... di antara mereka ...

Mereka tidak perlu engkau ajari dengan ilmu yang engkau miliki, tetapi dampingilah mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Walking together

Takdir menuntun kita ke jalan berliku dan membawa kita ke tempat yang asing. Yang perlu kau lakukan adalah mengenalinya. Zaman kompetisi sudah berlalu, kini eranya kolaborasi

Poker Face

Jangan pernah memberikan kepuasan kepada orang lain dengan membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka telah berhasil melukai anda!

Long life Education

Nemo dat quod non habet - Tidak ada seorang pun dapat memberikan apa yang ia sendiri tidak miliki. So ... belajarlah sampai akhir!

Two in One

Dialog dan komunikasi yang baik akan membawa kita pada sebuah tujuan yang dicitakan.

Family is the core of life

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Pergilah sejauh mungkin, namun pulanglah untuk keluarga!

The most wonderful and greatest gift

Anak-anakmu adalah anugerah terindah dan terbesar dalam hidupmu, tetapi mereka bukanlah milikmu!

The nice of brotherhood

Saudaramu adalah orang selalu siap melindungimu, meskipun baru saja engkau ingin memakannya. Satu alasan: karena engkaulah saudaranya.

Happiness is Simple

Bahagia itu sederhana: Pergilah bersamanya, nikmati alam dan pulanglah dalam sukacita!

Sendiri itu perlu

Sesekali ambil waktumu untuk diri sendiri: lihatlah ke kedalaman dan engkau tahu betapa banyak keburukanmu!

Sikap Terbaik terhadap Penilaian dari Pihak Lain

Memberi dan menerima penilaian dari pihak lain sudah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan kita setiap hari. Hal itu terjadi antara guru dan siswa, atasan dengan bawahan dan bisa juga sebaliknya. Dan penilaian itu, sebaik-baiknya dilakukan, tetap saja tidak dapat dilepaskan dari subjektifitas yang melakukan penilaian. Bahkan dalam dunia modern ini penilaian seringkali disampaikan hanya dalam bentuk symbol seperti biasa kita lihat dalam berbagai aplikasi android, seperti gojek, rumah belajar, telkomsel dan sebagainya. Cukup dengan nenekan symbol bintang dan menuliskan komentar pada tempat tersedia akan mempengaruhi hidup-matinya aplikasi atau orang tertentu.

Ambil contoh aplikasi bukalapak ketika pemiliknya mencampuri urusan politik dan seperti menjelek-jelekkan pemerintah, orang-orang yang tidak setuju dengan tindakan tersebut langsung menilai (baca: menghukum) aplikasi bukalapak dengan memberikan ulasan tidak bagus dan memberi bintang satu. Apa akibatnya? Dikabarkan bahwa dengan gerakan memberikan bintang satu pada aplikasinya di google paly store  bukalapak kehilangan banyak penghasilan bahkan di beberapa kota beberapa karyawannya diberhentikan dengan alasan perampingan.

Begitu berpengaruhnya penilaian pihak lain itu terhadap objek yang dinilai. Penilaian yang diberikan bisa membesarkan atau mengecilkan bahkan bisa menghidupkan atau mematikan. Pertanyaannya sekarang bagaimana sikap kita menghadapai penilaian yang diberikan oleh pihak lain? Apakah menerima itu sepenuhnya atau menolaknya, atau menerima setengah dan menolak setengah?

Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita simak sebuah cerita yang sudah banyak ditulis dan beredar di buku dan di media sosial. Dikisahkan di sebuah sekolah seni ada seorang murid bernama Lidya yang belajar melukis dengan sangat rajin. Suatu hari Lidya ingin mengetahui tingkat kemampuan melukisnya. Ia melukis satu lukisan lalu menaruhnya di aula sekolah dengan sebuah catatan kecil di sampingnya, berbunyi “Jika anda menemukan kesalahan dalam lukisan ini silakan lingkari dengan cat hitam.”

Keesokan harinya Lidya melihat lukisannya di aula penuh dengan lingkaran warna hitam. Ia pun kembali belajar dengan giat dan setelah beberapa waktu ia kembali melakukan hal yang sama. Ia menaruh lukisannya dan catatan kecil yang sama. Namun keesokan harinya lagi-lagi ia menemukan banyak lingkaran hitam di atas lukisannya. Ia kemudian menjadi sangat sedih.

Di kelas gurunya melihat bahwa Lidya tampak sedih. Gurunya bertanya, “Lidya, apa yang terjadi? Kamu tampak begitu sedih.” Kemudian Lidya menceritakan semuanya kepada Gurunya. Gurunya kemudian berkata, “Coba kamu buat lagi satu lukisan terbaikmu, namun kali ini ubah catatannya menjadi, “Siapapun yang menemukan kesalahan dalam lukisan ini, silakan memperbaikinya.”

Lidya mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Ia membuat satu lagi lukisan terbaiknya dengan mencurahkan segala teknik dan keterampilan melukis yang telah ia pelajari selama ini. Ia kembali menaruhnya di aula sekolah dan meninggalkan sebuah catatan kecil sesuai dengan yang dikatakan gurunya.

Kesesokan harinya ia menemukan lukisannya utuh seperti sediakala, tidak ada lingkaran hitam atau catatan sedikitpun. Ia merasa senang kemudian mendatangi gurunya dan bertanya, “Guru, sepertinya tidak ada perubahan yang luar biasa dalam lukisan yang saya buat, namun mengapa kali ini tidak ada yang menemukan kesalahan dalam lukisan tersebut?” Sambil tersenyum gurunya menjawab, “Lidya, dengarlah baik-baik. Adalah mudah bagi seseorang untuk menemukan kesalahan orang lain, namun sulit bagi seseorang untuk mengoreksi atau memperbaiki suatu kesalahan.”

Dari kisah itu kita bisa menyimpulkan bahwa apapun yang anda lakukan, seberapa besar usaha yang anda curahkan akan selalu ada komentar negatif. Belum tentu hal itu terjadi karena ada suatu yang buruk dalam usaha atau pekerjaan yang kita lakukan, bisa jadi itu terjadi hanya karena tidak sesuai dengan harapan dan pandangan seseorang. Jika bercermin dari kisah Lidya, kata kuncinya adalah “mencurahkan segala yang dimiliki dan memberikan yang terbaik.” Sesudah melakukan hal itu, jika masih ada komentar negatif dan merendahkan atau mengecewakan, terimalah sebagai suatu pendorong dan penyemangat. Jangan patah arang karena itu. Ingat bahwa penilaian seseorang terhadap kita tidak lepas dari pola pikir, pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya.

Bagaimanapun orang yang selalu mengritik belum tentu dapat memberikan suatu usulan solusi perbaikan untuk anda. Oleh karena itu jangan sampai anda dihambat oleh kritik dan komentar yang negatif dan tidak membangun dalam menggapai tujuan anda. Lakukan saja yang terbaik; bahwa kemudian dinilai amat baik, kurang baik atau buruk itu sudah di luar kendali kita. Tentu tidak semua hal berada dalam kekuasaan kita, bukan? Tetaplah melakukan dan memberi yang terbaik. Tuhan senantiasa menolong.

KEBENARAN TERUKUR DI RODA

  

Lampu sein terus bernyala
lari cepat
menyelinap di antara truk-truk
di antara bus-bus
di antara becak-becak
 
Klakson terus berbunyi
lari zig-zag
pejalan kaki terkejut
pengemis jalanan jatuh pingsan
 
Terus
terus berlari cepat
lampu sein tak henti menyala
kadang kiri kadang kanan
kadang juga keduanya
 
Klakson terus berbunyi
traaak!
kemudian tiba-tiba berhenti
Kau bangun berdiri sempoyongan
menunjuk mukaku dengan sangat kasar:
Kau kan empat roda!

Anehnya
Seragam coklat mendukungmu
Dan roda pun
Jadi ukuran sebuah kebenaran

RASA MALU

Pendahuluan

Rasa malu bukan sesuatu yang salah atau negatif. Bahkan rasa malu sering dilihat sebagai salah satu tanda harga diri. Seseorang dianggap memiliki harga diri apabila masih memiliki rasa malu. Sehingga seseorang akan sangat marah jika dikatai sebagai tidak tahu malu atau tidak memiliki rasa malu. Oleh karena itu juga, ungkapan sökhi aila moroi mate – lebih baik mati daripada malu, sangat dijunjung tinggi sabagai prinsip Ono Niha (Orang Nias).


Perasaan ini umum dan secara alamiah dialami oleh manusia karena adanya kebutuhan dasar akan penerimaan sosial dan perasaan sebagai bagian dari suatu komunitas. Menurut Zimbardo (1997), rasa malu (shyness) merupakan pengalaman biasa. Merasa malu di depan umum karena mencemaskan bagaimana dapat dekat atau bertemu dengan orang lain, atau malu secara pribadi karena memfokuskan padangan terhadap diri sendiri.

Kendati demikian rasa malu bisa juga berdampak negatif jika tidak dapat dikelola dengan baik. Maka tulisan ini bermaksud untuk membuka wawasan kita tentang rasa malu dan bagaimana rasa malu tersebut berpengaruh dalam diri seseorana sebagai individu dan dalam relasinya dengan orang lain, serta bagaimana mengelolanya menjadi sesuatu yang positif.
Rasa malu adalah emosi yang timbul ketika seseorang merasa tidak pantas, tidak memenuhi harapan, atau melanggar norma sosial yang berlaku. Bahkan rasa malu itu bisa muncul dalam diri seseorang ketika orang lain yang memiliki hubungan interpersonal yang erat dengan orang yang melakukan pelanggaran terhadap norma yang ada (Budiarto, 2020).
Menurut para ahli, rasa malu adalah emosi kompleks yang melibatkan interaksi antara faktor psikologis, sosial, dan budaya. Lewis (1971) menggambarkan rasa malu sebagai perasaan ketidaknyamanan yang muncul ketika individu merasa mereka melanggar norma-norma sosial atau tidak memenuhi harapan yang ditetapkan oleh lingkungan sekitar. Tangney dan Dearing (2002) mendefinisikan rasa malu sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri yang muncul ketika individu merasa mengecewakan diri sendiri atau merusak citra positif mereka di hadapan orang lain. Fessler (2004) menyatakan bahwa rasa malu adalah respons emosional yang timbul ketika individu menyadari adanya tindakan atau kegagalan yang merendahkan diri mereka di hadapan orang lain.
Meskipun setiap ahli mendefenisikan rasa malu dari perspektif tertentu, namun mereka sepakat bahwa rasa malu melibatkan perasaan negatif terhadap diri sendiri, perasaan rendah diri, atau kesadaran terhadap pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Rasa malu juga dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku individu, baik secara positif maupun negatif, tergantung pada konteks dan cara individu mengelola emosi tersebut.

Dampak positif rasa malu

Kendatipun terasa tidak nyaman, rasa malu memainkan peran positif dalam perkembangan individu dalam beberapa cara. Pertama, rasa malu dapat mengajarkan individu tentang aturan-aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat, sehingga mendorong seseorang memodifikasi perilakunya agar mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Muttaqin, 2019). Rasa malu ini dapat memicu refleksi diri dan kesadaran akan norma-norma yang diharapkan dalam interaksi sosial.

Kedua, dapat membantu membangun empati terhadap orang lain. Ketika seseorang merasa malu karena tindakan mereka, mereka dapat memahami bagaimana tindakan tersebut dapat mempengaruhi perasaan atau martabat orang lain. Ini dapat membantu individu untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain dan menjadi lebih berempati dalam interaksi sosial.

Ketiga, dapat mendorong individu untuk melakukan perbaikan diri dan bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukannya, dan itu terdorong seseorang untuk mengubah dan memperbaiki perilakunya di masa depan.

Dampak negatif rasa malu yang berlebihan

Dari berbagai sumber yang dibaca oleh penulis, ada beberapa dampak rasa malu yang berlebihan atau yang tidak dikelola dengan baik, yang secara signifikan mempengarugi pertumbuhan dan perkembangan individu:

  1. Rasa malu yang berlebihan dapat berkontribusi pada pengembangan kecemasan sosial atau fobia sosial; cenderung merasa rendah diri, tidak berharga, dan menutup komunikasi dengan pihak lain, sehingga dapat menghambat perkembangan kepribadian seseorang (Rakhmat, 2005)
  2. Dapat menghasilkan pandangan negatif tentang diri sendiri dan menghambat perkembangan potensi dan pencapaian individu.
  3. Dapat mendorong individu untuk menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin merasa takut atau malu untuk berada di depan orang lain atau mengungkapkan diri mereka dengan bebas.
  4. Dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan.
  5. Rasa malu yang berlebihan dapat menghalangi individu untuk mengambil risiko, mengatasi rintangan, atau mencapai potensi mereka secara optimal.

Oleh karena itu, untuk menghindari diri dari rasa malu yang berlebihan, seseorang dapat mencari dukungan profesional dari psikolog atau terapis untuk mengatasi dampak negatif rasa malu yang berlebihan dan mengembangkan strategi pengelolaan yang sehat. Dengan dukungan yang tepat, individu dapat belajar menghadapi dan mengelola rasa malu dengan cara yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang positif.

Rasa malu di era digital

Perkembangan teknologi dan media sosial telah memiliki dampak yang signifikan terhadap cara kita mengalami rasa malu. Berikut adalah beberapa cara di mana tuntutan untuk terlihat sempurna dan eksposur yang luas dapat memperkuat rasa malu pada individu:

  1. Pemfilteran dan Pencitraan Diri. Media sosial sering kali menampilkan citra yang disunting dan diatur dengan sempurna. Orang sering memilih untuk membagikan momen terbaik dan paling menarik dari hidup mereka, menciptakan kesan bahwa kehidupan mereka selalu sempurna dan tanpa cela. Dalam hal ini, individu dapat merasa malu dan merasa tidak memadai ketika mereka membandingkan hidup mereka dengan citra yang dibangun oleh orang lain, sehingga memunculkan ketidakpuasan pada kemampuan untuk menyesuaikan diri yang pada akhirnya membuat seseorang mengembangkan sikap untuk menolak diri sendiri (Sumartani dkk., 2016).
  2. Tuntutan untuk Menampilkan Kebahagiaan. Media sosial juga dapat menciptakan tekanan untuk menampilkan kebahagiaan dan keberhasilan yang konstan. Individu merasa perlu untuk selalu memperlihatkan bahwa mereka memiliki kehidupan yang menyenangkan, sukses, dan bebas dari masalah. Ketika seseorang mengalami kesulitan atau rasa malu, mereka mungkin merasa terbebani untuk menyembunyikan atau menyamarkannya.
  3. Ekspos yang Luas dan Komentar Negatif. Media sosial memungkinkan informasi dan gambaran diri untuk tersebar secara luas. Ketika seseorang mengalami kegagalan, blunder, atau situasi memalukan, informasi tersebut dapat dengan cepat menyebar dan mencapai audiens yang luas.
  4. Cyberbullying dan Penghakiman Online. Media sosial juga membuka pintu bagi perilaku penghakiman dan cyberbullying. Individu dapat mengalami rasa malu yang mendalam akibat komentar negatif, penghinaan, atau penghakiman yang didapatkan dari orang lain secara online. Perasaan malu ini dapat menjadi intens dan berkepanjangan, dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental dan kepercayaan diri individu.
  5. Ketergantungan dan Kehilangan Privasi. Penggunaan media sosial dapat menyebabkan ketergantungan dan kehilangan privasi. Individu mungkin merasa terikat pada respons dan ekspektasi online, yang dapat meningkatkan tuntutan untuk mempertahankan citra yang sempurna. Kehilangan privasi pribadi dalam era digital juga dapat meningkatkan kekhawatiran dan rasa malu terkait dengan pengungkapan pribadi yang tidak diinginkan atau penggunaan data yang tidak aman.

Mengelola rasa malu


Berikut adalah beberapa tips dan strategi yang dapat membantu mengelola rasa malu dengan baik, mengubah perspektif terhadap rasa malu, mengembangkan rasa pengampunan pada diri sendiri, dan memperbaiki kepercayaan diri:

  1. Menerima dan mengakui emosi rasa malu yang muncul. Jangan menekan atau menyangkal perasaan tersebut. Berikan diri sendiri izin untuk merasakannya dan mengakui bahwa rasa malu adalah respons alami terhadap pelanggaran norma sosial.
  2. Cobalah untuk mengubah perspektif terhadap rasa malu dengan melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Lihatlah rasa malu sebagai tanda bahwa Anda peduli dengan norma sosial dan ingin menjadi individu yang lebih baik. Alihkan fokus dari kesalahan yang telah dilakukan ke upaya perbaikan yang dapat dilakukan di masa depan.
  3. Kembangkan rasa pengampunan pada diri sendiri (Self-Compassion). Sadarilah bahwa semua orang melakukan kesalahan dan mengalami rasa malu pada saat-saat tertentu. Berikan diri sendiri dukungan dan pengertian yang sama yang Anda berikan kepada teman atau orang lain yang mengalami rasa malu. Ingatlah bahwa Anda manusia yang berharga dan layak untuk menerima pengampunan.
  4. Tingkatkan pengenalan diri, melalui refleksi diri yang mendalam. Identifikasi akar penyebab rasa malu yang berlebihan dan kenali pola pikir negatif yang mungkin memperkuat rasa malu tersebut, sehingga Anda dapat mengidentifikasi pemikiran atau keyakinan yang tidak konstruktif dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih positif dan realistis.
  5. Lakukan pembenaran diri yang positif. Fokus pada pencapaian, kelebihan, dan kualitas positif yang dimiliki. Ingatkan diri sendiri tentang nilai-nilai, bakat, atau sifat positif yang Anda miliki, sehingga membantu memperkuat kepercayaan diri.
  6. Latihan menghadapi ketakutan. Langkah demi langkah, tantang diri sendiri untuk menghadapi situasi atau interaksi sosial yang memicu rasa malu. Mulailah dengan langkah kecil dan tingkatkan secara bertahap. Dengan menghadapi ketakutan secara teratur, Anda dapat memperluas zona nyaman Anda dan membangun kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang menantang.
  7. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat. Berbagi perasaan dan pengalaman dengan orang yang dipercaya dapat memberikan pemahaman, dukungan, dan perspektif baru yang membantu mengelola rasa malu dengan lebih baik.

Perlu diingat bahwa mengelola rasa malu adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan waktu. Jangan terlalu keras pada diri sendiri jika ada kemunduran atau kesalahan dalam perjalanan ini. Jadilah sabar dan berkomitmen untuk terus berkembang dan memperkuat diri Anda. Jika rasa malu yang berlebihan terus mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental ang dapat memberikan dukungan dan panduan yang sesuai.

 

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Yohanes, dkk. (2020). Rasa Malu Relasional: Kritik terhadap Konstruksi Rasa Malu Psikologi Barat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Fessler, D. M. T. (2004). Shame in two cultures: Implications for evolutionary approaches. Journal of Cognition and Culture, 4(2), 207-262. doi: 10.1163/1568537041725097

Muttaqin, F.A., dkk. (2019). Budaya Hukum Malu Sebagai Nilai Vital Terwujudnya Kesadaran Hukum Masyarakat. Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies, https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/syakhsiyyah/article/view/2026. doi:https://doi.org/10.21154/syakhsiyyah.v1i2.2026.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Rosdakarya
Sumartani, D. M., dkk (2016). Dinamika rasa malu paada remaja pubertas. Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(2), 50-61.

Zimbardo, P. (1997). Psychological Theories of Shyness. http:/www. cardiff.ac.uk/socsi/shyness/ shypsychology.html

PERANAN ROH KUDUS DALAM GEREJA

Sumber: https://www.facebook.com/Liturgi.dan.Ekaristi.Gereja.Katolik/

Baru saja kemarin seluruh umat Kristen di seluruh dunia merayakan Hari Raya Pentakosta, hari dimana Roh Kudus turun atas para rasul dalam bentuk lida-lidah api. Biasanya di hari Pentakosta dilakukan juga pemberian sakramen krisma yang juga disebut sebagai sakramen penguatan. Pertanyaannya apa yang dikuatkan? Iman akan Allah Tritunggal yang dulu kita imani (melalui pengakuan orangtua kita) ketika kita menerima pembaptisan waktu bayi atau anak-anak.

Kisah turunnya Roh Kudus atas para rasul diceriterakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul bab 2. Pada hari Pentakosta, setelah Yesus naik ke surga, para murid yang berkumpul di Yerusalem mengalami pengalaman yang luar biasa. Roh Kudus turun atas mereka dalam bentuk lidah api, dan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus. Mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda, sehingga setiap orang yang hadir dari berbagai bangsa mendengar mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri.

Peristiwa Pentakosta dianggap sebagai titik awal pembentukan Gereja. Sejak saat itu Kudus memberikan kekuatan dan pengarahan kepada para murid untuk menjadi saksi-saksi Kristus di seluruh dunia. Setelah menerima Roh Kudus, para murid menjadi berani dan bersemangat keluar dan memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada orang banyak, dan hasilnya tidak terkira orang yang menjadi percaya dan dibaptis.

Pandangan Gereja Katolik

Pada malam sebelum Yesus bersengsara, Dia berjanji akan memohon kepada Bapa supaya Ia mengutus Roh Kudus untuk meneruskan karya Kristus di dunia. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yoh 14:16-17)

Tugas penyaksian itu langsung sesudah Roh Kudus turun atas para murid pada hari pentakosta ditunaikan oleh para murid, khususnya oleh Petrus. Terhadap mahkamah agung Petrus menekankan kewajiban dan hak penyaksian itu dengan berkata: Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia. (Kis 5:32)

Juga di sidang di Yerusalem para rasul dan para panatua beserta seluruh jemaat di Antiokhia: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini …. (Kis 15:28 dst)

Gereja Katolik meyakini bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa Roh Kudus. Dia menjiwai Gereja, mengaruniai Gereja dengan berbagai jabatan dan karisma, Dia mengerjakan kesatuan Gereja dan mengantar Gereja ke dalam segala kebenaran. Untuk itu rasul Paulus berulangkali memakai gambaran tubuh manusia. Kaum beriman merupakan anggota badan itu, Roh Kuduslah jiwanya atau nafasnya, dan Kristuslah kepalanya. (bdk. 1Kor 12:3-13)

Tetapi seperti berkat kekuasaan Roh Kudus Kristus, Sabda Allah yang kekal mengambil kodrat manusia dari perawan Maria, begitu Roh Kudus memilih orang yang bekerjasama dengan Dia, dan Dia melalui mereka, mengerjakan keselamatan dan kesucian dunia.

Beberapa kutipan dari Liturgi, menunjukkan bahwa Gereja Katolik yakin, tanpa Roh Kudus Gereja tidak bisa bertindak, terlebih yang mempunyai jabatan khusus di dalam Gereja. Di dalam Doa Syukur Agung IV sehubungan dengan perayaan Ekaristi dikatakan:

Roh Kudus yang berasal dari-Mu, ya Bapa,
diutus oleh Kristus sebagai hadiah pertama kepada kami
yang percaya kepada-Nya,
agar kami hidup bukan lagi untuk diri kami sendiri,
melainkan untuk dia yang telah wafat bagi kami dan bangkit kembali.
Maka karya Kristus di dunia ini diteruskan oleh Roh Kudus,
yang menyelesaikan segala kesucian.
Dari sebab itu, kami mohon, ya Tuhan,
semoga Roh Kudus itu pula berkenan menyucikan
persembahan kami ini,
agar menjadi Tubuh dan Darah
Tuhan kami Yesus Kristus ….

Selama mendoakan doa ini, yang disebut epiklese, imam mengulurkan tangannya atas persembahan, tanda penyucian dan kekuatan Roh Kudus. Di dalam doa yang serupa imam di dalam Gereja ortodoks melambaikan/ mengibaskan kain penutup piala di atas persembahan, juga sebagai tanda kedatangan Roh Kudus.

Di dalam salah satu liturgi ekaristi protestan, doa yang serupa berbunyi seperti berikut:

Ya Tuhan, Allah kami, pencipta manusia,
Engkaulah kudus dan kemuliaan-Mu tanpa batas,
atas ekaristi kami utuslah Roh yang menghidupkan,
yang telah berbicara melalui Musa dan para nabi,
yang menaungi perawan Maria dengan rahmat,
yang telah turun atas turun atas Yesus di sungai Yordan
dan atas para rasul pada hari pentakosta.
Semoga pencurahan Roh itu yang menyala-nyala,
mengubah perjamuan syukur ini sedemikian rupa,
bahwa roti ini dan anggur ini menjadi bagi kami
Tubuh dan Darah Kristus. (Liturgi Lima 1982)

Umat menanggapi dengan menyanyikan “Veni Creator Spiritus …” (Datanglah Roh Pencipta). Demikian juga bila seorang imam ditahbiskan, di puncak doa pentahbisan dikatakan oleh uskup:

Maka kami mohon, ya Bapa yang mahakuasa,
berikanlah martabat imamat kepada hamba-Mu ini.
Baharuilah Roh kesucian di dalam hatinya,
supaya jabatan yang sekarang diterimanya dari pada-Mu,
tetap dipegangnya.

Demikian juga pada malam Paska, bila air bapis diberkati menurut kebiasaan dari Gereja kuno, pada puncak doa pemberkatan, lilin paska dicelupkan ke dalam air seraya berkata:

Kami mohon, ya Tuhan,
Semoga dengan perantaraan Putera-Mu
Kekuatan Roh Kudus turun ke dalam bejana ini.
Semoga semua orang
yang dalam air baptis dikuburkan bersama Kristus yang wafat,
dierkenankan pula hidup bersama Kristus yang bangkit ….

Lilin paska yang bernyala merupakan lambang Kristus dan Roh Kudus. Di Gereja Ortodoks semua hadirin mencelupkan lilin mereka ke dalam air, lambang lidah api Roh Kudus menyucikan air baptis Di dalam liturgi Gereja Katolik, makin penting dan meriah upacara makin meriah juga permohonan kedatangan Roh Kudus. Dengan ini nampak bahwa Gereja katolik yakin bahwa Gereja tidak bisa bergerak tanpa “pengganti Kristus” yaitu Roh Kudus.

Tetapi justru karena ada janji Kristus akan memberikan Roh Allah, maka Gereja Katolik juga yakin, bahwa tanda keselamatan (sakramen, pemberkatan dll) sungguh menghasilkan yang dilambangkan dengan tanda itu, dan bahwa jabatan-jabatan Gereja sungguh berkuasa melaksanakan yang diperintahkan kepada mereka oleh Kristus: “Baptislah …; urapilah orang sakit …; lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku; jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni…; barangsiapa mendengarkan kamu, dia mengengarkan Aku….”

Semoga setiap umat beriman senantiasa membuka pintu hati agar Roh Kudus berkarya dan meneruskan karya penyelamatan Yesus Kristus. Tugas Kristus merupakan tugas Gereja; dan tugas Gereja menjadi tugas umat beriman ketika seseorang menerima pembaptisan dengan menjadi imam, nabi dan raja.

LIDAH: TINJAUAN SINGKAT DARI SUDUT PANDANG ANATOMI, SOSIAL BUDAYA DAN AJARAN KRISTIANI

Pendahuluan


Sesungguhnya saya sudah beberapa kali menulis tentang lidah, baik di media sosial maupun di blog ini. Tulisan ini sudah lama tinggal begitu saja dan tidak terselesaikan, namun karena hari ini saya berkesempatan merapikan file di komputer saya dan saya merasa sayang sekali jika tulisan ini tidak diselesaikan.

Setelah membaca ulang secara keseluruhan saya menjadi teringat apa yang menginspirasi saya membuat tulisan ini. Untuk itu, izinkan saya menceritakan secara singkat kepada pembaca yang budiman.

Di tempat saya bekerja ada kebiasaan bahwa sebelum memulai bekerja di pagi hari, seluruh pegawai berkumpul terlebih dahulu untuk berdoa dan mendengarkan bacaan kitab suci. Setelah berdoa dan briefing baru masing-masing menuju posnya untuk bekerja. Pada saat itu bacaan diambil dari Yakobus 3:1-12. Dalam perikope itu rasul Yakobus memberikan nasihat kepada jemaat tentang bagimana menjaga lidah. Demikianlah pada waktu senggang saya menuliskan tulisan yang sekarang sampai kepada pembaca yang budiman.

Lidah dari sudut pandang fisiologi

Lidah manusia adalah salah satu organ tubuh manusia yang tergolong kecil. Walaupun demikian lidah merupakan organ yang menarik dan kompleks, memiliki peran yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Ia merupakan salah satu alat indera yang penting dalam mendalami dan menyelami dunia melalui rasa. Sebagai organ utama dalam pengecapan, lidah memainkan peran yang krusial dalam menentukan rasa makanan dan minuman yang dinikmati manusia.

Dalam perspektif ilmu anatomi dan fisiologi, lidah memiliki struktur dan mekanisme yang kompleks yang memungkinkan kita untuk merasakan dan membedakan berbagai rasa dengan presisi. Lidah adalah otot yang kuat yang terdiri dari jaringan otot rangka. Permukaan atas lidah dilapisi oleh papila yang mengandung kuncup rasa, termasuk rasa manis, asin, pahit, dan asam. Papila-papila ini memungkinkan manusia merasakan dan membedakan rasa makanan yang beragam. Terdapat beberapa jenis papila yang ada, termasuk papila sirkumvalat, papila filiformis, papila foliata, dan papila jamur. Setiap jenis papila memiliki bentuk, ukuran, dan distribusi yang berbeda, yang memungkinkan lidah untuk merasakan rasa dengan cara yang unik.

Pada ujung papila, terdapat kuncup rasa yang sensitif terhadap zat kimia tertentu. Kuncup rasa terdiri dari sel-sel reseptor yang merespons rangsangan kimia dari makanan yang kita konsumsi. Ada empat jenis kuncup rasa utama: kuncup rasa manis, asin, pahit, dan asam. Masing-masing kuncup rasa merespons jenis rasa tertentu dan mengirimkan sinyal ke otak untuk diinterpretasikan sebagai rasa yang kita rasakan.

Selain jenis rasa utama, lidah juga dapat merasakan rasa tambahan seperti rasa umami, yang merupakan rasa kelezatan atau rasa daging yang kaya akan asam amino glutamat. Rasa umami sering ditemukan dalam makanan seperti daging, keju, dan kaldu. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa lidah manusia dapat merasakan rasa lemak, meskipun mekanisme dan kuncup rasa khususnya masih dalam penelitian lebih lanjut. Bahkan meskipun terlihat mirip, faktanya lidah setiap orang berbeda-beda. Lidah bersifat seperti sidik jari, karena dapat digunakan mengidentifikasi identitas seseorang (Budiari, 2023).

Selain sebagai alat indera pengecap, lidah juga berperan dalam memberikan informasi tentang tekstur makanan. Lidah dapat merasakan kekenyalan, kelembutan, atau kerenyahan makanan, yang memberikan dimensi tambahan dalam pengalaman makan kita. Selain itu, lidah juga berperan dalam mengatur produksi air liur, yang membantu dalam proses pencernaan makanan.

Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa pengecapan bukanlah proses yang sepenuhnya terpisah dari pengalaman makan secara keseluruhan. Rasa juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti aroma, suhu, dan tekstur makanan yang berinteraksi dengan lidah kita. Proses pengecapan kompleks ini melibatkan kerja sama antara lidah, hidung, dan otak untuk menghasilkan pengalaman rasa yang kaya dan kompleks.

Dari sudut pandang sosial budaya

Selain berfungsi sebagai alat pengecap makanan, lidah juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam aspek sosial budaya manusia. Dalam banyak budaya di seluruh dunia, lidah memiliki makna simbolis dan digunakan dalam berbagai konteks sosial.

Salah satu aspek sosial budaya yang terkait dengan lidah adalah bahasa dan komunikasi. Lidah merupakan alat utama yang digunakan dalam memproduksi suara untuk berbicara dan berkomunikasi. Setiap bahasa memiliki fonem-fonem unik yang dihasilkan oleh lidah, dan kemampuan untuk mengendalikan lidah dengan baik sangat penting dalam pengucapan yang jelas dan lancar. Lidah juga memainkan peran penting dalam menyampaikan identitas budaya melalui dialek dan aksen khas yang dapat membedakan kelompok etnis atau regional.

Selain itu, lidah juga berperan dalam praktik-praktik keagamaan dan budaya tertentu. Contohnya, dalam beberapa agama seperti Hinduisme, lidah digunakan sebagai simbol pengendalian diri dan kepatuhan terhadap aturan-aturan agama. Dalam beberapa ritual Hinduisme, lidah digunakan untuk menahan bicara sebagai bentuk penyucian diri atau pengorbanan (Darmayasa, 1997). Di sisi lain, dalam budaya tertentu, lidah digunakan sebagai alat untuk menghormati tamu dengan menyajikan makanan atau minuman dengan sopan.

Lidah juga berperan dalam upacara adat dan tarian tradisional. Dalam beberapa budaya, tarian dengan gerakan lidah yang ekspresif menjadi bagian penting dalam pertunjukan seni tradisional. Gerakan lidah yang terkoordinasi dan terampil dapat mengekspresikan emosi atau cerita tertentu, dan menjadi sarana untuk menjaga warisan budaya dan identitas suatu kelompok. Misalnya seperti dalam tulisan Hubari Gulo tentang Tradisi Lisan HohoSiöligö Dalam Upaya Menumbuhkan Semangat Patriotisme, mengatakan bahwa lidah sangat memegang peranan penting dalam penuturan syair hoho, khususnya Hoho Siöligö yang menggunakan teknik vokal yang khas dalam penyajiannya, yaitu “gözö” atau menggetarkan pangkal lidah di daerah tenggorokan (Gulo, 2022).

Lidah mempengaruhi preferensi makanan dan kebiasaan makan di berbagai budaya. Selera dan preferensi makanan dapat bervariasi antarbudaya, dan lidah berperan dalam menangkap rasa dan tekstur makanan. Keterbukaan terhadap rasa dan jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh pengalaman budaya, di mana lidah berperan sebagai filter penting untuk menerima atau menolak makanan baru.

Dalam konteks sosial budaya, lidah juga berperan dalam perayaan dan festival kuliner yang menjadi bagian dari warisan budaya. Festival makanan dan perayaan kuliner menggambarkan kekayaan budaya suatu daerah atau kelompok etnis. Lidah berfungsi sebagai alat untuk mengeksplorasi dan mengapresiasi ragam cita rasa dan keunikan makanan dari berbagai budaya di dunia. Dan hebatnya, itu hanya bisa dilakukan dengan lidah. Maka di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa lidah adalah alat untuk mendalami dan menyelami dunia.

Dari sudut pandang moral dan etika Kristiani

Dalam pandangan Kristiani lidah dianggap sebagai alat yang sagat penting dalam mempengaruhi dan mencerminkan karakter dan sikap seseorang. Ajaran-ajaran Yesus dan prinsip-prinsip moral yang ditemukan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru memberikan petunjuk tentang bagaimana seorang Kristiani seharusnya menggunakan lidah mereka dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Dari sudut pandang etika dan moral kristiani lidah itu dapat dilihat sebagai berikut:

1.  Alat Promosi Kebenaran dan Kejujuran. Dalam ajaran Kristiani sangat ditekankan pentingnya berbicara jujur dan berkata-kata dengan benar. Lidah harus digunakan untuk menyuarakan kebenaran dan tidak untuk menyebarkan kebohongan atau penipuan. Rasul Paulus mengingatkan Jemaat di Efesus 4:25, "Sebab itu, jauhkanlah dari padamu dusta, dan berbicaralah benar seorang kepada yang lain, sebab kita adalah anggota-anggota satu sama lain." Lidah harus digunakan sebagai alat untuk membangun kepercayaan dan keadilan dalam hubungan dengan sesama.

2.  Ukuran Kebijaksanaan. Seorang Kristiniani diharuskan untuk berpikir sebelum berbicara, mempertimbangkan efek dan konsekuensi dari kata-kata yang diucapkan melalui lidah. Kitab Amsal 15:2 menyatakan, "Lidah orang bijaksana menggunakan pengetahuan dengan baik, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan." Lidah yang bijaksana tidak hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga menggunakannya dengan cara yang membangun, penuh pengertian, dan belas kasihan.

3.  Media promosi tentang Kasih dan Pengampunan. Selain untuk promosi kebenaran dan kejujuran lidah juga harus digunakan untuk mewartakan kasih dan pengampunan kepada orang lain. Yesus mengajarkan umat-Nya untuk mencintai sesama seperti diri sendiri dan mengampuni orang yang melakukan perbuatan jahat kepada mereka. Dalam Efesus 4:29, Paulus menekankan, "Jangan ada perkataan yang kotor keluar dari mulutmu, tetapi perkataan yang baik untuk membangun, yang dapat memberi kasih karunia kepada mereka yang mendengarnya." Lidah harus digunakan untuk membangun dan mendorong orang lain untuk berbuat kasih dan pengampunan, dan bukan untuk melukai hati,menyakiti atau menghina orang lain.

4.  Simbol Pengendalian Diri. Dalam ajaran Kristiani pengendalian diri diinttikkan dengan mengendalikan lidah. Dalam surat Yakobus 3:1-12, Yakobus mengingatkan Jemaat tentang kekuatan dan pentingnya mengendalikan lidah. Lidah diibaratkan sebagai api kecil yang dapat menyebabkan kehancuran besar. Yakobus menekankan agar orang-orang menggunakan lidah mereka dengan hati-hati dan tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau memfitnah. Dia mengajak Jemaat Kristiani untuk menggunakan lidah mereka untuk memuji Tuhan dan membangun sesama. Lidah harus dikuasai oleh roh dan bukan oleh emosi negatif seperti kemarahan atau kebencian. Yakobus 1:19 mengingatkan kita, "Setiap orang harus cepat mendengar, lambat berbicara, lambat marah." Pengendalian diri dalam berbicara membantu mencegah kata-kata yang merugikan dan mempromosikan perdamaian dan keharmonisan dalam hubungan antarmanusia.

Penutup

Lidah memiliki peran yang kompleks dan beragam dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dari segi anatomi, lidah adalah organ yang penting dalam fungsi pencernaan dan komunikasi manusia. Secara sosial budaya, lidah mencerminkan identitas, bahasa, dan kebiasaan makan suatu kelompok etnis atau budaya. Dalam konteks moral dan etika Kristiani, lidah menjadi alat yang penting dalam mengungkapkan cinta kasih, menghormati sesama, dan menjaga integritas dalam berbicara. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk menggunakan lidah kita dengan bijaksana, menghindari kebohongan, fitnah, atau ucapan yang merugikan orang lain. Dalam segala hal, baik dari pandangan anatomi, sosial budaya, maupun moral dan etika Kristiani, lidah mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghormati satu sama lain dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Daftar Bacaan

Alkitab Bahasa Indonesia, Lembaga Biblika Indonesia

Budiarti, Indah Slamet. 2023) Indera Pengecap: Lidah. Jakarta: Bumi Aksara

Darmayasa. 1997. Ahimsa Dharma & Vegetarian. Surabaya: Paramita

Gulo, Hubari. 2022. Tradisi Lisan HohoSiöligö Dalam Upaya Menumbuhkan Semangat Patriotisme: Analisis Teks. Jurnal https://talentaconfseries.usu.ac.id/lwsa/article/view/1359/1100 Talenta Piblisher, Universitas Sumatera Utara.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Elsevier

KAMAR DAGANG NURANI

 

Teman
kau tebar senyum dan janji
kau tawarkan berjuta jenis persahabatan
segalanya 'at home'
hingga aku masuk di bilik itu
kamar dagang nurani
 
Kemudian
kau bisa duduk di sofa itu
indah, teman
 
Tapi sofa itu aneh
buat lamunanmu keluar di batas rasio
namun kau rasa wajar
biasa
 
Sekarang
kau menebar senyum lagi
strategi sedikit kau ganti
kalau dulu janji, sekarang 'money'
 
Ah
tak percaya lagi
aku telah diasuh sejarah
didewasakan oleh pengalaman
bahkan aku mau
sejarah mengukir sebuah negeri
berhenti
 
Kalau kau tahu
hendaklah mengerti
kau adalah DEBU!

ATAS NAMA PEMBEBASAN

 

Kubebaskan gelasku
dari hitam pekat kopi
lepaslah dahagaku
kubebaskan piringku
dari berat nasi menghimpitnya
kenyanglah aku
 
Kuburu batas milik janda
dari penjarah
besok aku dapat sebagian
kubiarkan pengembara
singgah di rumahku
sebentar aku dapat bayarannya
 
Kubebaskan saudaraku
dari hawa panas; kutolong dia
kuambil bajunya
kubebaskan ibuku
dari berat badan berlebih
kurobek rahimnya
Dan, … aku terlahir
 
Segalanya berlangsung
atas nama pembebasan dan pertolongan
DEMI AKU

Jadilah Orang Tuli!!!

Diceriterakan pada suatu hari ada sekumpulan katak-katak kecil yang sedang melaksanakan lomba. Tujuannya adalah mencpai puncak sebuah Menara yang amat tinggi. Para penonton berkerumun berkumpul Bersama mengelilingi Menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberikan semangat kepada para peserta lomba.

Perlombaan pun dimulai. Secara jujur tak satupun diantara penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil itu bisa berhasil mencapai puncak menanra. Terdengar ada yang berkata, “Oh, jalannya terlalu susah, Mereka idak akan sampai ke puncak”. Ada juga yang mengatakan, “Tidak ada kesempatan untuk berhasil, menaranya terlalu tinggi!”

Katak-katak kecil itupun satu per satu mulai berjatuhan. Kecuali mereka yang tetap bersemangat menaiki Menara perlahan-lahan semakin tinggi dan semakin tinggi. Penonton terus bersorak, “Terlalu susah!! Tak seekor pun akan berhasil”. Dan kemudian lebih banyak lagi katak yang kelelahan dan akhirnya menyerah. Namun ada satu ekor yang terus merangkak hingga semakin tinggi dan semakin tinggi. Dia tidak mengenal kata menyerah atau kalah.

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki Menara. Kecuali seekor katak kecil yang begitu berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil sampai ke puncak Menara.

Semua katak kecil itu ingin tahu bagaiamana katak itu bisa melakukannya. Seekor peserta bertanya kepadanya bagaimana ia mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan. Ternyata kata yang menjadi pemenang itu tuli.
Apa kiranya yang dapat anda tangkap pesan dari cerita tersebut. Tentu cerita ini adalah cerita rekaan, namun sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Lewat ceritera tadi saya mengajak anda semua untuk tidak sekali-kali mendengar perkataan orang lain yang mempunyai kecenderungan negatfi atau pesemis, karena mereka akan mengambil semua mimpi kita dan menjauhkannya dari kita.

Orang-orang yang menyampaikan kata-kata negative ketika kita sedang berjuang atau berusaha itu bisa jadi saudara, teman, sahabat, guru atau orangtua. Sekali lagi semua hal baik patut diperjuangkan. Jadi jangan ragu untuk focus pada target yang anda mau, meskipun banyak orang mengaatakan bahwa anda pasti akan gagal.

Tetapi apakah dengan demikian anda benar-benar menutup diri terhadap perkataan orang lain? Bagaimana kalau yang disampaikan oleh orang lain itu baik untuk kita? Bijaksanalah dalam hal ini. Gunakan akal sehat anda dan dengarkan hati nurani anda. Bersikap terbukalah terhadap semua hal-hal yang baik. Selama komentar yang disampaikan oleh orang lain berupa komentar yang sifatnya konstruktif, terimalah itu sebagai bagian dari evaluasi hidup anda. Tetap berpikir positif, niscayalah hal-hal yang positif akan dating menghampiri anda.

Yang paling penting adalah anda harus bersikap tuli jika ada rang yang mengatakan hal-hal negatif bahwa anda tidak bisa mencapai cita-ita anda, karena berbagai alasan. Selalu berkata dalam diri anda, “Saya pasti bisa!” Dan ingat bapak Profesor Dr. Dahlan Iskan, mantan direktur PLN pernah menulis buku dengan judul, “Tidak ada yang tidak bisa’”. Dalam buku itu diceritakan kisah sukses seorang Karmaka membesarkan bank NISP. Kisah dimulai dari perjalanan dan perjuangan Karmaka sejak kecil sampai menjadi tokoh yang sukses. Kisah hidup Karmaka yang senantiasa dihiasi dengan penderitaan dan perjuangan yang berat membuat dia menjadi seorang yang kuat yang tidak ingin kalah.

Jadi selama tujuan anda baik, maka tetaplah fokus pada tujuan itu. Perjuangkan dan jadilah tuli. Pepatah lama mengatakan dimana ada kemauan disitu ada jalan. Tetap semangat! Jaga agar tidak mudah putus asa! Peliharalah sikap positif!

Dan jangan lupa: Jadilah orang tuli!

Kuat menghadapi Masalah dan Tantangan

Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan bahkan rintangan-rintangan yang kadang terasa seperti di luar kemampuan kita untuk menghadapinya. Namun sesungguhnya hal itu yang membuat kehidupan menjadi sangat indah dan bermakna. Jika anda merasa bahwa anda memiliki banyak tantangan, masalah dan rintangan jangan bersedih, karena anda tidak sendiri.

Dalam masyarakat Nias dikenal pepatah yang mengatakan lö tanö si lö aukhu sino, yang artinya tidak ada daratan yang tidak diterpa terik matahari. Hal itu mengisyaratkan bahwa siapapun dan dimanapun anda berada selalu ada masalah dan tantangan yang menghampiri anda. Maka jika demikian, masihkan anda melarikan diri terhadap masalah dan tantangan hidup anda? Jangan! Cara terbaik menghadapi masalah dan tantangan adalah menghadapi masalah dan tantangan itu sampai anda keluar sebagai pemenang. Meskipun ada peluang bahwa anda akan gagal, tetapi sekurang-kurangnya anda gagal sebagai seorang kesatria yang bisa menepuk dada dengan bangga. Bukan bangga karena gagal, tetapi bangga karena anda bukanlah seorang pengecut. Dan jika rasa bangga itu ada, kemungkinan besar anda akan menghadapi masalah dan tantangan itu dengan pendekatan yang berbeda, sehingga pada akhirnya andalah sang pemenang.

Sesungguhnya yang dianggap masalah bukannlah sebuah masalah, melainkan merupakan sarana atau alat-alat untuk mengasah seseorang agar bisa mencapai potensi dirinya yang maksimal. Makanya memang setiap orang hendaknya tidak melarikan diri terhadap masalah yang datang. Karena setiap masalah yang anda lalui, membuat hidup kita naik satu tingkat.

Seorang penulis dan motivator hebat bernama Kevin Wu mengatakan dalam bukunya yang berjudul Everything is Possible, “tanpa angin yang kencang tiada layang-layang yang akan terbang tinggi”. Apa yang hendak dikatakan Kevin Wu dengan ini bahwa semakin besar masalah dan tantangan yang anda hadapi, maka semakin tinggilah kenaikan tingkat anda dalam kehidupan. Anda akan menerima banyak pelajaran tentang kehidupan.

Lagi dikisahkan seorang anak berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh dengan diskriminasi. Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya. “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” tanya ayahnya. Ia menjawab, “Mungkin 1 dollar”. “Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu,” ujar ayahnya.

“Saya akan mencobanya,” tanggap sang anak. Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual 2 dollar dan berlari pulang.

Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, Coba sekarang kau jual seharga 20 dollar? Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya 2 dollar,” sahutnya kepada sang ayah. Tetapi ayahnya berkata, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu?” Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor Donald Duck yang lucu dan seekor Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan terjual 25 dollar.

Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau mampu menjualnya dengan harga 200 dollar? Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun. Kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya. Kemudian terjual 1500 dollar.

Malamnya, ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?” Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya.” Ayahnya menggelengkan kepala, “Engkau tidak salah, tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar saja bisa ditingkatkan nilainya. Apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?” ujar sang ayah. Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia. Itulah kisah Michael Jordan yang terkenal menjadi lengenda pemain basket NBA.

Jadi apakah anda masih menghindari pelajaran yang anda anggap sulit? Atau malah anda membuat komitmen dalam diri anda bahwa anda harus memenangi tantangan ini dan mencoba melakukannya dengan cara yang berbeda? Semua kembali kepada anda.

TITIPAN

Kutitipkan untukmu
untuk kamu pelihara dan jaga
aku begitu yakin
yakin, . . .
bukan berarti
kau bebas kemana
 
Memang
kepercayaan bukanlah jaminan
untuk kebersamaan
rahasia segala hati adalah kebenaran
 
Bahwa cinta adalah sebuah titipan
langit dan bumi adalah ruang
tempat dan waktu adalah jarak
mata,
hati,
rindu,
hanyalah sebuah nuansa
 
Kutitipkan untukmu
aku begitu yakin