![]() |
Sumber Foto: ©Musei Vaticani- VaticanNews |
Kata
"Paskah" sendiri berasal dari bahasa Ibrani "Pesach" yang
berarti "melewati" atau "lolos". Istilah ini merujuk pada
peristiwa yang diceriterakan dalam Kitab Keluaran ketika malaikat Tuhan
"melewati" rumah-rumah umat Israel yang telah menandai pintu mereka
dengan darah anak domba (Kel 12:13), menyelamatkan mereka dari tulah terakhir
di Mesir, yakni kematian seluruh anak sulung Mesir (Kel 11:1 – 12:36). Kemudian
dalam bahasa Yunani, istilah ini diterjemahkan sebagai "Pascha", yang
kemudian diadopsi dalam bahasa Latin dan berbagai bahasa modern lainnya, seperti
dalam bahasa Indonesia menjadi Paskah.
Pada
awalnya hari raya Paskah merupakan perayaan Yahudi yang menandai pembebasan
bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Tetapi dalam kemudian dalam
bingkai ajaran Kristiani, Paskah mendapatkan makna baru melalui kehidupan,
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut para penginjil, Yesus
disalibkan pada saat menjelang Paskah Yahudi, dan bangkit pada hari ketiga.
Oleh karena itu peristiwa kebangkitan Kristus dimaknai sebagai penggenapan inti
terdalam dari Paskah: pembebasan manusia dari dosa dan kematian menuju
kehidupan kekal (bdk. 1Kor 5:7-8).
Sejak
abad ke-2, komunitas Kristen awal telah merayakan kebangkitan Kristus secara
khusus, meskipun waktu dan bentuk perayaannya masih bervariasi. Baru pada Konsili
Nicea I pada tahun 325 M menetapkan bahwa Hari Raya Paskah dirayakan pada hari
Minggu pertama setelah bulan purnama pertama pada atau setelah ekuinoks musim
semi. (Sekedar pengingat: Ekuinoks adalah fenomena astronomi di mana matahari
melintasi garis khatulistiwa, mengakibatkan siang dan malam memiliki durasi
yang kurang lebih sama di seluruh dunia. Fenomena ini terjadi dua kali dalam
setahun, sekitar 21 Maret dan 23 September. Ekuinoks menandai awal musim semi
di belahan bumi utara dan awal musim gugur di belahan bumi selatan, dan
sebaliknya.)
Dalam
ajaran Gereja Katolik, Paskah memiliki makna yang sangat mendalam karena
berkaitan langsung dengan inti keselamatan. Katekismus Gereja Katolik (KGK 638)
menegaskan bahwa kebangkitan Yesus adalah puncak iman Kristen:
"Kebangkitan Kristus adalah kebenaran puncak iman kita dalam Kristus, yang
dipercayai dan dihayati oleh komunitas Kristen pertama."
Kebangkitan
menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh Allah, dan bahwa penderitaan serta
kematian-Nya bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan hanya sebuah jalan
menuju hidup yang baru. Oleh karenanya melalui Paskah, umat beriman diajak
untuk mengalami misteri Paskah terlebih secara pribadi, yakni mati terhadap
dosa dan bangkit dalam kehidupan yang baru bersama Kristus (Rm 6:4). Paskah
tidak hanya menegaskan kuasa Allah atas maut, tetapi juga mengundang setiap
orang untuk masuk dalam pertobatan dan pembaruan hidup.
Secara liturgi Hari Raya Paskah dalam dirayakan dalam Triduum Paskah, yang mencakup Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan berpuncak pada Malam Paskah serta Hari Raya Paskah. Triduum ini adalah inti dari seluruh tahun liturgi:
- Kamis Putih mengenang Perjamuan Terakhir dan institusi Ekaristi.
- Jumat Agung adalah peringatan sengsara dan wafat Kristus.
- Sabtu Suci adalah hari hening, penuh penantian.
- Malam Paskah dirayakan dengan liturgi cahaya, liturgi sabda, liturgi baptisan, dan liturgi Ekaristi, yang merupakan perayaan penuh sukacita atas kemenangan Kristus atas maut.
Tentu
perayaan ini tidak hanya bersifat seremonial belaka, namun juga mistagogis,
yakni membawa umat untuk masuk lebih dalam ke dalam misteri iman. Liturgi
Paskah adalah bentuk nyata pewartaan dan perayaan misteri keselamatan yang
dirasakan secara komunal.
Akhirnya harus dikatakan bahwa Paskah bukanlah sekadar kenangan atas peristiwa lampau, tetapi aktualisasi karya keselamatan dalam hidup sehari-hari umat beriman Kristiani. Kebangkitan Kristus menjadi sumber harapan yang tak tergoyahkan di tengah penderitaan, krisis, dan realitas kematian. Santo Paulus menegaskan, "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga iman kamu" (1Kor 15:14). Maka Paskah mengajak umat beriman untuk:
- Hidup dalam pertobatan dan pembaruan batin, meninggalkan dosa demi hidup suci.
- Menjadi saksi kebangkitan dengan menyebarkan kasih, damai, dan sukacita dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
- Menghidupi spiritualitas pengharapan, bahwa kehidupan tidak berakhir dalam penderitaan atau kematian, melainkan terbuka menuju hidup kekal.
- Paskah juga menjadi momentum pembaruan janji baptis, simbolisasi bahwa setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus, menjadi manusia baru.
Semoga
Tuhan menolong kita semua. Amin
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini