Namun
pada kenyataannya betapa sering manusia menghina dan menghujat orang lain. Memang
selalu ada alasan untuk merendahkan atau menghujat orang lain: mulai dari tutur
kata yang tidak sopan, ketidakpatuhan pada aturan atau ketidakpedulian terhadap
lingkungan sekitar atau perbuatan lain yang dianggap sebagai penyimpangan dari
norma sosial, agama dan budaya yang dianut oleh suatu masyarakat. Memang diakui
bahwa semua hal yang baru saja disebut adalah sesuatu yang tidak pantas
dilakukan dan diharapkan jauh dari peradaban mansia. Namun bukan berarti dengan
demikian serta-merta kita mendapat tiket gratis untuk merendahkan, menghina
atau menyakiti hati mereka.
Puluhan
tahun yang lalu penyanyi kondang Ebiet G. Ade mengajak orang untuk bercermin
dan introspeksi diri dengan lirik lagunya “tengoklah ke dalam sebelum bicara,
singkirkan debu yang masih melekat”. Potongan lirik itu sungguh sebuah ajakan
kepada manusia agar lebih banyak memperbaiki diri sendiri daripada berusaha
memperbaiki orang lain. Memang semut di seberang lautan lebih tampak sementara
gajah di pelupuk mata tersembunyi.
Demikianpun
di zaman Yesus ketika seorang perempuan sundal tertangkap dan dibawa ke hadapannya
untuk dirajam. Rajam adalah salah satu hukuman mati bagi orang Yahudi dengan
cara dilempari dengan batu sampai yang bersangkutan mati. Namun sebelum dihukum
mati orang Yahudi bertanya kepada Yesus bagaimana pendapat-Nya. Dengan
kebijaksanaan-Nya Yesus mengatakan kepada mereka agar siapa pun di antara
mereka yang tidak memiliki dosa hendaklah ia menjadi orang pertama yang
melempari perempuan sundal itu dengan batu. Apa yang terjadi? Seorang pun tidak
ada yang melempari perempuan itu dengan batu, malah satu per satu dari orang
yang sudah berkumpul, mulai dari yang tertua, pergi meninggalkan perempuan itu.
Berarti artinya Yesus membuka tabir yang menutup mata dan hati mereka agar
mereka dapat melihat bahwa mereka juga sebenarnya bersundal, hanya saja dengan
cara dan bentuk yang lain. Bisa jadi itu melakukan korupsi, memeras orang-orang
kecil, mengambil hak orang lain, tidak menghormati dan merawat orangtua, mencuri,
merampok dan sebagainya. Makanya tidak ada satupun yang melempari perempuan
sundal itu, karena semua berdosa.
Lalu
apakah dengan demikian kita menjadi bebas melakukan kesalahan karena toh kita
ini lemah dan tidak sempurna? Tidak juga demikian! Setiap manusia harus selalu
berusaha memperbaiki dirinya agar selalu berkenan di hadapan Dia yang telah
mencipatakan bumi dan segala isinya. Setiap kali jatuh dalam dosa dan
kesalahan, setiap kali itu juga manusia harus bangkit dan menata kembali
hidupnya. Yang mau dikatakan di sini adalah menyadarkan dan mengajak kita semua
agar lebih berusaha memperbaiki diri kita sendiri daripada berusaha memperbaiki
orang lain.
Sejalan dengan itu sebuah tulisan di makam seorang uskup Anglikan di The Collegiate Church of Saint Peter, Wesminster, yang lebih dikenal dengan Westminster Abbey – London. Untuk diketahui Gereja ini adalah tempat tradisional penobatan raja dan ratu Inggris dan juga pemakaman mereka dan tempat ini juga ditetapkan sebagai situs Warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1987, bersama dengan Istana Westminster dan Gereja Saint Margaret's. Di batu nisan makam itu tertulis sebuah cerita tentang seorang pria yang ingin mengubah dunia. Tulisan itu sebagai sebagai berikut:
"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.
Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.
Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."
Kisah ini sekali lagi ingin menyadarkan
kita untuk tidak lebih ingin memperbaiki apa yang kurang terhadap orang lain
dan dunia sekitar kita dan merasa kita sudah sempurna dan tidak perlu untuk
diperbaiki. So … jika anda ingin menghina atau menghujat
orang lain atau hendak merendahkan mereka karena kesalahan atau kekurangan yang
mereka lakukan, tolong pastikan bahwa anda sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini