... di antara mereka ...

Mereka tidak perlu engkau ajari dengan ilmu yang engkau miliki, tetapi dampingilah mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Walking together

Takdir menuntun kita ke jalan berliku dan membawa kita ke tempat yang asing. Yang perlu kau lakukan adalah mengenalinya. Zaman kompetisi sudah berlalu, kini eranya kolaborasi

Poker Face

Jangan pernah memberikan kepuasan kepada orang lain dengan membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka telah berhasil melukai anda!

Long life Education

Nemo dat quod non habet - Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak miliki. So ... belajarlah sampai akhir!

Two in One

Dialog dan komunikasi yang baik akan membawa kita pada sebuah tujuan yang dicitakan.

Family is the core of life

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Pergilah sejauh mungkin, namun pulanglah untuk keluarga!

The most wonderful and greatest gift

Anak-anakmu adalah anugerah terindah dan terbesar dalam hidupmu, tetapi mereka bukanlah milikmu!

The nice of brotherhood

Saudaramu adalah orang selalu siap melindungimu, meskipun baru saja engkau ingin memakannya. Satu alasan: karena engkaulah saudaranya.

Happiness is Simple

Bahagia itu sederhana: Pergilah bersamanya, nikmati alam dan pulanglah dalam sukacita!

Sendiri itu perlu

Sesekali ambil waktumu untuk diri sendiri: lihatlah ke kedalaman dan engkau tahu betapa banyak keburukanmu!

NATAL: ARTI DAN TUJUAN

Setelah menjalani masa Adven selama empat minggu lamanya, kita akan memasuki masa Natal yang dimulai pada Perayaan Malam Natal (24 Desember) sampai pada hari Minggu Pesta Pembaptisan Tuhan (untuk tahun ini, jatuh pada hari Minggu 12 Januari 2025). Dan setelah itu secara liturgi masa Natal berakhir dan memasuki Masa Biasa I.

Secara etimologis, kata "Natal" berasal dari bahasa Latin natalis, yang berarti "kelahiran" atau "hari kelahiran". Sering sekali kita mendengarnya dalam bahasa lain seperti bahasa Italia: Natale, bahasa Prancis Kuno: Noël, bahasa Spanyol dan Portugis: Navidad. Hanya dalam bahasa Inggris sedikit berbeda. Istilah Christmas digunakan sebagai padanan kata natal. Kata ini berasal dari gabungan Christ's Mass (Misa Kristus) dan tidak secara langsung mengacu pada istilah natalis. Namun, istilah nativity (kelahiran Kristus) digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk pada misteri kelahiran Yesus.

Dalam konteks liturgi, Gereja Katolik menggunakan istilah Dies Natalis Domini (Hari Kelahiran Tuhan) sebagai ungkapan resmi untuk perayaan kelahiran Yesus. Istilah ini sering digunakan dalam dokumen dan doa Gereja sebagai rujukan langsung pada misteri inkarnasi.

Perayaan Natal pada tanggal 25 Desember pertama kali tercatat dalam Kalender Filokalus tahun 354 M di Roma. Gereja memilih tanggal ini untuk merayakan kelahiran Kristus sebagai terang dunia, menggantikan perayaan pagan Sol Invictus (Matahari Tak Terkalahkan) yang dirayakan pada titik balik matahari musim dingin.

Kalender Filokalus adalah kalender kuno yang berasal dari tahun 354 Masehi. Kalender ini adalah dokumen berharga dari zaman Kekaisaran Romawi dan merupakan contoh paling awal dari kalender Kristen yang diketahui. Disebut juga sebagai Chronography of 354, kalender ini dinamai dari seorang seniman bernama Filokalus yang membuatnya untuk seorang pejabat Romawi kaya bernama Valentinus.

Manuskrip asli kalender ini tidak lagi ada, tetapi salinan dan reproduksi teksnya telah dilestarikan dalam berbagai bentuk. Informasi yang terkandung dalam kalender ini telah diambil dari naskah-naskah lain yang menjadikannya dikenal hingga kini.

Kalender Filokalus adalah artefak historis yang kaya akan nilai budaya, keagamaan, dan seni dari zaman Kekaisaran Romawi. Ini adalah salah satu bukti bagaimana tradisi Kristen mulai mendapatkan pijakan di tengah kebudayaan pagan Romawi, sekaligus merefleksikan minat masyarakat pada astronomi dan sejarah.

Tradisi dan Simbol Natal

  • Kandang Natal (Nativity Scene). Pertama kali dipopulerkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi pada tahun 1223 sebagai cara untuk menggambarkan kelahiran Yesus.
  • Pohon Natal. Lambang kehidupan dan pengharapan. Meski tradisi ini berakar dari budaya Jerman, Gereja mengadopsinya dengan makna Kristiani.
  • Lilin dan Bintang. Melambangkan Kristus sebagai terang dunia.

Makna Natal

Natal adalah perayaan misteri inkarnasi, di mana Sabda Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus (lih. Yohanes 1:14). Ini menunjukkan kasih Allah yang begitu besar kepada dunia (lih. Yohanes 3:16). Natal dirayakan sebagai salah satu hari raya liturgi terbesar dalam kalender Gereja.

Natal menandai awal dari rencana keselamatan Allah yang diwujudkan melalui kelahiran, kehidupan, wafat, dan kebangkitan Kristus. Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 461, dikatakan "Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan Ia telah mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia."

Natal adalah pesan damai bagi seluruh dunia, sebagaimana malaikat berkata kepada para gembala: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14).

SIKAP LITURGI MEMASUKI GEREJA

Berlutut

Sikap berlutut biasanya dilakukan umat sesaat sebelum duduk di bangku yang diinginkan, sebelum perayaan Ekaristi dimulai. Berlutut adalah tanda penghormatan dan kerendahan hati di hadapan Allah. Ini melambangkan pengakuan umat beriman akan keagungan Allah dan kerendahan diri manusia sebagai ciptaan-Nya.

Caranya adalah dengan menekuk salah satu kaki hingga lutut menyentuh lantai dan badan mengarah di altar sebagai pusat dengan kepala tertunduk. Sikap ini harus dilakukan dengan niat tulus sebagai ekspresi penghormatan, bukan hanya formalitas dan tidak dilakukan terburu-buru. Sikap ini perlu diiringi oleh doa dalam hati dengan menyadari kelemahan dan kerapuhan manusiawi kita.

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2558-2565 - Pengantar Bagian IV tentang Doa, dikatakan bahwa doa adalah pengangkatan hati kepada Allah. Sikap tubuh, seperti berlutut, adalah salah satu cara untuk mengekspresikan doa dan penghormatan secara lahiriah.

Doa Pribadi

Sesudah berlutut dan duduk di bangku yang dipilih, umat beriman melakukan doa pribadi sebelum perayaan dimulai. Tujuannya untuk menyerahkan segala kekhawatiran, dosa, dan harapan kepada Allah sekaligus memohon bantuan Roh Kudus untuk dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penuh makna dan menerima Sakramen dengan layak.

Doa pribadi tersebut dapat juga berupa pujian dan syukur atas segala rahmat yang telah diterima selama satu pekan, mengungkapkan penyesalan dan tobat atas dosa-dosa pribadi serta menyampaikan harapan-harapan dan permohonan kepada Tuhan sang pemilik kehidupan.

Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1098, dikatakan, “Perlu adanya disposisi batin yang baik untuk menerima rahmat-liturgi. Untuk mencapai sikap ini, adalah penting mempersiapkan hati pribadi, mengambil bagian dalam semangat liturgi, dan juga membuka hati kepada rahmat ilahi."

Secara singkat dan sederhana dapat dikatakan bahwa doa pribadi sebelum Perayaan Ekaristi membantu umat beriman untuk memasuki misteri liturgi dengan sikap batin yang layak.

Sebagai simpulan dapat dikatakan bahwa sikap berlutut dan doa pribadi sebelum Perayaan Ekaristi adalah cara umat beriman Katolik mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk berjumpa dengan Tuhan dalam liturgi. Melalui sikap ini, umat menempatkan diri dalam suasana doa, penuh hormat, dan kesadaran akan kehadiran Kristus, sehingga dapat mengikuti perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati dan layak.

[Katekismus Gereja Katolik adalah buku pedoman yang memuat tentang pelaksanakan kegiatan katekese. Buku tersebut berisi ajaran-ajaran Gereja, termasuk mengenai teologi dan prinsip pastoral.

Secara etimologis Katekismus berasal dari bahasa Yunani “chatechesis” yang berarti mengajar atau “chatechismos” yang berarti pengajaran. Sedangkan secara istilah, Katekismus adalah buku yang menerangkan tentang ajaran agama dan keimanan Kristiani.]

KORONA ADVEN DAN LILIN ADVEN

Berbicara tentang Adven rasanya kurang lengkap jika tidak berbicara mengenai korona adven atau lingkaran adven. Lingkaran adven ini biasanya dipasang di Gereja, Kapel dan bisa juga di rumah umat. Lingkaran ini biasaya terbuat dari daun pinus dan ada 4 (empat) terpasang di sana. Salah satu lilinnya berwarna merah muda dan lainnya berwarna ungu.

Apa dan bagaimana sebenarnya Sejarah di balik lilin adven ini? Tradisi lingkaran adven berasal dari negara-negara di Eropa Utara yang mengalami musim dingin dan salju pada akhir tahun. Tidak seperti negara-negara yang berada di daerah tropis, negara-negara di Eropa Utara ini, pada bulan Desember merupakan bulan yang paling dingin dan paling gelap, karena tidak selalu disinari oleh cahaya matahari.

Walau demikian daun pohon cemara selalu hijau sepanjang tahun sehingga menjadi simbol kehidupan yang tidak akan takluk pada kematian. Sementara lilin dan cahaya lilin yang terpancar melambangkan kehangatan dan pengharapan dari Kristus sendiri. Sementara lingkaran merupakan simbol dari lingkaran kehidupan yang tidak akan terputus bahkan oleh kematian. Dan keempat lilin merupakan simbol dari empat minggu adven.

Warna liturgi pada masa Adven adalah warna ungu. Pada masa lampau pakaian dengan warna ungu hanya dipakai oleh para raja dan bangsawan, karena pada saat itu pewarna pakaian ungu sangat mahal dan dibuat dari siput yang diambil di Laut Tengah atau Laut Mediterania.

Dalam Gereja Katolik sendiri warna ungu diasosiasikan dengan pembaptisan, pertobatan dan kematian. Namun warna ungu pada masa Adven memiliki makna yang sedikit berbeda, yakni merupakan simbol penantian, pengharapan dan sukacita.

Hal yang paling spesial dalam masa adven adalah minggu adven yang ketiga yang juga disebut sebagai minggu Gaudete. Kata Gaudete adalah bahasa Latin yang berarti bersukacitalah. Kata ini sendiri diambil dari antifon pembukaan dari misa minggu adven ketiga yang diambil dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi 4:4, “Gaudete in Domino semper: iterum dico, Gaudete!” Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah. Warna liturgi juga pada masa Adven ketiga berbeda dari minggu adven yang lain yaitu merah muda sebagai lambang sukacita dan kasih.

Makna lilin Adven

Keempat lilin dalam tradisi Advent memiliki makna simbolis yang mendalam, yang mencerminkan perjalanan rohani menuju perayaan Natal. Setiap lilin dinyalakan pada setiap minggu Advent hingga seluruhnya menyala, melambangkan terang yang semakin mendekat dengan kedatangan Kristus.

  • Lilin pertama adalah harapan (hope), disebut juga "Lilin Nabi," lilin ini mengingatkan umat akan nubuat-nubuat para nabi yang menubuatkan kedatangan Mesias.
  • Lilin kedua adalah damai (peace), disebut "Lilin Betlehem," lilin ini mengingatkan pada tempat kelahiran Yesus, sang Raja Damai. Lilin ini mengundang kita untuk merenungkan damai sejahtera yang dibawa oleh Kristus ke dunia
  • Lilin ketiga adalah sukacita (joy), disebut "Lilin Gembala," lilin ini berbeda berwarna merah muda, melambangkan sukacita dan perayaan. Lilin ini mengingatkan kabar sukacita yang disampaikan malaikat kepada para gembala di padang.
  • Lilin keempat adalah kasih (love), disebut "Lilin Malaikat," lilin ini melambangkan cinta Allah yang besar bagi manusia, diwujudkan dalam pengutusan Putera-Nya, Yesus Kristus. Lilin ini mempersiapkan hati umat untuk menyambut cinta kasih Kristus di hari Natal.