SIKAP BERDIRI (TPE 2020)

 Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan, selamat hari Minggu. Kita akan bertemu kembali dalam sesi katekese liturgi. Minggu lalu sudah berbicara tentang tanda salib, momen-momen tertentu kita membuat tanda salib, kali ini kita berbicara tentang sikap berdiri.

Mungkin ada yang bertanya apa pentingnya keseragaman sikap-sikap ini dalam liturgi kita. Dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) nomor 42 dikatakan: “Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Kudus. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula”. Dan hal tersebut juga sesuai dengan Konsitusi Liturgi Nomor 30. Kiranya dengan demikian kita bisa memahami betapa pentingnya keseragaman sikap selama perayaan liturgi.

Berdiri pada umumnya dianggap sebagai ungkapan rasa hormat. Misalnya ketika Presiden atau pejabat memasuki ruangan semua yang hadir diminta berdiri atau ketika bersalaman dengan orangtua atau yang dituakan, dan masih banyak contoh lain. Namun dalam perayaan ekaristi berdiri bukan saja sebagai tanda hormat namun juga merupakan tanda Syukur dan Pujian dan bahkan permohonan.

Dalam perayaan Ekaristi sikap berdiri dilakukan dalam beberapa momen berikut ini:

  1. Ketika imam dan para pelayan liturgi berarak menuju ruang altar. Sikap ini menunjukkan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir di tengah-tengah umat. Dari awal sampai dengan doa kolekta (pembuka) kita mengambil sikap berdiri.
  2. Pada saat pemakluman Injil, sebagai tanda hormat kepada Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan hendak memaklumkan sabda-Nya.
  3. Pada waktu mengucapkan Syahadat (Aku Percaya) untuk membaharui pengakuan iman sebagai tanda kesediaan menjadi saksi iman.
  4. Ketika menyampaikan doa umat, sebagai tanda hormat kepada Allah yang setia mendengarkan dan mengabulkan doa-doa umat-Nya.
  5. Pada saat memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga Kudus, sebagai tanda hormat dan syukur kepada Allah.
  6. Pada waktu mengucapkan atau menyanyikan Bapa Kami sebagai tanda pujian dan permohonan.
  7. Ketika Imam mengucapkan doa sesudah komuni, sebagai tanda syukur.

Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar atau pertanyaan Anda disini