KELUARGA BERENCANA BUATAN (KBB)

Karena banyaknya pertanyaan mengenai Kelurga Berencana Butan pada postingan sebelum ini mengenai Tantangan dan Peluang untuk membangun keluarga yang dicita-citakan, maka secara khusus saya mengumpulkan bahan-bahan menyangkut metode keluarga berencana buatan yang menggunakan obat atau alat. 

Harus dipahami bahwa keluarga berencana merupakan salah satu langkah terbaik yang harus dipikirkan oleh orang yang sudah dan akan menikah. Tanpa perencanaan, tentunya tidak akan sampai pada tujuan yang dicita-citakan. Namun KB sering disalahartikan dengan hanya menafsirkannya sebagai pembatasan jumlah anak. Namun sesungguhnya mencakup semua aspek kehidupan keluarga, termasuk anak. Pada tulisan saya kali ini, akan menguraikan tentang pandangan Gereja mengenai KBB.

Ada beberapa intervensi yang berkaitan dengan metode Keluarga Berencana Buatan yang berturut-turut apat diuraikan sebagai berikut:
  1. Hysteroktomi adalah pemotongan atau pengebirian rahim. Dapat dibenarkan bila dengan alasan kuratif berdasarkan prinsip totalitas, demi keselamatan keseluruhan, boleh mengurbankan sebagian, bila tak ada cara lain untuk menyelamatkan keseluruhan.
  2. Kastrasi dan Ovarektomi: dari sudut medis ini bukan sarana KB. Kastrasi adalah pengebirian. sedangkan ovarektomi adalah pengambilan atau pemotongan indung telur. Tidak bisa dibenarkan kecuali dengan prinsip totalitas, jadi sebagai tindakan kuratif bila tiada jalan lain.
  3. Sterilisasi Operatif dilihat dari segi tujuan: Direk yaitu kontraseptif, karena maksud tertuju pada efek mandul, agar jangan hamil atau menghamili. tindakan ini tidak dihalalkan. Indirek yaitu Therapeutis, karena maksud tertuju pada efek sembuh, jadi agar gangguan kesehatan disingkirkan. Tindakan ini dihalalkan, Efek mandul adalah efek sampingan dari diluar maksud.
  4. Sterilisasi dilihat dari segi jenis atau macamnya: Vasektomi. yaitu saluran air mani dipotong atau dibuntu dengan diikat atau disumbat agar sel-sel sperma tidak disalurkan keluar. Produk sel sperma tetap, berbeda dengan kastrasi yang menyingkirkan testes. Keuntungan vasektomi adalah sekali berhasil, tak usah repot-repot, terutama untuk orang sederhana atau untuk orang kurang menguasai diri. Mudah dilaksanakan dan tingkat kegagalan sangat rendah. Tubektomi, yaitu saluran sel telur diputuskan, diikat atau dibuntu agar sel ovum tidak masuk ke dalam uterus. Keuntungan Tubektomi adalah sekali berhasil, tak usah repot-repot, terutama untuk orang sederhana atau untuk orang kurang menguasai diri. Mudah dilaksanakan dan tingkat kegagalan sangat rendah. Kerugian, biasanya irreversible, pemulihan kembali untuk organ wanita ada banyak kesulitan maka sebaiknya kemungkinan lain saja, Kalau bisa suami yang disteril, bukan istri.
  5. Sterilisasi hormonal. Pil anti hamil yaitu setiap pil anti hamil mempunyai aturan pakai dan efek yang berbeda-beda. setiap orang boleh memilih yang efek negatifnya minimal. Keuntungan: aman dan efektif sebagai metode KB, tidak mengganggu senggama seperti alat mekanis. Kerugian: butuh kecermatan dan pendidikan, keteledoran menimbulkan kegagalan. Injeksi (DMP = Depo medroxy progrestrone acetate). Terdiri dari cairan steril kristal-kristal kecil putih MPA yang disuntikan intramuscular. Cara kerjanya, mencegah ovulasi, penebalan cerviccis mucus untuk menghalangi sperma masuk uterus. Keuntungan: mudah, empat suntikan setahun, untuk orang sederhana aman dan dapat dipercaya. Kerugian: tumor, mammae, tumor ginikologik, penyakit hepar, penyakit darah, pendarahan vagina, persangkaan hamil, perubahan berat badan, tekanan darah, varices, rambut rontok, aene, pusing, mual, muntah, gelisah, frigid dsb.
  6. Dengan alat-alat mekanis. Kondom: Cukup aman, asal dipergunakan dengan baik dan tidak bocor. Juga bermanfaat mencegah penularan penyakit atau infeksi. Pria ikut bertanggungjawab. Tidak ada efek sampingan yang berarti, mungkin psikis kurang enak, sangat individual. Diafragma/pessar/kap cervix: semua alat-alat untuk menutup mulut cervix. Sebelum menstruasi harus dibuka untuk jalan darah menstruasi, tak 100% aman. Sering dikombinasi dengan bahan kimiawi. IUD : Hingga kini IUD (Intrauterine Device) ini yang dimasukkan kedalam rahim, tak jelas bagaimana cara kerjanya. Soal yang penting adalah apakah hanya kontrasepsi (pencegah pertemuan sel sperma dan ovum) ataukah abortif (mencegah nidasi zygote?). Andaikata abortif maka penilaian moralnya lain. Keuntungan : mudah dipasang untuk waktu lama, mudah bagi orang sederhana, murah. Kerugian: kontra indikasi; infeksi organ-organ di daerah panggul seperti cervicitis, endomentritis, salpingitis, kehamilan, pendarahan, neoplasma. Banyak efek samping seperti pendarahan, perforasi dinding rahim, infeksi dan sebagainya.
  7. Dengan bahan kimiawi. Spermicida yaitu bahan untuk membunuh sel sperma, sering sekaligus juga menyumbat jalan. Suppositoria kimiawi, jelly, cream, pasta. semuanya dimasukkan untuk menutup jalan, tapi sejauhmana dapat menyumbat dengan sempurnya diragukan. Tablet berbusa Yaitu memenuhi vagina tetapi toh tidak aman. Douche Vaginal yaitu mencuci vagina setelah senggama, tapi sangat tidak aman.
  8. Dengan cara lain: Morning after Pill (Post Coital Pill) pemberian dosis besar ostrogen secara mendadak setelah senggama terutama setelah perkosaan. Menstrual Regulation (induk haid) yaitu: Aspiratif vakum endometrum kalau paling lama dua minggu terlambat menstruasi. rupanya nama bagus untuk menutupi abortus. Abortus : tidak dilihat sebagai metode.

Penilaian terhadap metode Keluarga Berencana Buatan (KBB)

Dilihat dari cara kerjanya alat kontrasepsi dengan metode barier dapat dikatakan tidak termasuk alat kontrasepsi yang bersifat abortif sebab alat dengan metode ini hanya menghalangi pertemuan spermatozoa dengan sel telur hingga tidak terjadi pembuahan. Dalam hal ini dituntut suatu sikap yang konsisten dan berhati-hati sehingga mengurangi akibat negatif, misalnya infeksi atau lecet karena pemakaian yang tergesa-gesa. Efek lain dari kontrasepsi ini mudah didapatkan di mana-mana tak perlu dengan resep dokter dan dapat dipasang sendiri. Maka sering dilakukan oleh orang-­orang yang tidak bertanggung jawab, misalnya para pelajar dan muda-mudi dengan mengetahui bahwa alat-alat tersebut tidak akan terjadi kehamilan, maka mereka menggunakan dan mencoba melakukan hubungan suami-isteri. Apalagi kemajuan zaman sekarang, misalnya film-film rangsangan seksual, sehingga melanggar nilai-nilai moral.

  1. Kontrasepsi Hormonal. “Pada dasarnya kontrasepsi hormonal termasuk sterilisasi tetapi tidak tetap, sehingga penilaiannya ringan” Penilaian moral Kristiani selalu kepada suara hati suami isteri. Berdasarkan kodratnya hubungan suami isteri adalah hubungan tanda cinta mereka sebagai suami isteri sekaligus untuk memperoleh keturunan (manusia baru). Maka dengan diadakannya tindakan pencegahan kehamilan berarti telah melawan kodrat itu sendiri. Namun demikian Ajaran Gereja tetap kembali kepada moral Kristiani. Moral bukanlah soal benar atau salah, hitam atau putih yang artinya suatu ajaran yang mengajak orang untuk mengembangkan sikap mental di dalam mengambil keputusan. Moral Kristiani adalah moral bertanggungjawab, maka pasangan suami istri yang menganggap alat-alat kontrasepsi dapat membahagiakan keluarganya, mengapa harus ditolak, moral bukanlah suatu aturan yang menghukum orang dan tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, melainkan moral bertanggung­jawab untuk membimbing pasangan suami istri, agar didalam mengambil keputusan berdasarkan suara hatinya dan rasa tanggungjawab terhadap imannya di kemudian hari dan tidak terjadi penyesalan akan apa yang telah menjadi keputusannya.
  2. Sterilisasi. Sterilisasi merupakan tindakan bedah yang sasarannya adalah tubuh manusia yang dijaga dan dipelihara ”Manusia bukanlah pemilik tubuh melainkan hanya pemakainya, Allah pemiliknya. Manusia hanya berhak untuk memelihara  memakai tubuh yang diciptakan oleh Allah sendiri. Maka manusia harus mengikuti tujuan yang telah ditentukan Allah”. Dengan demikian sekalipun moral Kristiani sangat tegas, namun memberi peluang bagi manusia untuk memilih alat kontrasepsi mana yang sesuai dengan suara hatinya asal tidak merusak tujuan totalitas tubuhnya. Jika sterilisasi merupakan jalan satu-satunya bagi keluarga tersebut. Misalnya nyawa ibu terancam apabila melahirkan kembali, sedangkan alat­-alat kontrasepsi lain tidak cocok, di sini bermaksud demi penyembuhan. Prinsip totalitas adalah demi menyelamatkan nyawa, mengorbankan bagian tubuh bila tidak ada lagi jalan lain yang di tempuh. Walaupun efek sampingnya adalah kemandulan. Jadi sterilisasi pada hakekatnya tidak dibenarkan untuk menyukseskan Program Keluarga Berencana namun apabila hal ini dipakai untuk penyembuhan, hal itu tidak Jadi masalah, yang penting tidak ada rasa penyesalan.

Disadur dari berbagai sumber

 

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini