Saudara-saudari terkasih
dalam Kristus, salah satu gerakan liturgis yang sering kita lihat namun mungkin belum
kita pahami maknanya secara mendalam, yaitu “Imam mencium altar.”
Setelah prosesi masuk
dan sesudah imam serta para pelayan liturgi sampai di altar, imam mencium altar
dengan penuh hormat. Kali ini kita hendak melihat makna dari gerak liturgis
ini.
Gereja, dalam Pedoman
Umum Misale Romawi (PUMR) No. 49 menyatakan: "Ketika telah sampai di
altar, imam bersama dengan para pelayan membungkuk hormat kepada altar, sebagai
tanda penghormatan kepada Kristus; setelah itu, sebagai tanda penghormatan,
imam mencium altar..."
Demikian juga dalam
Katekismus Gereja Katolik (KGK), altar dijelaskan sebagai: “Kristus sendiri
hadir dalam altar sebagai Imam dan kurban persembahan” (KGK 1383).
Dengan demikian, ketika
imam mencium altar, Imam sebenarnya mencium Kristus sendiri, yang hadir secara
simbolik dan nyata melalui altar, tempat kurban Ekaristi akan dipersembahkan.
Ada tiga makna utama
dari tindakan mencium altar:
- Penghormatan
kepada Kristus. Altar adalah lambang Kristus sendiri, Sang Batu Penjuru (lih. 1
Kor 10:4). Dengan menciumnya, imam menyatakan kasih dan hormat kepada Tuhan
yang akan segera hadir dalam Ekaristi.
- Penghormatan
terhadap para martir atau santo-santa. Dalam tradisi kuno Gereja, altar dibangun di atas makam para martir. Hingga kini, dalam setiap altar tetap
diletakkan relikui santo-santa. Maka, ciuman imam juga merupakan penghormatan
kepada para kudus yang telah menyerahkan hidupnya demi Kristus.
- Ungkapan
kasih dan kesatuan. Ciuman adalah tanda kasih. Imam mencium altar sebagai
lambang kasihnya kepada Allah dan kepada umat yang akan dia layani dalam
perayaan kudus ini.
Walaupun hanya imam yang
melakukan tindakan ini, kita sebagai umat beriman diajak untuk ikut masuk dalam
makna spiritualnya. Maka kita semua tanpa terkecuali untuk:
- menghormati
altar sebagai tempat kudus, bukan sebagai benda biasa (dengan tidak ribut di
sekitar altar, membelakangi altar demi foto, video dan konten FB Pro)
- menyadari
bahwa Perayaan Ekaristi adalah perjumpaan penuh kasih dengan Kristus yang hidup
- meneladani
para martir dan kudus yang hidupnya dipersembahkan bagi Tuhan.
Maka, ketika nanti kita
melihat imam mencium altar, marilah kita mengangkat hati kita dalam doa dan
berkata bisa mengatakan dalam hati: “Tuhan, Engkaulah altar hidupku. Aku
mempersembahkan seluruh hidupku kepada-Mu.”
Semoga Perayaan Ekaristi
yang kita ikuti membawa kita pada pengalaman iman yang lebih hidup dan
menyentuh.
Terima kasih. Tuhan
memberkati.