HARI RAYA PASKAH

Sumber Foto: ©Musei Vaticani- VaticanNews
Hari Raya Paskah merupakan perayaan terpenting dalam tradisi Kekristenan, khususnya dalam Gereja Katolik. Hari raya Paskah adalah hari Raya Kebangkitan Tuhan. Paskah adalah “Pesta dari segala pesta”, “Hari Raya dari segala hari raya”, dan “Minggu Agung” (lih. CE, No. 371; KGK, No. 1169). Hari ini sudah dihitung sebagai Hari Minggu Paskah I, awal Masa Paskah yang akan berakhir pada Hari Raya Pentakosta, 50 hari kemudian. Namun demikian, masa Trihari Suci Paskah sendiri baru berakhir setelah Ibadat Sore II hari Minggu itu. Hari Raya ini tidak hanya menjadi puncak tahun liturgi, tetapi juga inti dari seluruh iman Kristiani. Melalui Paskah, umat merayakan kebangkitan Kristus dari kematian, sebagai kemenangan atas maut.

Kata "Paskah" sendiri berasal dari bahasa Ibrani "Pesach" yang berarti "melewati" atau "lolos". Istilah ini merujuk pada peristiwa yang diceriterakan dalam Kitab Keluaran ketika malaikat Tuhan "melewati" rumah-rumah umat Israel yang telah menandai pintu mereka dengan darah anak domba (Kel 12:13), menyelamatkan mereka dari tulah terakhir di Mesir, yakni kematian seluruh anak sulung Mesir (Kel 11:1 – 12:36). Kemudian dalam bahasa Yunani, istilah ini diterjemahkan sebagai "Pascha", yang kemudian diadopsi dalam bahasa Latin dan berbagai bahasa modern lainnya, seperti dalam bahasa Indonesia menjadi Paskah.

Pada awalnya hari raya Paskah merupakan perayaan Yahudi yang menandai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Tetapi dalam kemudian dalam bingkai ajaran Kristiani, Paskah mendapatkan makna baru melalui kehidupan, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut para penginjil, Yesus disalibkan pada saat menjelang Paskah Yahudi, dan bangkit pada hari ketiga. Oleh karena itu peristiwa kebangkitan Kristus dimaknai sebagai penggenapan inti terdalam dari Paskah: pembebasan manusia dari dosa dan kematian menuju kehidupan kekal (bdk. 1Kor 5:7-8).

Sejak abad ke-2, komunitas Kristen awal telah merayakan kebangkitan Kristus secara khusus, meskipun waktu dan bentuk perayaannya masih bervariasi. Baru pada Konsili Nicea I pada tahun 325 M menetapkan bahwa Hari Raya Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama pada atau setelah ekuinoks musim semi. (Sekedar pengingat: Ekuinoks adalah fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa, mengakibatkan siang dan malam memiliki durasi yang kurang lebih sama di seluruh dunia. Fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun, sekitar 21 Maret dan 23 September. Ekuinoks menandai awal musim semi di belahan bumi utara dan awal musim gugur di belahan bumi selatan, dan sebaliknya.)

Dalam ajaran Gereja Katolik, Paskah memiliki makna yang sangat mendalam karena berkaitan langsung dengan inti keselamatan. Katekismus Gereja Katolik (KGK 638) menegaskan bahwa kebangkitan Yesus adalah puncak iman Kristen: "Kebangkitan Kristus adalah kebenaran puncak iman kita dalam Kristus, yang dipercayai dan dihayati oleh komunitas Kristen pertama."

Kebangkitan menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh Allah, dan bahwa penderitaan serta kematian-Nya bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan hanya sebuah jalan menuju hidup yang baru. Oleh karenanya melalui Paskah, umat beriman diajak untuk mengalami misteri Paskah terlebih secara pribadi, yakni mati terhadap dosa dan bangkit dalam kehidupan yang baru bersama Kristus (Rm 6:4). Paskah tidak hanya menegaskan kuasa Allah atas maut, tetapi juga mengundang setiap orang untuk masuk dalam pertobatan dan pembaruan hidup.

Secara liturgi Hari Raya Paskah dalam dirayakan dalam Triduum Paskah, yang mencakup Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan berpuncak pada Malam Paskah serta Hari Raya Paskah. Triduum ini adalah inti dari seluruh tahun liturgi:

  • Kamis Putih mengenang Perjamuan Terakhir dan institusi Ekaristi.
  • Jumat Agung adalah peringatan sengsara dan wafat Kristus.
  • Sabtu Suci adalah hari hening, penuh penantian.
  • Malam Paskah dirayakan dengan liturgi cahaya, liturgi sabda, liturgi baptisan, dan liturgi Ekaristi, yang merupakan perayaan penuh sukacita atas kemenangan Kristus atas maut.

Tentu perayaan ini tidak hanya bersifat seremonial belaka, namun juga mistagogis, yakni membawa umat untuk masuk lebih dalam ke dalam misteri iman. Liturgi Paskah adalah bentuk nyata pewartaan dan perayaan misteri keselamatan yang dirasakan secara komunal.

Akhirnya  harus dikatakan bahwa Paskah bukanlah sekadar kenangan atas peristiwa lampau, tetapi aktualisasi karya keselamatan dalam hidup sehari-hari umat beriman Kristiani. Kebangkitan Kristus menjadi sumber harapan yang tak tergoyahkan di tengah penderitaan, krisis, dan realitas kematian. Santo Paulus menegaskan, "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga iman kamu" (1Kor 15:14). Maka Paskah mengajak umat beriman untuk:

  • Hidup dalam pertobatan dan pembaruan batin, meninggalkan dosa demi hidup suci.
  • Menjadi saksi kebangkitan dengan menyebarkan kasih, damai, dan sukacita dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
  • Menghidupi spiritualitas pengharapan, bahwa kehidupan tidak berakhir dalam penderitaan atau kematian, melainkan terbuka menuju hidup kekal.
  • Paskah juga menjadi momentum pembaruan janji baptis, simbolisasi bahwa setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus, menjadi manusia baru.

Semoga Tuhan menolong kita semua. Amin

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini