Memberi dan
menerima penilaian dari pihak lain sudah menjadi hal yang lumrah dalam
kehidupan kita setiap hari. Hal itu terjadi antara guru dan siswa, atasan
dengan bawahan dan bisa juga sebaliknya. Dan penilaian itu, sebaik-baiknya
dilakukan, tetap saja tidak dapat dilepaskan dari subjektifitas yang melakukan
penilaian. Bahkan dalam dunia modern ini penilaian seringkali disampaikan hanya
dalam bentuk symbol seperti biasa kita lihat dalam berbagai aplikasi android,
seperti gojek, rumah belajar, telkomsel dan sebagainya. Cukup dengan nenekan
symbol bintang dan menuliskan komentar pada tempat tersedia akan mempengaruhi
hidup-matinya aplikasi atau orang tertentu.
Ambil contoh aplikasi
bukalapak ketika pemiliknya mencampuri urusan politik dan seperti
menjelek-jelekkan pemerintah, orang-orang yang tidak setuju dengan tindakan
tersebut langsung menilai (baca: menghukum) aplikasi bukalapak dengan
memberikan ulasan tidak bagus dan memberi bintang satu. Apa akibatnya?
Dikabarkan bahwa dengan gerakan memberikan bintang satu pada aplikasinya di
google paly store bukalapak kehilangan banyak
penghasilan bahkan di beberapa kota beberapa karyawannya diberhentikan dengan
alasan perampingan.
Begitu
berpengaruhnya penilaian pihak lain itu terhadap objek yang dinilai. Penilaian
yang diberikan bisa membesarkan atau mengecilkan bahkan bisa menghidupkan atau
mematikan. Pertanyaannya sekarang bagaimana sikap kita menghadapai penilaian
yang diberikan oleh pihak lain? Apakah menerima itu sepenuhnya atau menolaknya,
atau menerima setengah dan menolak setengah?
Untuk menjawab
pertanyaan itu mari kita simak sebuah cerita yang sudah banyak ditulis dan
beredar di buku dan di media sosial. Dikisahkan di sebuah sekolah seni ada
seorang murid bernama Lidya yang belajar melukis dengan sangat rajin. Suatu
hari Lidya ingin mengetahui tingkat kemampuan melukisnya. Ia melukis satu
lukisan lalu menaruhnya di aula sekolah dengan sebuah catatan kecil di
sampingnya, berbunyi “Jika anda menemukan kesalahan dalam lukisan ini silakan
lingkari dengan cat hitam.”
Keesokan
harinya Lidya melihat lukisannya di aula penuh dengan lingkaran warna hitam. Ia
pun kembali belajar dengan giat dan setelah beberapa waktu ia kembali melakukan
hal yang sama. Ia menaruh lukisannya dan catatan kecil yang sama. Namun
keesokan harinya lagi-lagi ia menemukan banyak lingkaran hitam di atas lukisannya.
Ia kemudian menjadi sangat sedih.
Di kelas
gurunya melihat bahwa Lidya tampak sedih. Gurunya bertanya, “Lidya, apa yang
terjadi? Kamu tampak begitu sedih.” Kemudian Lidya menceritakan semuanya kepada
Gurunya. Gurunya kemudian berkata, “Coba kamu buat lagi satu lukisan terbaikmu,
namun kali ini ubah catatannya menjadi, “Siapapun yang menemukan kesalahan
dalam lukisan ini, silakan memperbaikinya.”
Lidya mengikuti
apa yang dikatakan oleh gurunya. Ia membuat satu lagi lukisan terbaiknya dengan
mencurahkan segala teknik dan keterampilan melukis yang telah ia pelajari
selama ini. Ia kembali menaruhnya di aula sekolah dan meninggalkan sebuah
catatan kecil sesuai dengan yang dikatakan gurunya.
Kesesokan
harinya ia menemukan lukisannya utuh seperti sediakala, tidak ada lingkaran
hitam atau catatan sedikitpun. Ia merasa senang kemudian mendatangi gurunya dan
bertanya, “Guru, sepertinya tidak ada perubahan yang luar biasa dalam lukisan
yang saya buat, namun mengapa kali ini tidak ada yang menemukan kesalahan dalam
lukisan tersebut?” Sambil tersenyum gurunya menjawab, “Lidya, dengarlah
baik-baik. Adalah mudah bagi seseorang untuk menemukan kesalahan orang lain,
namun sulit bagi seseorang untuk mengoreksi atau memperbaiki suatu kesalahan.”
Dari kisah itu
kita bisa menyimpulkan bahwa apapun yang anda lakukan, seberapa besar usaha
yang anda curahkan akan selalu ada komentar negatif. Belum tentu hal itu
terjadi karena ada suatu yang buruk dalam usaha atau pekerjaan yang kita
lakukan, bisa jadi itu terjadi hanya karena tidak sesuai dengan harapan dan
pandangan seseorang. Jika bercermin dari kisah Lidya, kata kuncinya adalah
“mencurahkan segala yang dimiliki dan memberikan yang terbaik.” Sesudah
melakukan hal itu, jika masih ada komentar negatif dan merendahkan atau
mengecewakan, terimalah sebagai suatu pendorong dan penyemangat. Jangan patah
arang karena itu. Ingat bahwa penilaian seseorang terhadap kita tidak lepas
dari pola pikir, pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini