi perawan Maria dengan rahmat,
yang telah turun atas turun atas Yesus di sungai Yordan
dan atas para rasul pada hari pentakosta.
Semoga pencurahan Roh itu yang menyala-nyala,
mengubah perjamuan syukur ini sedemikian rupa,
bahwa roti ini dan anggur ini menjadi bagi kami
Tubuh dan Darah Kristus. (Liturgi Lima 1982)

Umat menanggapi dengan menyanyikan “Veni Creator Spiritus …” (Datanglah Roh Pencipta). Demikian juga bila seorang imam ditahbiskan, di puncak doa pentahbisan dikatakan oleh uskup:

Maka kami mohon, ya Bapa yang mahakuasa,
berikanlah martabat imamat kepada hamba-Mu ini.
Baharuilah Roh kesucian di dalam hatinya,
supaya jabatan yang sekarang diterimanya dari pada-Mu,
tetap dipegangnya.

Demikian juga pada malam Paska, bila air bapis diberkati menurut kebiasaan dari Gereja kuno, pada puncak doa pemberkatan, lilin paska dicelupkan ke dalam air seraya berkata:

Kami mohon, ya Tuhan,
Semoga dengan perantaraan Putera-Mu
Kekuatan Roh Kudus turun ke dalam bejana ini.
Semoga semua orang
yang dalam air baptis dikuburkan bersama Kristus yang wafat,
dierkenankan pula hidup bersama Kristus yang bangkit ….

Lilin paska yang bernyala merupakan lambang Kristus dan Roh Kudus. Di Gereja Ortodoks semua hadirin mencelupkan lilin mereka ke dalam air, lambang lidah api Roh Kudus menyucikan air baptis Di dalam liturgi Gereja Katolik, makin penting dan meriah upacara makin meriah juga permohonan kedatangan Roh Kudus. Dengan ini nampak bahwa Gereja katolik yakin bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa “pengganti Kristus” yaitu Roh Kudus.

Tetapi justru karena ada janji Kristus akan memberikan Roh Allah, maka Gereja Katolik juga yakin, bahwa tanda keselamatan (sakramen, pemberkatan dll) sungguh menghasilkan yang dilambangkan dengan tanda itu, dan bahwa jabatan-jabatan Gereja sungguh berkuasa melaksanakan yang diperintahkan kepada mereka oleh Kristus: “Baptislah …; urapilah orang sakit …; lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku; jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni…; barangsiapa mendengarkan kamu, dia mengengarkan Aku….”

Semoga setiap umat beriman senantiasa membuka pintu hati agar Roh Kudus berkarya dan meneruskan karya penyelamatan Yesus Kristus. Tugas Kristus merupakan tugas Gereja; dan tugas Gereja menjadi tugas umat beriman ketika seseorang menerima pembaptisan dengan menjadi imam, nabi dan raja.

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini