BEKERJA dan PEKERJAAN



A.   Pendahuluan


Untuk sebagian, bahkan untuk banyak orang, bekerja merupakan suatu keterpaksaan dan semata-mata untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu bekerja merupakan suatu “kesengsaraan” dan bukan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan. Apalagi kalau status pekerjaan itu kurang baik dan digolongkan dalam pekerjaan kasar, kendatipun sebenarnya tidak ada satu pekerjaan pun yang dapat digolongkan kasar. Akibat dari pandangan semacam itu banyak orang kurang bertanggungjawab dalam pekerjaannya. Mereka melakukannya asal sudah saja dan seringkali mengesampingkan kualitas pekerjaan serta tidak ada usaha untuk mengembangkannya.

Di samping itu banyak orang mencita-citakan pekerjaan yang “halus” di kantor-kantor dan meremehkan pekerjaan yang memerlukan tenaga kasar dan pertanian. Ada kecenderungan untuk lekas menjadi besar dan kaya serta mendapat suatu kedudukan yang tinggi, sehingga pada sutu saat tertentu mereka tidak perlu bekerja lagi. Ada anggapan bahwa pekerjaan (jabatan) merupakan suatu kesempatan yang baik untuk diri sendiri, supaya mendapat lebih banyak dan lebih baik.

Namun masih ada juga orang yang merasa bangga dan puas atas hasil pekerjaan yang telah mereka capai. Hasil itu dicapai atas dasar tanggungjawab dan kerja keras. Tidak peduli apakah pekerjaan itu yang halus atau yang kasar. Yang terpenting adalah mencintai pekerjaan dan menjaganya untuk kebaikan diri sendiri dan sesama.

B.   Manusia adalah ko-kreator Allah

Keputusan Indonesia untuk menghentikan sementara pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk Malaysia menuai banyak protes dari kalangan masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia dan juga badan usaha yang memfasilitasi pengiriman TKI. Protes itu ditujukan kepada Pemerintah Indonesia yang menghentikan pengiriman TKI ke Malaysia karena tidak dibarengi dengan pembukaan lapangan kerja di Indonesia untuk menampung orang-orang Indonesia yang membutuhkan atau menginginkan pekerjaan.

Bekerja adalah suatu hal yang ilahi, sebab dalam pekerjaan kita berpartisipasi dengan Allah sendiri sebagai pekerja (pencipta). Allah menciptakan manusia menurut citra kesamaan-Nya supaya manusia dapat dan wajib menangani nasibnya sendiri, dengan menaklukan dunia untuk kebaikan dirinya (Kej 1:28).

Rasa puas dan bangga atas pekerjaan-pekerjaan kita yang telah selesai dengan baik, mengingatkan kita akan Allah ketika Ia bekerja. Enam hari lamanya Ia bekerja untuk menciptakan bumi serta segala isinya dan Allah sendiri tidak mau beristirahat sebelum Ia melihat pekerjaannya dengan hasil baik. Allah melihat semua yang telah dijadikannya baik adanya. Dan lihatlah amat baiklah itu (Kej 1:31).

Kalau kita mengikuti kisah penciptaan dalam kitab Kejadian, tampak jelas bahwa pekerjaan sudah diserahkan kepada manusia sebelum ia jatuh ke dalam dosa. Jadi sangat jelas bahwa bekerja tidak dimaksudkan sebagai hukuman atas segala dosa; seberapun kasarnya pekerjaan itu, sehingga pandangan bahwa pekerjaan adalah sesuatu  yang menyengsarakan (kurang menyenangkan) apalagi bila pekerjaan itu termasuk dalam kelompok pekerjaan yang kasar, jelas sangat menyimpang. Kita bekerja apakah di sawah, di kantor atau di tempat manapun adalah suatu panggilan hidup yang datang dari Allah pencipta. Oleh karena itu sebagai konsekuensinya adalah kita bertanggungjawab atas kualitas pekerjaan itu sendiri. Bukankah suatu kebahagiaan bagi kita apa bila dengan pekerjaan kita: membangun dunia yang lebih baik; mengembangkan kemampuan kita sendiri; dan membuat persatuan antar umat manusia?

Seharusnya manusia sebagai citra Allah mencontoh Allah dalam melaksanakan pekerjaanNya. Allah sendiri tidak puas sebelum melihat pekerjaannya baik adanya. Begitu pula manusia bertanggungjawab atas nilai dan kualitas pekerjaannya, baik sebagai pekerja halus atau pekerja kasar, dengan tujuan akhir mencapai sesuatu yang baik untuk dirinya dan sesamanya.

c.    Motivasi Kerja

Agar pekerjaan itu dilakukan seturut kehendak Allah yang memanggil manusia untuk bekerja sekaligus sebagai teladan manusia dalam berkarya, maka manusia harus memiliki motivasi kerja. Motivasi itu atara lain:
  • Pertama, untuk hidup dan mengembangkan segala kemapuan yang ada pada diri sendiri. Bekerja dengan rajin dan jujur serta teliti akan membawa banyak perkembangan dan kemajuan pribadi. Dengan disiplin kerja yang tinggi serta kerja keras manusia akan memperoleh prestasi yang tinggi, “Engkau akan menikmati hasil jerih payahmu, hidupmu akan bahagia dan sejahtera. Keinginan untuk cepat-cepat menjadi kaya dan besar harus dibuang jauh, kendatipun ia merupakan salah satu sifat manusia yang tak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri. Dengan demikian terhindar dari segala macam penyelewengan pekerjaan seperti korupsi. Dengan bekerja secara tulus, rajin dan teliti, dengan sendirinya pekerjaan besar dan kedudukan itu akan menjadi milik kita dan akhirnya kepunyaan kita pun berlebihan. Tetapi kalau kalau misalnya sebagai tukang sapu saja kita tidak mampu melaksanakannya dengan baik, bagaimana bisa menjadi seorang direktur yang menuntut tanggungjawab yang amat tinggi serta kerja keras. Kalau kita setia dalam pekerjaan-pekerjaan kecil dan pekerjaan besar pun akan dipercayakan kepada kita (bdk. Mat 25:21.23). Yang paling penting adalah kejujuran, ketulusan dan disiplin kerja yang tinggi. 
  • Kedua, untuk mengabdi sesama dalam masyarakat. Orang memang hidup dari pekerjaannya masing-masing. Namun kita tidak dapat hidup tanpa kerjasama dengan orang lain. Manusia saling membutuhkan satu sama lain. Hanya dalam kerja sama suatu masyarakat dapat maju. Masing-masing orang menyumbangkan sesuatu melalui pekerjaannya (halus atau kasar), yaitu tenaga dan pikiran untuk kesejahteraan masyarakat. “... seperti aku pun dalam segalanya menyesuaikan diriku dengan sekalian orang, bukan untuk kepentinganku sendiri, melainkan untuk kepentingan-kepentingan orang banyak, supaya mereka diselamatkan” (1 Kor 10:33). Jadi pekerjaan bukanlah suatu kesempatan yang paling baik untuk semata-mata untuk meraih keuntungan diri sendiri, tetapi justru melalui  pekerjaan itu kita mengabdikan diri kepada sesama. 
  • Ketiga, untuk memuliakan Allah. “Apa saja yang kamu lakukan, lakukanlah segalanya untuk kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31). Apa saja yang kita kerjakan harus dilakukan  sebagai suatu pengabdian kepada Allah, sebagai suatu partisipasi (ambil bagian) dalam karya karya penciptaan serta karya penyelamatan Yesus Kristus. Karena dialah yang mengajak kita untuk membangun dunia ini. Berpartisipasi dengan Tuhan pencipta dan berpartisipasi dengan Yesus Kristus penebus adalah motivasi kerja yang sangat luhur yang kita peroleh dari iman kita.

D.   Penutup

Akhirnya semua orang dianjurkan dan dihimbau untuk melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab, ketulusan dan ketelitian serta bukan semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan untuk kepentingan sesamanya juga. Pendukung utamanya adalah motivasi. Tanpa motivasi pekerjaan tidak akan pernah selesai dengan baik. Pekerjaan apa pun harus dicintai dan disenangi bukan justru dianggap sebagai suatu beban dan yang membosankan.

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini