... di antara mereka ...

Mereka tidak perlu engkau ajari dengan ilmu yang engkau miliki, tetapi dampingilah mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Walking together

Takdir menuntun kita ke jalan berliku dan membawa kita ke tempat yang asing. Yang perlu kau lakukan adalah mengenalinya. Zaman kompetisi sudah berlalu, kini eranya kolaborasi

Poker Face

Jangan pernah memberikan kepuasan kepada orang lain dengan membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka telah berhasil melukai anda!

Long life Education

Nemo dat quod non habet - Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak miliki. So ... belajarlah sampai akhir!

Two in One

Dialog dan komunikasi yang baik akan membawa kita pada sebuah tujuan yang dicitakan.

Family is the core of life

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Pergilah sejauh mungkin, namun pulanglah untuk keluarga!

The most wonderful and greatest gift

Anak-anakmu adalah anugerah terindah dan terbesar dalam hidupmu, tetapi mereka bukanlah milikmu!

The nice of brotherhood

Saudaramu adalah orang selalu siap melindungimu, meskipun baru saja engkau ingin memakannya. Satu alasan: karena engkaulah saudaranya.

Happiness is Simple

Bahagia itu sederhana: Pergilah bersamanya, nikmati alam dan pulanglah dalam sukacita!

Sendiri itu perlu

Sesekali ambil waktumu untuk diri sendiri: lihatlah ke kedalaman dan engkau tahu betapa banyak keburukanmu!

MEMPERJUANGKAN KEJUJURAN

Pendahuluan

Indonesia masih terkenal sebagai negara korup, baik di tingkat Asia maupun tingkat dunia. Menurut Transparency International Indonesia (TII) yang dipublikasikan pada tahun 2020 indeks persepsi korupsi Indonesia berada pada skor 40 (dari rentang skor 0 – 100) dan ranking 85 dari 180 negara yang disurvei. Kita bisa melihat setiap hari media massa di Indonesia memberitakan tentang kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat negara dan kroni-kroninya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun kewalahan menangani para koruptor itu. Korupsi adalah salah satu wujud perbuatan atau perilaku tidak jujur.

Makna Kejujuran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang dan tidak berbohong. Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan. Apa yang ada dalam hati sama dengan apa yang dikatakan. Oleh karena itu makna kejujuran dapat disebut antara lain:

  1. Kejujuran    dapat    menjadi modal untuk      perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok.  Orang yang jujur akan sanggup menerima kenyataan pada diri sendiri, orang lain dan kelompok. Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan pribadi dan kelompok.
  2. Kejujuran    menimbulkan    kepercayaan       yang      menjadi landasan pergaulan dan hidup bersama. Tanpa kejujuran orang tidak dapat bergaul dan hidup secara wajar.
  3. Kejujuran    dapat    memecahkan     banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, persoalan kelompok, masyarakat, maupun negara. Jika kita berpolitik secara jujur, membangun hidup ekonomi secara jujur, berbudaya secara jujur, maka krisis multidimensi dapat teratasi.

Bentuk-Bentuk Ketidakjujuran

  1. Ketidakjujuran di bidang politik. Penguasa dapat bersikap curang dan korup untuk kepentingan diri dan golongan; memanipulasi undang-undang dan peraturan; menggunakan agama untuk kepentingan politik, dsb. Sementara itu, rakyat jelata yang menghadapi kekuasaan yang sewenang-wenang akan bersikap munafik, formalitas, ABS, dsb.
  2. Ketidakjujuran di bidang ekonomi. Penguasa dan pengusaha akan bersikap korup membuat mark up, kredit macet, menggelapkan uang negara, menyusun proyek fiktif, dsb. Rakyat berusaha untuk menyogok, bersikap ABS, menipu, dsb.
  3. Ketidakjujuran di bidang budaya/Pendidikan. Penguasa merekayasa pendidikan, termasuk undang-undangnya. Fanatik budaya daerah tertentu  dan mendiskreditkan budaya daerah lain. Rakyat dan anak didik akan bersikap formalitas, munafik, dsb.

Alasan dan Akar Ketidakjujuran

  1. Alasan ketidakjujuran di bidang politik tentu saja keserakahan pada kekuasaan. Kekuasaan seperti opium, orang terdorong untuk menambahkan kekuasaan atau mempertahankannya, apa pun taruhannya. Tujuan (kekuasaan) dapat menghalalkan segala cara. Sementara bagi rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dilakukan demi rasa aman.
  2. Alasan ketidakjujuran di bidang ekonomi adalah keserakahan pada materi, harta, khususnya pada uang. Uang menjadi dewa baru bagi manusia zaman ini, yang sudah hanyut dalam budaya konsumerisme dan hedonisme. Uang dapat membeli apa saja, termasuk kejujuran. Sementara bagi rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dibuat demi untuk mempertahankan hidup.
  3. Alasan ketidakjujuran di bidang budaya mungkin adalah demi harmonisasi palsu. Orang bersopan santun hanyalah formalitas dan munafik demi harmonitas palsu itu.

Akibat dari Ketidakjujuran

Untuk para pelaku: Walaupun ia hidup berkelimpahan dan senang, tetapi belum tentu bahagia, hati nurani tidak berfungsi (mati) jika ketidakjujuran dilakukan berulang-ulang, kemerosotan moral dan kepribadiannya. Mungkin saja suatu saat ketidakjujuran akan terbongkar dan ia serta keluarganya akan menderita.

Untuk masyarakat luas: Ketidakjujuran merupakan salah satu akar dari berbagai krisis multi dimensi seperti yang dialami negeri kita. Karena ketidakjujuran (dan ketidakadilan), kita mengalami krisis di bidang politik/hukum, ekonomi, lingkungan hidup, budaya, dsb

Ajaran Kitab Suci

Secara khusus Yesus menasihatkan kepada kita supaya kita tidak bersumpah palsu: “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakinya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar. Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ‘ya’, hendaklah kamu katakan ‘ya’, jika ‘tidak’, hendaklah kamu katakan ‘tidak’. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (lih. Mat 5: 33-37).

Jadi katakana saja sesuai keadaan yang sebenarnya. Entah orang lain percaya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting kita bisa aman dengan hati nurani kita. Mari kita menjadi orang-orang yang jujur di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semoga Tuhan menolong kita!

MEMPERJUANGKAN KEBENARAN

Nilai yang sangat berkaitan dengan keadilan adalah soal kebenaran. Kebenaran berarti suatu keadaan atau kondisi yang sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Kebenaran juga berarti hal yang sungguh-sungguh benar. Karena itu kebenaran berkaitan erat dengan kejujuran. Orang jujur berarti orang yang bertindak atas dasar kebenaran.

Kontra dari kebenaran adalah kebohongan, dusta, fitnah, tipu muslihat. Dengan perkataan lain, orang dapat memanipulasi kebenaran dengan tipu daya dan fitnah untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Di Indonesia kita dapat menyaksikan secara vulgar di ranah politik misalnya, orang atau kelompok melakukan fitnah terhadap lawan politik dengan memutarbalikkan fakta tentang lawan politiknya; entah menyangkut suku/etnis/ras, agama, bahkan menyangkut urusan yang sangat pribadi seperti keluarga. Dalam Kitab Suci kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, melainkan juga mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah sumber kebenaran, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya kepada manusia, maka Allah berfirman: “Jangan bersaksi dusta!” (Kel. 20: 8) atau sesuai dengan perintah VIII (Versi Gereja Katolik)

Kebohongan bertentangan dengan Kebenaran

Kebohongan menunjukkan bentuk wajahnya dalam kehidupan masyarakat kita. Dapat disebut antara lain:

1.    Berdusta dan saksi dusta. Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran. Berdusta berarti berbicara atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang, yang mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran.

2.    Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi. Rekayasa dan manipulasi itu bersifat mengelabui.

3.    Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan.

Penyebab seseorang berbohong

Berikut beberapa alasan seseorang berbohong, antara lain:

1.    Seseorang berbohong hanya sekedar iseng atau main-main saja. Orang dapat berbohong hanya karena mau menikmati kesenangan saja. Orang merasa senang karena orang lain tertipu. Kita mengenal juga satu kebiasan yang disebut pada tanggal 1 April setiap tahunnya yang disebut April Mop atau April Fools’ Day. Pada hari ini dianggap boleh berbohong dan melakukan lelucon kepada orang lain tanpa dianggap bersalah.

2.    Seseorang berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu. Para pedagang, misalnya, dapat berbohong, supaya mendapat untung sebesar-besarnya.

3.    Seseorang berbohong karena berada dalam situasi tertekan. Kemudian untuk menyelamatkan diri dari situasi tertekan, ia terpaksa berbohong.

Akibat Kebohongan

1.    Bagi diri sendiri. Memang terkesan bahwa kebohongan dapat membawa kenikmatan dan keberuntungan tertentu. Paling kurang untuk waktu tertentu. Tetapi untuk jangka waktu yang panjang di masa depan, ia akan membawa bencana. Bencana kemerosotan pribadi, karena lamakelamaan kita akan dikenal sebagai pembohong. Bencana yang lain ialah bahwa kita akan kehilangan kepercayaan.

2.    Bagi orang yang dibohongi. Orang yang dibohongi tentu saja mendapat gambaran yang salah dan dapat bertindak fatal bagi dirinya dan mungkin saja bagi orang lain. Orang yang dibohongi dapat masuk ke dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan yang membohonginya dan mungkin juga dengan orang lain.

3.    Bagi masyarakat luas. Tindakan penipuan, rekayasa, dan manipulasi dapat merugikan bagi masyarakat luas. 

Apa kata Kitab Suci?

Dalam Kitab Suci, ditegaskan bahwa kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah “sumber kebenaran”, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berfirman: “Jangan bersaksi dusta.”.

Pada dasarnya Kitab Suci tidak berkata saksi dusta terhadap sesamamu, melainkan saksi dusta tentang sesamamu manusia, sebab perintah ini semula menyangkut kesaksian di pengadilan. Dengan kesaksian palsu, orang dicelakakan, karena ia dihukum secara tidak adil (malah dihukum mati) dan tata keadilan dijungkirbalikkan. Sesungguhnya masalahnya bukan “bohong”, melainkan tidak adanya kepastian hukum yang dapat diandalkan.

Dalam Ul 16:19, ditegaskan “Jangan memutar-balikkan hukum; jangan memandang muka; dan jangan menerima suap.” Inilah maksud perintah kedelapan. Di muka pengadilan orang menyatakan kesetiaannya baik terhadap si terdakwa, sesame manusia, maupun terhadap masyarakat, umat Allah. Sebab dalam umat Allah, “pengadilan adalah kepunyaan Allah” (lih. Ul 1:17), yakni kepunyaan “Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar” (lih. Ul 32: 4).

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus adalah kebenaran. Ia dibenarkan Allah. Dengan kebangkitan-Nya, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah orang benar. Ia adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Orang yang percaya kepada-Nya akan selamat (ikut dibenarkan Allah). Percaya di sini bukan hanya yakin bahwa Yesus itu ada dan hidup, tetapi lebih-lebih berarti mau mengandalkan hidupnya kepada Yesus serta menjalankan apa yag dikehendaki-Nya. Maka membela kebenaran berarti ikut dalam karya Allah menyelamatkan manusia. Membela kebenaran berarti juga memperjuangkan kehendak Allah dan meneladan Yesus, Sang Kebenaran sendiri. Karena iman terhadap Yesus inilah, kita berani menyampaikan pemikiran-pemikiran atau maksud kepada siapa pun, termasuk kritik kepada yang melanggar, koreksi kepada siapa pun yang melawan cinta kasih Allah.

Kita harus selalu mengatakan yang benar, walaupun mungkin dengan risiko. Yesus pernah mengatakan: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak! Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat! (Mat 5: 37). Ia (iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (lih. Yoh 8: 44). Semoga kita semua menjadi agen-agen yang memperjuangkan kebenaran di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

KEADILAN

Nilai-nilai kehidupan manusia yang perlu diperjuangkan yaitu keadilan, kejujuran, kebenaran, kedamaian, serta keutuhan lingkungan hidup atau keutuhan seluruh ciptaan. Hal-hal tersebut merupakan nilai-nilai dasar hidup kristiani.

Keadilan merupakan suatu kondisi yang didambakan setiap insan manusia. Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar atau berpegang pada kebenaran. Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu hak asasi maupun hak sipil. Kenyataannya dalam kehidupan masyarakat kita menemukan banyak praktek ketidakadilan, entah dari segi ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Semua tindakan ini menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak milik orang lain. 

Arti dan Makna Keadilan

Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidup yang wajar, hak untuk memilih agama/ kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bekerja, hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan.

Keadilan sebagai “keadaan” menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak memandang suku, agama, ras, atau aliran tertentu). Keadilan sebagai “tuntutan” menuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil. Keadilan sebagai “keutamaan” adalah sikap dan tekad untuk melakukan apa yang adil yang memang sudah ditanam dalam hati nurani setiap manusia.

Ada tiga jenis keadilan yaitu komutatif, distributif, dan keadilan legal. Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual-beli yang berlaku pantas, tidak ada yang rugi, atau kalau dalam dunia perdagangan tidak terjadi monopoli. Keadilan distributif menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya, kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan ditanggung bersama-sama dengan adil atau meratanya soal pembangunan infrastruktur seperti sekarang ini di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Keadilan legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Perwujudan keadilan dalam tiga arti tersebut di atas sangat tergantung pada pribadi-pribadi yang bersangkutan. Entah mereka mau bersikap adil atau tidak, tetapi hal itu juga tergantung pada struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya keadilan yang tergantung pada pribadi-pribadi dapat diberi contoh, misalnya: upah yang tergantung pada sang majikan untuk para karyawan atau buruh. Ini disebut keadilan individual.

Perwujudan keadilan yang tergantung dari struktur dan proses politik, ekonomi, sosial, dan budaya, mau mengatakan bahwa misalnya seorang buruh tidak hanya tergantung pada rasa keadilan sang majikan, tetapi juga dari situasi ekonomi dan politik yang ada. Inilah yang disebut keadilan sosial.

Bentuk-bentuk ketidakadilan dalam masyarakat

Ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antara lain: Tindakan perampasan dan penggusuran hak milik orang, pencurian, perampokan, dan korupsi; tindakan pemerasan dan rekayasa; tindakan atau keengganan membayar utang, termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil, dan sebagainya. Semua tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak milik orang, termasuk hak milik masyarakat dan negara.

Akar Masalah Ketidakadilan

Kemiskinan dan kesengsaraan yang terjadi dalam masyarakat kita lebih banyak disebabkan oleh sistem dan struktur sosial politik, ekonomi dan budaya yang tidak adil. Sistem sosial, politik, dan ekonomi yang dibangun oleh penguasa dan pengusaha sering menciptakan ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu, pembangunan ekonomi, sosial, politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi orang-orang kecil’, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh. Kita dapat melihatnya dalam lingkup yang besar di dalam percaturan negara-negara dan kita mengalaminya di dalam lingkup yang kecil di lingkungan kita sendiri. Orang-orang kecil tetap saja menjadi orang yang tersisih dan menderita.

Ada berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap diskriminatif dan tidak berperikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/ imigran. Penganiayaan karena asal-usul etnis atau pun atas dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan massal. Penganiayaan terhadap orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-partai penguasa karena ingin mempertahankan kepercayaan yang mereka anut. Perlakuan semena-mena terhadap orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib orang-orang jompo, yatim piatu, orang sakit, dan cacat sering tidak diperhatikan. Orang-orang ini tentu saja sangat menderita karena tidak mampu berbuat apa-apa.

Pesan Kitab Suci

Keserakahan rupanya senantiasa terjadi sepanjang hidup manusia. Dalam Kitab Suci (lihat Amos 5:7-15) diceritakan tentang orang-orang yang serakah, yang mendatangkan kemelaratan bagi orang lain. Situasi masyarakat atau bangsa Israel pada waktu nabi Amos tampil adalah kekayaan dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang merusak hidup mereka sendiri. Orang-orang berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang-orang kecil. Ketidakadilan juga terus berlangsung pada masa hidup Yesus. Terjadi penindasan terhadap orang-orang yang tidak berdaya. Bahkan pelakunya adalah termasuk kaum agamawan Yahudi yang seharusnya membela dan menegakkan keadilan sosial. Karena itulah Yesus mengecam keras para agamawan yang suka bersikap picik dan munafik (lihat Lukas 11:42-46). Semoga kita menjadi agen-agen yang memperjuangkan keadilan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana kita berada. 

MENYIAPKAN PONDASI MASA DEPAN

Masa depan adalah waktu sesudah waktu yang sekarang kita berada; suatu masa yang jauh di depan kita. Namun demikian dalam arti sempit, masa depan bisa diartikan sebagai waktu sesudah waktu sekarang yang amat dekat. Detik berikut sesudah saya berbicara sekarang bisa digolongkan sebagai masa depan. Terlepas dari defenisi masa depan itu sendiri, dari sekian banyak tokoh yang berbicara mengenai masa depan sebagian besar setuju bahwa masa depan merupakan sebuah misteri bagi manusia, seorang pun tidak ada yang tahu; dan murni itu berada di tangan Tuhan yang mahakuasa. Tentu pendapat dan pandangan seperti ini tidak salah, namun masih amat terbuka untuk diperdebatkan.

Dapat diperdebatkan karena sebagian (besar) masa depan kita telah diserahkan Tuhan kepada manusia untuk menentukannya. Sejak kapan? Sejak Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya sendiri. Manusia dibekalinya dengan hati nurani dan akal budi yang kemudian kedua hal itu menjadi faktor pembeda manusia dengan ciptaan lainnya. Tuhan memberi manusia kebebasan untuk memutuskan, meskipun semua keputusan yang diambil oleh manusia tidak terjadi di luar ke-sepengetahuan-an Tuhan. Artinya Tuhan tahu semua yang terjadi, namun di banyak persitiwa Tuhan membiarkan manusia memutuskan sendiri. Bukan berarti Tuhan tidak bisa mengintervensi keputusan manusia, namun Tuhan tidak mau mengambil kembali apa yang sudah diberikan-Nya kepada mnusia yaitu kebebasan. Tentu jika Tuhan mau, semua sangat mungkin bagi-Nya.

Kembali ke topik bagaimana menyiapkan pondasi masa depan. Secara singkat bisa dijawab: dengan cara berjuang dan bekerja keras. Namun sekeras apapun anda berjuang di atas pondasi yang kurang kokoh tetap saja akan menjadi sia-sia.

Bagi anda sebagai seorang pelajar tentu tidak terlalu sulit untuk menyiapkan pondasi ini. Pondasi yang dimaksud bisa berupa kepribadian yang baik dan pengetahuan yang luas dan memadai. Tentu dalam kepribadian yang baik sudah termasuk soal religiusitas, kedisplinan, tanggung jawab, kepedulian dan sebagainya. Pertanyaannya adalah bagaimana anda menyiapkan pondasi yang kokoh saat ini untuk masa depan? Sekali lagi jawabannya sederhana: ikuti aturan yang berlaku di sekolah, latih kedispilinan, kepedulian, rasa tanggung jawab, sikap religius, perdalam pengetahuan anda dengan terus belajar dan berlatih sampai hal itu menjadi kebiasaan anda dan jika anda melakukannya terus menerus akan menjadi karakter anda yang sulit lepas dari diri anda.

Hal yang sangat penting untuk menyiapkan pondasi masa depan adalah kesadaran bahwa apa yang anda lakukan sekarang sangat menentukan apa yang akan terjadi sesudahnya. Jika anda sekarang bermalas-malasan maka sudah dapat dipastikan bahwa hasilnya adalah kebodohan dan kemiskinan. Namun jika anda saat ini selalu berusaha keras, berdisiplin, mengembangkan sikap religius, kepedulian dan tanggung jawab anda, maka suatu hari anda akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Anda tidak bisa berharap buah manggis yang manis, jika yang tanam adalah semak berduri, karena itu sudah pasti mustahil. Anda tidak diperbolehkan berharap menjadi seorang yang berilmu tinggi dan kepribadian yang baik tanpa anda menanam dan memupuk bibitnya dalam kehidupan dan keseharian anda.

Konon diceritakan sorang tukang bangunan yang sudah tua dan sangat ingin berhenti dari pekerjaan sebagai tukang bangunan dan ingin menikmati hari tuanya dengan tenang. Niatnya sudah bulat bahwa dia sudah sangat jenuh dengan pekerjaan ini dan ingin berhenti. Maka dengan tekad yang bulat sang tukang menghadap majikannya dan menyampaikan permohonan kepada majikannya bahwa ia tidak lagi mau bekerja sebagai tukang bangunan. Sang majikan sangat mengerti permohonannya. Namun karena hampir sepanjang hidupnya dia telah bekerja untuknya, maka ia meminta kepada sang tukang agar mengabulkan permintaanya untuk yang terakhir kalinya.

Majikannya memintanya untuk membuatkan satu lagi rumah baginya, rumah yang terbaik sebagai puncak dari karyanya sebagai seorang tukang bangunan. Meskipun sesungguhnya amat berat bagi tukang tersebut, tetapi akhirnya ia menyanggupi permintaan majikannya itu dengan sangat berat hati. Ia mulai membangun rumah itu dengan mendirikan pondasi yang seadanya saja dan material bangunan yang sembarangan dan tidak berkualitas. Hanya satu targetnya supaya cepat selesai. Sesudah beberapa waktu bekerja asal-asalan sambil menggerutu dalam hati akhirnya rumah itu diselesaikannya juga.

Sang tukang kembali menghadap majikannya dan memberitahu bahwa rumah sebagaimana dimintanya telah disiapkannya dan kemudian dia menyerahkan kunci kepadanya. Sesudah menerima kunci dari sang tukang, majikannya berkata kepadanya, “Baiklah. Engkau sudah bekerja kepadaku bertahun-tahun lamanya dan engkau sudah melakukannya dengan amat baik. Aku juga yakin bahwa kali ini engkau telah membuatkan rumah yang terbaik seperti pemintaanku. Sebagai ucapan terimakasihku kepadamu, kunci ini kukembalikan kepadamu dan rumah itu akan kuserahkan menjadi milikmu”.

Anda bisa bayangkan apa rekasi sang tukang tadi. Dengan mulut mengaga karena tidak menduga bahwa rumah itu ternyata akan menjadi miliknya. Dia menyesal tiada hentinya, mengapa ia tidak membangun rumah itu dengan sebaik-baiknya.

Jadi terserah anda sekarang bagaimana anda menyiapkan “rumah” masa depan anda. Jika saat ini anda membuat pondasinya tidak kokoh dan dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak berkualitas, maka jangan harap kelak anda tinggal di rumah yang baik dan aman untuk ditinggali. Jika saat ini anda tidak serius belajar, asyik saja menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfat, merokok, main game secra berlebihan, minum alkohol dan sebagainya, jangan berharap bahwa esok anda akan mendapatkan kehidupan yang baik. Karena itu mulai sekarang ayo siapkan pondasi masa depan anda dengan baik!

NGACA DULU ... !


No body is perfect
Tidak ada seorang pun yang sempurna. Begitulah sebuah frasa yang kiranya mengajak setiap manusia menyadari betapa dirinya tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan. Kekurangan itu bisa berupa fisik, materi dan bisa juga yang bersifat rohaniah. Meskipun Nampak dia hampir memiliki segalanya, tetapi paling sedikit ada satu yang tidak dimilikinya. Pokoknya yang namanya manusia yang menghuni planet ketiga dari matahari ini pasti ada kekurangannya.

Namun pada kenyataannya betapa sering manusia menghina dan menghujat orang lain. Memang selalu ada alasan untuk merendahkan atau menghujat orang lain: mulai dari tutur kata yang tidak sopan, ketidakpatuhan pada aturan atau ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar atau perbuatan lain yang dianggap sebagai penyimpangan dari norma sosial, agama dan budaya yang dianut oleh suatu masyarakat. Memang diakui bahwa semua hal yang baru saja disebut adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan dan diharapkan jauh dari peradaban mansia. Namun bukan berarti dengan demikian serta-merta kita mendapat tiket gratis untuk merendahkan, menghina atau menyakiti hati mereka.

Puluhan tahun yang lalu penyanyi kondang Ebiet G. Ade mengajak orang untuk bercermin dan introspeksi diri dengan lirik lagunya “tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat”. Potongan lirik itu sungguh sebuah ajakan kepada manusia agar lebih banyak memperbaiki diri sendiri daripada berusaha memperbaiki orang lain. Memang semut di seberang lautan lebih tampak sementara gajah di pelupuk mata tersembunyi.

Demikianpun di zaman Yesus ketika seorang perempuan sundal tertangkap dan dibawa ke hadapannya untuk dirajam. Rajam adalah salah satu hukuman mati bagi orang Yahudi dengan cara dilempari dengan batu sampai yang bersangkutan mati. Namun sebelum dihukum mati orang Yahudi bertanya kepada Yesus bagaimana pendapat-Nya. Dengan kebijaksanaan-Nya Yesus mengatakan kepada mereka agar siapa pun di antara mereka yang tidak memiliki dosa hendaklah ia menjadi orang pertama yang melempari perempuan sundal itu dengan batu. Apa yang terjadi? Seorang pun tidak ada yang melempari perempuan itu dengan batu, malah satu per satu dari orang yang sudah berkumpul, mulai dari yang tertua, pergi meninggalkan perempuan itu. Berarti artinya Yesus membuka tabir yang menutup mata dan hati mereka agar mereka dapat melihat bahwa mereka juga sebenarnya bersundal, hanya saja dengan cara dan bentuk yang lain. Bisa jadi itu melakukan korupsi, memeras orang-orang kecil, mengambil hak orang lain, tidak menghormati dan merawat orangtua, mencuri, merampok dan sebagainya. Makanya tidak ada satupun yang melempari perempuan sundal itu, karena semua berdosa.

Lalu apakah dengan demikian kita menjadi bebas melakukan kesalahan karena toh kita ini lemah dan tidak sempurna? Tidak juga demikian! Setiap manusia harus selalu berusaha memperbaiki dirinya agar selalu berkenan di hadapan Dia yang telah mencipatakan bumi dan segala isinya. Setiap kali jatuh dalam dosa dan kesalahan, setiap kali itu juga manusia harus bangkit dan menata kembali hidupnya. Yang mau dikatakan di sini adalah menyadarkan dan mengajak kita semua agar lebih berusaha memperbaiki diri kita sendiri daripada berusaha memperbaiki orang lain.

Sejalan dengan itu sebuah tulisan di makam seorang uskup Anglikan di The Collegiate Church of Saint Peter, Wesminster, yang lebih dikenal dengan Westminster Abbey London. Untuk diketahui Gereja ini adalah tempat tradisional penobatan raja dan ratu Inggris dan juga pemakaman mereka dan tempat ini juga ditetapkan sebagai situs Warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1987, bersama dengan Istana Westminster dan Gereja Saint Margaret's. Di batu nisan makam itu tertulis sebuah cerita tentang seorang pria yang ingin mengubah dunia. Tulisan itu sebagai sebagai berikut:

"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.

Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.

Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."

Kisah ini sekali lagi ingin menyadarkan kita untuk tidak lebih ingin memperbaiki apa yang kurang terhadap orang lain dan dunia sekitar kita dan merasa kita sudah sempurna dan tidak perlu untuk diperbaiki. So jika anda ingin menghina atau menghujat orang lain atau hendak merendahkan mereka karena kesalahan atau kekurangan yang mereka lakukan, tolong pastikan bahwa anda sempurna.


ASAL-USUL BULAN

Bulan sudah sekitar 4,5 miliar tahun mengelilingi bumi sebagai kawan setia. Sebagai bulan,- ada planet-planet lain yang juga mempunyai bulan-bulan, misalnya Yupiter 4 bulan besar dan banyak bulan kecil,-  bulan kita agak besar dan mempunyai beberapa kekhususan. Selain dari pada agak besar untuk sebuah bulan, dia juga tidak mengelilingi bumi di ketinggian khatulistiwa bumi, seperti semestinya menurut hukum gravitasi, melainkan di ketinggian ekliptika (= jalan bumi keliling matahari di waktu satu tahun yang 23027“ dicondongkan dari khatulistiwa (Ekliptika nampak bagi kita sebagai jalur matahari  dan planet-planet lain keliling bumi di waktu satu tahun. Maka dulu bulan bersama dengan  matahari, Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus dihitung sebagai ke-7 planet (dan ke-7 hari satu pekan disebut menurut ke-7 planet: Sunday, Monday . . . Saturday)), sedangkan bumi dilihat sebagai pusat edaran ke-7 „planet“ itu.

Peredaran bulan keliling bumi tidak merupakan elips panjang, seperti perjalanan bulan-bulan lain mengelilingi planet mereka, melainkan merupakan hampir suatu lingkaran (persis jaraknya dari bumi  356.400 km s/d 406.700 km). Besarnya bulan ¼ dari bumi, tetapi daya tariknya hanya 1/6. Akibatnya: bila kita melompat 1m tinggi di bumi, dengan tenaga yang sama kita meraih 6 m di bulan.  Padatnya materi di bulan hanya 60%, dibandingkan dengan padatnya materi bumi. Berarti 1 cm3 bahan bumi rata-rata 5,5 gr, sedangkan di bulan hanya 3,3 gr. Ini disebabkan, inti atau biji bumi terdiri dari besi berat, sedangkan bulan hampir tidak mempunyai pusat besi. Berarti padatnya materi bulan sama dengan padatnya kerak bumi (lapisan atas). Ada tiga teori tentang asal-usul bulan dan ketiganya dapat diringkaskan sebagai berikut.

Teori pertama

Teori ini berasal dari Charles Robert Darwin (1809-1882) yang kita kenal dari teori evolusi. Beliau berpendapat bahwa bulan keluar dari bumi berkat rotasi bumi. Tempat dia keluar, yaitu Samudera Pasifik, lautan terbesar. Bahwa materi bulan kurang padat dibandingkan dengan padatnya materi bumi, diterangkan oleh Darwin dengan mengatakan, bahwa bulan tidak keluar dari daerah besi di pusat bumi, melainkan dari kerak bumi (lapisan atas yang tidak begitu padat).

Namun teori Darwin  tidak bisa dipertahankan. Ruang lautan Pasifik terlalu kecil dibandingkan dengan besarnya bulan. Juga bulan semestinya beredar di tingginya khatulistiwa bumi. Selain itu, seandainya sebelum 4,6 miliar tahun bulan keluar dari bumi, maka bumi semestinya waktu itu empat kali lebih cepat berotasi. Tetapi waktu itu bumi masih dalam keadaan cairan panas dan pasti pecah menjadi banyak bagian. Padahal kecepatan rotasi satu benda di angkasa hampir tetap sama. Kejadian samudera Pasifik kini diterangkan dengan pergerakan lempeng-lempeng, lapisan di bagian atas bumi, khususnya di awal masa pendinginan bumi.

Teori kedua

Mengingat bahwa kedua benda, bumi dan bulan, mempunyai sebagian besar materi yang sama, mengizinkan mengatakan, bahwa kedua benda dijadikan dalam waktu yang sama dari materi yang waktu itu cukup banyak berada di tempat di mana sekarang berkisar sistem matahari/tata surya. Materi-materi sebagai nebula (=kabut; terdiri dari awan gas dan debu yang kadang-kadang puluhan dan ribuan tahun cahaya lebarnya, berbondong-bondong terbang di angkasa raya dan makin lama membentuk matahari-matahari (bintang-bintang) dan planet-planet berkat daya gravitasi. Proses ini sampai sekarang terus-menerus terjadi, sehingga tetap matahari-matahari dan planet-planet lahir, seperti bisa disaksikan di rasi bintang Orion. Tetapi terbalik juga, tetap ada bintang yang tenaganya (bahan bakar) habis, sehingga mengalami eksplosi (letusan) dan sekaligus implosi (lawan dari eksplosi, seperti dulu bola lampu yang pecah). Bahan yang dibuang ke angkasa karena eksplosi itu menjadi lagi nebula dan bahan bintang baru, sedangkan berkat implosi sebagian materi menjadi bintang gelap dengan padat materinya 1 cm3 ribuan ton beratnya atau menjadi lobang hitam (black hole).

Dengan kata lain, menurut teori itu, bumi dan bulan dibentuk pada waktu yang sama sebagai dua planet: bumi dan bulan. Bumi yang daya gravitasinya 6 kali lipat besar dari pada gravitasi bulan, menangkap bulan menjadi satelitnya atau bulannya.

Ada berberapa hal yang tidak mendukung teori ini. Misalnya angka tinggi rotasi tidak bisa diterangkan dengan teori ini, juga bahwa bumi mempunyai pusat besi yang besar, sedangkan bulan tidak, dan beberapa hal lain. Maka teori ini juga tidak bisa dipertahankan.

Teori ketiga

Sekitar tahun 1975 seorang ahli bintang (astronom) bernama Alastair Graham Walter Cameron dari Kanada mengucapkan teori baru yang kiranya cukup bahkan lengkap menerangkan kejadian bulan kita. Menurut teori ini tidak lama sesudah bumi dibentuk (kira-kira hanya saratus juta tahun, waktu bumi masih dalam keadaan cairan yang berbara, sebuah planetoid (planet kecil) yang cukup besar (sekitar 1/10 dari Mars) tabrak dengan bumi yang belum mengeras, tetapi tidak langsung dari atas, melainkan  dari samping sebagai tembakan sipi. Tabrakan ini begitu dahsyat, bahwa sebagian dari mantol bumi dibuang ke angkasa sebagai awan puing, dan puing-puing itu jatuh kembali ke bumi dan sebagian besar bergabung dengan planetoid tersebut, yang akhirnya menjadi kawan bumi dan disebut Bulan. Sebagai planetoid dia disebut dalam ilmu astronomi Theia, berarti yang ilahi (feminin) atau yang dikirim dari Allah. Bahan berat atau besi benda itu ditahan oleh bumi dan dalam jangka satu jam masuk ke inti bumi dan melebur dengan besi bumi.

Dari mana planetoid itu?  Kini diketahui, bahwa dalam stadium dini (awal) tata surya di antara Yupiter dan matahari ada beberapa lusin planetoid raksasa berkeliaran. Berkat kolisi (penarikan bahan materi di sekitarnya) kemudian planet-planet Mars, Bumi, Venus dan Merkurius dibentuk. Sebagai planetoid tinggal Ceres, Vesta, Pallas dll.

Peristiwa dahsyat itu menyebabkan leburan logam ringan dan ke-tidak-hadiran biji besi di Bulan, tetapi juga menyebabkan miringnya poros bumi 24027“. Miringnya poros bumi lagi menyebakan ke-4 musim di daerah di luar daerah tropis dan memungkinkan juga kehadiran kehidupan. Juga rotasi bumi yang relatif cepat, hampir 30 km per tetik. dengan ini bisa diterangkan dan beberapa hal lain juga.

Karena peristiwa dahsyat itu, Bulan seluruhnya lebih lama panas. Dan karena di bulan atmosfir tidak dibentuk, maka benda-benda dari angkasa (meteor dan meteriorid yang tetap berjatuhan) telah sangat kuat melukai permukaan bulan, sehingga pemukaannya nampak penuh dengan lautan lahar dingin, seperti kita bisa melihat dari bumi. (Bumi dilindungi oleh atmosfir dari kejatuhan meteor setiap waktu).

Ketika manusia muncul di bumi, bulan masih hanya setengah jauh jaraknya dari bumi. Tetapi karena daya tariknya (gravitasinya) menyebabkan pasang - surut lautan di bumi, justru energi itu mempengaruhi Bulan sedemikian rupa, bahwa setiap tahun bulan menjauh 4 cm.

Teori tentang Theia mudah menjawab hampir semua pertanyaan tentang kejadian bulan. Hampir! Masih ada beberapa pertanyaan kecil. Untuk dapat penjelasan terakhir, NASA sudah mengirim dua pesawat tak berawak untuk mengilingi bulan demi memeriksa medan gravitasinya. Dan untuk tahun 2020 ini direncanakan kunjungan bulan yang kedua. Sekitar 50 ahli menyiapkan misi itu. Semoga sukses.

(Tulisan ini disadur dari beberapa artikel di Kosmos-Himmelsjahr - Majalah Antariksa Jerman)