Model Pembelajaran Seamless Learning: Mengintegrasikan lingkungan pembelajaran Formal dan Informal

Pengantar

Di era digital ini, pendidikan mengalami perubahan fundamental dalam hal bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Tradisi pembelajaran terpusat di kelas-kelas formal semakin terintegrasi dengan pembelajaran informal yang terjadi di luar lingkungan sekolah. Seamless Learning adalah salah satu konsep yang muncul sebagai respons terhadap kebutuhan akan integrasi ini. Model ini bertujuan untuk menghapus batasan antara pembelajaran formal dan informal, mengintegrasikan pengalaman belajar dari berbagai sumber dan konteks.

Model pemelajaran ini mungkin terdengar asing atau sekurang-kurang belum banyak yang membahasnya di ruang-ruang publik atau seminar-seminar dan kegiatan ilmiah lainnya, karena memang teori ini masih tergolong baru.

Konsep Seamless Learning pertama kali diusulkan oleh Profesor Wong Lung Hsiang (LH Wong) dari National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapura, pada awal tahun 2000-an. Wong dan rekan-rekannya mengembangkan konsep ini sebagai respons terhadap perubahan mendalam dalam pendidikan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi digital. Mereka berpendapat bahwa pembelajaran tidak lagi terbatas pada lingkungan formal kelas, melainkan harus terintegrasi dengan pengalaman pembelajaran informal yang terjadi di luar kelas. Konsep Seamless Learning bertujuan untuk menghubungkan pengalaman belajar dari berbagai konteks, termasuk kelas tradisional, lingkungan digital, dan interaksi sehari-hari, dengan menggunakan teknologi untuk memfasilitasi integrasi ini. a

Teori Dasar

Konsep Seamless Learning didasarkan pada beberapa teori pendidikan yang sudah ada, termasuk konstruktivisme, teori aktivitas, dan teori ekologi. Konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam konstruksi pengetahuan mereka sendiri, sedangkan teori aktivitas menyoroti pentingnya pembelajaran yang berbasis pada tindakan dan interaksi. Sementara itu, teori ekologi menekankan pentingnya konteks dan interaksi sosial dalam pembelajaran. Model Seamless Learning menggabungkan aspek-aspek ini dengan menggunakan teknologi untuk memfasilitasi integrasi pengalaman pembelajaran.

Salah satu teori yang mendasari Seamless Learning adalah teori aktivitas. Menurut teori ini, pembelajaran terjadi melalui partisipasi dalam aktivitas yang memiliki tujuan tertentu. Dalam konteks Seamless Learning, aktivitas pembelajaran dapat terjadi baik di lingkungan formal, seperti kelas, maupun di lingkungan informal, seperti belajar secara mandiri di rumah atau melalui interaksi dengan teman sebaya. Integrasi antara aktivitas-aktivitas ini adalah kunci utama dari model Seamless Learning.

Keuntungan Seamless Learning

Seamless Learning menawarkan beberapa keuntungan signifikan. Pertama, itu memungkinkan siswa untuk belajar secara kontinu, tidak terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Dengan adanya integrasi antara pembelajaran formal dan informal, siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja sesuai kebutuhan mereka. Kedua, model ini mempromosikan pembelajaran yang berbasis pada masalah, memungkinkan siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang mereka pelajari dengan pengalaman sehari-hari mereka. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih relevan dan bermakna bagi siswa. Ketiga, Seamless Learning memfasilitasi kerja sama antara siswa dan guru, serta antara sesama siswa, melalui platform digital dan interaksi sosial. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran ide dan dukungan antarindividu, meningkatkan pemahaman dan pengalaman belajar.

Selain itu, Seamless Learning juga dapat membantu menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih personal. Dengan menggunakan teknologi untuk melacak dan menganalisis perilaku belajar siswa, guru dapat memberikan umpan balik yang lebih tepat waktu dan relevan, serta menyediakan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Tantangan dalam Implementasi

Meskipun banyak potensi keuntungan, implementasi Seamless Learning juga memiliki beberapa tantangan. Salah satunya adalah infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk mendukung model ini. Dibutuhkan investasi yang signifikan dalam infrastruktur jaringan, perangkat keras, dan perangkat lunak untuk memfasilitasi integrasi antara berbagai sumber pembelajaran. Selain itu, diperlukan dukungan yang kuat dari pihak sekolah dan organisasi pendidikan untuk mengembangkan kompetensi teknologi yang diperlukan oleh guru dan staf pendukung.

Tantangan lain dalam implementasi Seamless Learning adalah pengelolaan data, privasi, dan keamanan informasi. Dengan adanya penggunaan teknologi yang luas dalam model ini, penting untuk memastikan bahwa data siswa dilindungi dan digunakan dengan etis. Ini melibatkan pengembangan kebijakan yang jelas tentang pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data, serta pelatihan yang tepat bagi guru dan staf pendukung tentang praktik-praktik yang aman dan etis dalam menggunakan teknologi.

Implementasi Praktis

Sejumlah institusi pendidikan telah mulai menerapkan model Seamless Learning dalam kurikulum mereka. Pendekatan ini mencakup penggunaan platform pembelajaran online, aplikasi mobile, dan teknologi sensor untuk mendukung integrasi pengalaman pembelajaran formal dan informal. Contohnya, beberapa sekolah telah mengadopsi model flipped classroom, di mana siswa diberikan akses ke materi pembelajaran melalui platform online sebelum pertemuan kelas, sehingga waktu di kelas dapat digunakan untuk diskusi dan aktivitas berbasis masalah. Selain itu, beberapa institusi telah mengembangkan aplikasi mobile yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri di luar kelas, sambil tetap terhubung dengan guru dan sesama siswa melalui fitur kolaboratif.

Simpulan

Seamless Learning menjanjikan pendekatan yang inovatif dan terintegrasi untuk pendidikan yang dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa. Namun, untuk mewujudkan potensinya sepenuhnya, tantangan teknis, sosial, dan kebijakan harus diatasi dengan hati-hati. Dengan demikian, perlu kolaborasi antara pendidik, peneliti, dan pengembang teknologi untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang mulus ini secara efektif.

 

Daftar Bacaan

Attwell, G., & Hughes, J. (2010). Pedagogic approaches to using technology for learning: literature review. London: LKL LLP.
Goh, W. W. B., & Mariano, L. T. (2013). Seamless learning: an exploratory study. Educational Technology & Society, 16(4), 1-21.
Wong, L. H., Milrad, M., & Specht, M. (2015). Seamless learning: current perspectives, challenges and future directions. Springer.
Sharples, M., Taylor, J., & Vavoula, G. (2007). A Theory of Learning for the Mobile Age. In R. Andrews & C. Haythornthwaite (Eds.), The Sage Handbook of E-learning Research (pp. 221-247). Sage Publications.

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini