Tulisan ini pertama-tama dimotivasi oleh beberapa postingan media sosial beberapa teman yang bagi saya merupakan klaim sepihak dari perspektif tertentu saja. Ada yang menulis, “Terkutuklah Yudas, si pengkhianat”, yang lain menulis, “Bagaimana seandainya tidak ada Yudas Iskariot, apakah tetap terjadi pengkhianatan oleh murid yang lain?” Kalimat-kalimat seperti menggelitik saya sebagai seorang yang pernah membaca dan berteman dengan naskah Kitab Suci, sehingga saya memutuskan membuat tulisan singkat tentang kisah itu.
Nama Yudas Iskariot merupakan nama
yang sangat akrab dalam sejarah Kristiani dan selalu diidentikkan dengan
pengkhianatan. [Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan dan tekanan
psikologis yang dialami oleh Yudas Iskariot menjelang setiap kali umat Kristiani
merayakan Paskah.] Dialah salah satu dari dua belas rasul Yesus yang
mengkhianati-Nya dengan ciuman, yang kemudian mengantarkan Yesus kepada
penyaliban dan kematian, walaupun pada hari ketiga bangkit jaya. Kisah ini telah
menjadi sumber kontroversi selama berabad-abad, menimbulkan pertanyaan tentang
motifnya, peran takdir dalam pengkhianatannya, dan bahkan kemungkinan penebusan
baginya.
Siapa Yudas Iskariot?
Nama "Yudas Iskariot"
terdiri dari dua bagian: "Yudas" dan "Iskariot". Nama itu
dalam bahasa Ibrani Yehuda (יהודה) yang berarti "dipuji " atau "
dia yang patut dipuji". Nama itu merupakan nama yang umum pada masa dan
tergolong umum, seperti "Yohanes" atau "Simon".
Iskariot kemungkinan besar Is
Kerioth yang berarti, "Orang dari Keriot", sebuah desa di Yudea atau
Ish Qeriyyot, "Orang dari Sika", sekte Zelot yang fanatik atau garis
keras Yahudi yang selalu merindukan pembabasan orang Yahudi dari perbudakan
Roma. Biasanya kelompok ini selalu membawa senjata. Namun yang memungkinan
adalah "Yudas dari Keriot" karena Injil Yohanes 6:71 dan 13:26
menyebutnya "putra Simon Iskariot".
Nama "Yudas" memiliki
makna religius yang positif, sedangkan "Iskariot" memiliki konotasi
negatif terkait pengkhianatan. Kombinasi ini mencerminkan kontras dalam diri
Yudas Iskariot, seorang murid yang kemudian mengkhianati Yesus.
Kisah Pengkhianatan
Perjanjian Baru menyediakan
sumber utama untuk memahami pengkhianatan Yudas Iskariot Menurut keempat Injil,
Yudas Iskariot, yang berasal dari Keriot, adalah salah satu murid Yesus. Dia
dipercaya sebagai bendahara kelompok dan bertanggung jawab atas uang mereka.
Namun, Injil Yohanes menceritakan bahwa Yudas diam-diam mencuri dari kantong
uang (Yohanes 12:4-6).
Pada perjamuan terakhir, Yesus
mengungkapkan bahwa salah satu murid-Nya akan mengkhianati-Nya. Yudas, yang
telah membuat perjanjian dengan para imam kepala untuk menyerahkan Yesus dengan
imbalan 30 keping perak, diidentifikasi sebagai pengkhianat. Narasi ini menjadi
pusat teologi Kristen, menyoroti tema-tema seperti kesetiaan, penipuan, dan
penebusan.
Diceriterakan bahwa setelah perjamuan
terakhir, Yudas pergi ke Taman Getsemani dan mencium Yesus sebagai tanda
pengenal kepada para penjaga. Yesus kemudian ditangkap dan diadili, yang
berujung pada penyaliban. Begitulah secara singkat pengkhiatan yang dilakukan
oleh Yudas Iskariot. Jika para pembaca yang budiman ingin mengetahui cerita
lengkapnya silakan membaca lengkap kisahnya pada salah satu Injil.
Kontroversi dan Perspektif
Mari sejenak membuka wawasan
tentang Kisah Yudas Iskariot ini yang telah menimbulkan banyak pertanyaan dan
kontroversi selama berabad-abad. Berikut beberapa perspektif yang mencoba
memahami motif dan peran Yudas:
1. Pengkhianatan yang disengaja. Pandangan
tradisional melihat Yudas sebagai pengkhianat yang jahat dan serakah. Dia
dengan sengaja memilih untuk mengkhianati Yesus demi uang. Pandangan ini
didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci yang menggambarkan Yudas sebagai "anak
kebinasaan" (Yohanes 17:12) dan "pencuri" (Yohanes 12:6).
2. Korban Takdir. Pandangan lain melihat
Yudas sebagai korban takdir. Pengkhianatannya telah dinubuatkan dalam
Perjanjian Lama dan merupakan bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan
umat manusia. Pandangan ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Kisah Para Rasul
1:16-20, yang menyatakan bahwa Yudas harus "mengambil tempatnya yang telah
ditentukan." Perpektif ini memunculkan pertanyaan tentang kehendak bebas,
ketentuan ilahi, dan kompleksitas tanggung jawab moral dan telah dibahas banyak
oleh para teolog dengan berbagai argumentasi.
3. Manipulasi Psikologis. Beberapa ahli
teologi dan psikolog berpendapat bahwa Yudas mungkin telah dimanipulasi secara
psikologis oleh Setan atau kekuatan jahat lainnya. Dia mungkin mengalami
depresi, kecemburuan, atau rasa frustrasi yang membuatnya rentan terhadap
godaan.
4. Kesalahpahaman. Sebuah teori
kontroversial mengemukakan bahwa Yudas mungkin tidak bermaksud mengkhianati
Yesus. Dia mungkin mencium Yesus untuk menunjukkan kedekatan dan identitasnya
kepada para penjaga bait Allah dan orang-orang Farisi, dengan harapan Yesus
akan menggunakan kekuatan-Nya untuk melawan. Namun, Yesus tidak melawan, dan
Yudas diliputi rasa penyesalan dan pada akhirnya bunuh diri (Mat 27:5; Kis
1:18-19). Walaupun kedua perikope tersebut memberikan informasi yang berbeda
tentang kematian Yudas. Matius 27:5 hanya menyebutkan bahwa Yudas menggantung
diri, sedangkan Kisah Para Rasul 1:18-19 menjelaskan bahwa Yudas jatuh
tertelungkup dan perutnya terbelah, namun keduanya sepakat bahwa Yudas Iskariot
mati dengan cara yang tragis. Kematiannya menjadi pengingat akan konsekuensi
dari dosa dan pengkhianatan
Bagaimana sebaiknya bersikap?
Sebagai seorang Kristiani sebaiknya memperlakukan kisah kontroversi pengkhianatan Yudas dengan penuh perhatian dan pemahaman yang mendalam. Berikut adalah beberapa panduan tentang bagaimana sebaiknya sebagai seorang Kristiani bersikap saat membaca kisah tersebut.
- Menghargai aspek sejarah dan teologis. Penting untuk memahami bahwa kisah pengkhianatan Yudas adalah bagian dari sejarah gereja dan teologi Kristen. Ini bukan hanya sebuah narasi, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks keselamatan manusia dan rencana Allah.
- Menyadari peran Yudas dalam Rencana Allah. Meskipun pengkhianatan Yudas adalah dosa besar, itu juga merupakan bagian dari rencana Allah untuk penebusan manusia. Sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, pengkhianatan Yudas merupakan bagian dari pemenuhan nubuat dan kesempurnaan rencana penyelamatan Allah. Bahkan kejahatan manusia sekalipun dapat digunakan oleh Allah sebagai sarana untuk menyelamatkan manusia itu sendiri.
- Menghindari penghakiman yang tidak tepat. Sebaiknya kita jangan menghakimi secara buruk atau menyimpulkan akhir tentang nasib Yudas. Kita tidak sepenuhnya memahami pikiran dan niatnya, dan hanya Allah yang berhak untuk menghakimi hati seseorang.
- Belajar dari pelajaran moral. Kisah pengkhianatan Yudas juga memberikan pelajaran moral yang berharga bagi umat Kristen. Hal ini mengingatkan kita tentang bahaya keserakahan, kelemahan manusia, dan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan.
- Mengembangkan kepedulian spiritual. Daripada hanya berfokus pada tindakan negatif Yudas, sebaiknya kita merenungkan pengampunan, belas kasihan, dan kekuatan transformasi rohani yang datang melalui kasih Kristus yang tersalib, wafat dan bangkit jaya.
Dengan mengikuti panduan-panduan
ini, orang Kristen Katolik diharapkan dapat mengambil manfaat spiritual dan
pembelajaran moral yang lebih dalam dari kisah kontroversi pengkhianatan Yudas
Iskariot. Semoga!
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini